Wednesday, March 11, 2009

TATAKRAMANING SANGGING*

Oleh: (Shri Danu D.P)I Wayan Sudarma**


Om Swastyastu

I. PERLENGKAPAN SANGGING
1. Kelapa gading yang dikasturi, airnya dibuang dan ditulis gambaran Ardhanaresvari (gambar Smara Ratih). Kelapa gading ini akan dipakai sebagai tempat “ludah” dan “singgang gigi (pedangal)” yang sudah dipakai. Setelah uapcara, kelapa gading ini dipendam di belakang Sanggah Kamulan.
2. Untuk singgang gigi / pedangal, adalah tiga potong cabang dapdap dan tiga potong tebu malem / tebu ratu. Panjang pedangal ini -/+ 1,5 cm.
3. Pengilap yaitu sebuah cincin bermata mirah. yang dipakai untuk menulis / ngerajah gigi di metatah.
4. Pengurip-urip yang dibuat dari empu kunir (inan kunyit), yang dikupas sampai bersih dan kapur (pamor). Dipakai setelah selesai metatah untuk pertama kali yang ditatah menggigit kunir dan kapur pengurip ini.
5. sebuah bokor yang berisi: kikir, cermin, pahat, palu. (biasanya pengilap / mirah dan pengurip-urip tersebut di atas diletakkan menjadi satu di bokor ini).
6. Sebuah tempat yang berisi sirih lekesan, tembakau, pinang, gambir. (Di dalam sirih sudah berisi kapur).
7. Beberapa potong kain (yang baru) sebagai penutup badan pada waktu upacara (rurub).
8. Banten tetingkeb yang akan diinjak pada waktu turun dari bale petatahan setelah upacara selesai.

II. TATA UPACARA
1. Sangging melaksanakan puja kepadaBhatara Surya, Sanghyang Smara Ratih, Sanghyang Aji Sarasvati, Bhatara Gana, memohon pengraksa dan tuntunan agar berkenan menjaga sehingga upacara ini dapat berjalan dengan baik dan sukses (siddha karya dan siddha sampurna). Mantra Pengaraksa Bale petatahan:
 ONG UTEJO SAKHAM PANDAM SUCI GATRI MAHA SIDDHI, SARVA PAPA VINASANAM, TASKARA MANTRA UTTAMAM, ONG HRANG HRING SAH (MANTRA PANGRAKSA). Sumber: lontar Kanda Pitu
 ONG HIDEPKU SANG HYANG JATU TUNGGAL, MANGRANGSUK AKU GUNA WISESA, BHUTA, LEAK ASIH, SAKWEHING SATRU MUSUHKU PADA PATUH INGKUP, SAMA WEDI, TEKA HAP (3X), TEKA LUPA (3X), ASING TEKA KUKUL DUNGKUL. (MANTRA PENOLAK BHAYA). Pada waktu mengucapkan pusatkan pikiran pada ubun-ubun. Sumber ; Lontar Punggung tiwas, lb.6a
 ONG SANG HYANG CINTYA RAJA PINULAH, ANG ANG ANG, ANG ANG ANG, ANG ANG ANG. (MANTRA PENOLAK SEGALA PERBUATAN JAHAT, JIN, SETAN, BEBAHI, ORANG MARAH, IRI HATI DSB). Sumber: Lontar Tutur Kadharman, lb. 40a
2. Seperti biasa dilakukan upacara mabhyakala dan maprayascita, lalu sembahyang kehadapan Bhatara Surya, dan Sanghyang Smara Ratih, kemudian naik ke tempat upacara potong gigi serta duduk menghadap ke hulu. Pimpinan upacara mengambil cicin mirah yang dipakai untuk ngarajah pada beberapa tempat yaitu:
a. Pada Dahi : Omkara Amertha Adu Muka
b. Pada gigi taring kanan : Ang
c. Pada gigi taring kiri : Ang
d. Pada gigi seri atas : Ah
e. Pada gigi seri bawah : Ang
f. Pada lidah : Omkara


3. Setelah itu sangging menatah / memahat gigi orang yang akan ditatah secara simbolik dengan sarana pahat dan palu yang telah di pasupati. Mantra pengurip palu: ONG UTTAMAM, ONG HRAH PHAT NAMAH SVAHA. Mantra pengurip pahat yaitu: ONG UTTAMAM, ONG UNG PHAT NAMAH SVAHA.
4. Setelah itu baru diperciki Tirtha Pesangihan (dari Pedanda), selanjutnya upacara dipimpin oleh Sangging. Setelah orang yang bersangkutan tidur serta memakai rurub, maka sangging mengambil kikir lalu diberi mantra. Orang yang akan ditatah diberi pedangal tebu dan carang dapdap.
Untuk laki-laki pedangal tebu di sebelah kanan dan carang dapdap di sebelah kiri.
Untuk perempuan pedangal tebu di sebelah kiri dan carang dapdap di sebelah kanan.
5. Setelah kikir diberi mantra, lalu dimulailah pelaksanaan potong gigi dengan disertai puja. Kemudian pedangal diganti, orang yang bersangkutan disuruh meludah, pedangal diganti, dan demikian seterusnya sampai dianggap cukup.
Catatan:
 Ludah dan pedangal dibuang ke dalam kelapa gading.
 Setiap selesai disangih sebelum diganti pedangal orang yang bersangkutan disuruh bercermin.
6. Bila sudah dianggap cukup, lalu diberi pengurip-urip (kunir dan kapur), kemudian berkumur dengan air cendana, selanjutnya makan sirih (ludahnya ditelan tiga kali), dan sisanya dibuang ke dalam kelapa gading.
7. Selanjutnya natab banten peras, dan waktu turun menginjakkan kakinya pada banten tetingkeb sebanyak tiga kali.
8. Setelah peserta selesai ditatah dilarang untuk berkeliaran, memakan makanan padas dan dingin. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan sembahyang dan natab banten petatahan yang ada di lapaan.
9. Beberapa buah mantra :
a. Mantra kikir: Om Sang Parigi Manik, ajo sira geger lunga, antinen kakangnira sang Sri Kanaka, teka kekeh pageh, tan katekaning lara wighna, teka awet teka awet teka awet.
b. Mantra Mirah: Om Sri Bhatrimsa ya namah, Om Sri Bhatrimsa samyogi ya namah
c. Mantra memulai Nyagih: Om Sanghyang tunggal angentas papa klesan kita ring bapa ibu, Om lunga hayu teka hayu (3x).
d. Mantra ketika sedang Nyangih: Om Krekna jiwa prasiddha ya namah, Om purna jiwa ya namah, Om suddha paripurna jiwa ya namah, Om Brahma ya namah.
e. Mantra Pangurip-urip: Om urip uriping bhayu sabda idhep, teka urip, Ang Ah, Om taya urip, bhayu urip, manusa urip, pada urip (3x) , Om Sang Bang Tang Ang Ing Nang Mang Sing Wang Yang Ang Ung Mang, Om Brahma urip Visnu urip Siva sampurna ya namah svaha.
f. Mantra Lekesan: Om suruh mara jambe mara, tumiba pwa sira ring lidah, Sanghyang bhumi ratih aran sira, tumiba pwa sira ring hati, kunci pepet aran sira, katemu-temu dlaha, samangkana lawan tembe, metu pwa sira ring wewadonan Sanghyang Sumarasa aran sira, astu kedep siddhi mantranku.
g. Rajahan Lekesan / Sirih: Ya Sa Pa Wa
h. Rajahan Pinang: Ang Ung Mang
i. Rajahan Pedangal Tebu: Ong Ang
j. Rajahan Pedangal Dapdap: Ong Ah

Demikian tentang tata karma / tetikesan Sangging ketika melaksanakan dharmanya sebagai manggala upacara. Semoga mendapat pencerahan dan selalu dapat mengutamakan pelayanan kepada umat semuanya.
Catatan: Menurut lontar Satra Proktah tidak boleh sawa (mayat) itu ditatah, yang disebut; “Ngeludin wangke Ngaran”.
Om Śāntih Śāntih Śāntih Om

* Disampaikan sebagai bahan penataran Calon Sangging di Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi, dari tanggal 3 sampai 6 Nopember 2005.
** Penyuluh Agama Hindu Kota Bekasi




======= "sampaikan kebenaran dengan cara menyenangkan jangan menyenangi ketidakbenaran walau itu menyenangkan" =======

2 comments: