Welcome
“Pinandita Sanggraha Nusantara”
sebagai wadah pemersatu
Para Pinandita/Pemangku/Wasi/Dukun
di seluruh Nusantara.
Kalender Bali
Profile
Basic Info
Religion & SpiritualtyContact Info
email:sanggrahanusantara@gmail.com office:Pinandita Sanggraha Nusantara "Pura ADITYA JAYA" Jl. Daksinapati No. 10 Rawamangun Jakarta Timur Telp:(+6221) 7098-3858, 770-3574, 546-3858 Fax:(+6221) 546-3811 Bank BRI Cab. Pancoran Jakarta Rekening Britama Nomer : 0390-01-001235-50-8 Bank Mandiri Cab. Jakarta KP Pertamina Rekening Giro Nomer : 119-0004754048 DONASI/PUNIA ANDA SANGAT BERARTI dan BERMANFAAT BAGI PENGEMBANGAN PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA |
Bagaimana blog PSN sekarang?
Wednesday, March 11, 2009
Me-DIKSA (Upacara Seda-Raga)
dari Bhagawan Dwija :
Tanggal 05 Nopember 1999 saya melakukan upacara SEDA-RAGA yaitu suatu
upacara yang dilakukan sebelum "me-Diksa" menjadi Brahmana (Pandita).
1. Prosedur mati seperti wafatnya Panca Pandawa : mulai dari kaki
(Nakula-Sahadewa), suhu badan menurun-dingin (Arjuna), tenaga (Bima),
terakhir : Atman(Yudistira).
2. Yang memindahkan atman saya ke "daksina lingga" adalah Nabe saya
yang sudah berusia ketika itu 74 tahun. Mula-mula saya duduk didepan
beliau dan seluruh tubuh dibungkus kain kafan dengan rerajahan tertentu.
Setelah mati saya diusung oleh keluarga dan ditidurkan
di bale Gede, tetap dengan rurub dan di teben bale ada
banten lengkap pengabenan.
3. Nama-nama tempat yang saya lalui setelah mati
adalah (nama tempat ini kemudian hari baru saya
tanyakan ke Nabe, sesuai dengan pengalaman, ciri-ciri
yang dirasakan/dilihat) :
3.1. Tegal penangsaran : area yang luas kering seperti
padang pasir. Banyak orang yang berbaring tidak bisa
jalan. Kata Nabe kemudian, mereka adalah mayat-mayat
yang belum diupacarai Pitra Yadnya. Saya bisa jalan
terus karena segera setelah seda raga, Nabe nganteb
banten Tarpana dan memperlakukan badan saya seperti mengupacarai mayat
(tentu tanpa membakarnya)
3.2. Titi gonggang : jembatan tali yang bergoyang terus melewati
jurang sangat dalam dari mana api berkobar dan panas luar biasa. Dari
dasar jurang bergema teriakan minta ampun dan minta tolong. Kata Nabe,
teriakan itu adalah dari orang-orang yang berbuat dosa dan menerima
hukuman di neraka.
3.3. Kayu curiga : hutan dengan pohon-pohon besar berdaun
senjata tajam dan berbuah bola besi. Melewati dibawahnya senjata-senjata
tajam dan bola besi itu berjatuhan menimpa saya, sakit luar biasa. Kata
Nabe :makin banyak dosa (dari pikiran) ketika sebelum
mediksa maka akan makin sakit rasanya.
3.4. Alang-alang reges : lapangan luas sepanjang mata
memandang penuh rumput alang-alang, tetapi ketika
dilewati berubah menjadi taji yang sangat tajam.
Kaki/betis saya penuh luka dan berdarah, sakit sekali.
Kata Nabe : makin banyak dosa dari perkataan dan perbuatan, makin sakit
kaki ini melewati taji itu.
3.5. Banjaran kembang : taman bunga yang harum,
berbagai warna-warni bunga dan banyak bidadari
tersenyum-senyum ramah. Kata Nabe : Mereka yang bisa
sampai kesini sudah lulus dari tegal penangsaran, titi gonggang, kayu
curiga dan alang-alang reges.
3.6. Bale pengangen-angen : aula luas dimana banyak
sekali orang duduk bersila menunggu sesuatu. Kata Nabe
: mereka yang duduk-duduk itu belum dikenali oleh
Bhatara Kawitan karena belum disembah oleh
keturunannya. Disini lengan saya ditarik dengan kasar
oleh seorang raksasa dan disuruh duduk dilantai
dihadapan seorang pendeta yang duduk diatas singgasana
emas. Disamping pendeta itu berdiri seorang tua yang
berwibawa, berwajah kaku,tanpa ekspresi. Belakangan
Nabe mengatakan : raksasa itu bernama Sang Dorakala,
pendeta yang duduk di korsi singgasana itu Bhatara
Kawitan saya, dan yang berdiri disampingnya adalah
Sang Suratman.
3.7. Saya menyembah Bhatara Kawitan, setelah itu saya
diseret lagi oleh Sang Dorakala, lalu dibuang kesebuah
jurang yang gelap, saya melayang-layang beberapa saat
lalu samar-samar saya dengar suara Nabe : nak, metangi
nak, nanak, metangi, metangi. Lalu mendengar orang
menangis disekeliling saya, buka mata, dan ternyata
saya sudah kembali dari perjalanan itu yang total
selama 10 jam.
APA GUNANYA UPACARA SEDA RAGA ?
1. Untuk menghilangkan pengaruh buruk sad-ripu saya
2. Mengetahui jalan ke nirwana sehingga bila jadi
Sulinggih, nanti bisa menuntun atma-atma yang
diupacarai Pitra Yadnya dan bisa menasihati mereka.
Istilah di Lontar disebut : Ngentas atma. Jadi kalau
belum melalui upacara seda raga, belum bisa/boleh
muput Pitra Yadnya.
3. Kalau dihitung-hitung selama saya melingih sekitar
lima tahun, sudah ribuan atma saya antar ke nirwana
melalui jalan itu, kebanyakan dengan selamat, tetapi
ada juga yang terjatuh di titi gonggang. Hiiiiiii, ngeriiiiiiiiiiiiiiii.
Gituuuuuuuuuuuu ceritranya, jadi
saya ini seperti guide dari travel agent
...........ha.ha..ha..ha
Bhagawan Dwija.
Katagori
Umum
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Katagori
- Article (79)
- Asuransi PSN (2)
- Events (4)
- Pengumuman (17)
- Profile (10)
- Program (2)
- Pustaka-Pustaka (23)
- Religion (11)
- Sarati Banten (1)
- Tirtha Yatra (2)
- Umum (7)
Blog Archive
-
▼
2009
(115)
-
▼
March
(59)
- Lontar YADNYA PRAKERTI
- KUTIPAN LONTAR BHAMA KRETIH Tentang KANISTA, MA...
- Petikan Lontar : TINGKAHING KARYA PANCA WALI KR...
- MAKNA HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN.
- Akreditasi STAH Dharma Nusantara-Jakarta
- BERBISNIS MENURUT AJARAN HINDU
- KORDINATOR PROVINSI DKI JAKARTA ( Lanang - Istri )
- Lintas Agama dan Kepercayaan di Melbourne
- Agama Pada Masa Majapahit
- Ramalan SABDO PALON (Jawa)
- Darmagandhul (Jawa)
- 7 Satrio Piningit menurut Ronggo Warsito
- Uga Wangsit SILIWANGI (Sunda)
- TIRTHAYATRA LAPORAN PERJALANAN SUCI NAPAK TILAS J...
- SEJARAH TERBENTUKNYA “SARATI BANTEN” Se – Jabodetabek
- Pengertian dan Mitologi Wewaran
- MITOLOGI PENYU DALAM AGAMA HINDU DAN KAITAN FILOSO...
- Susunan Tata Surya Menjadi Nama-nama Hari
- Me-DIKSA (Upacara Seda-Raga)
- Serat Darmagandhul
- MAKNA UPACĀRA MAMUKUR & MAPANDES
- TATAKRAMANING SANGGING*
- KRAMANYA SANG KUNINGKIN KARYA SANISTA, MADYA, UTTA...
- CANANG SARI (CARA MEMBUAT DAN KAJIAN FILOSOFIS)
- Upakāra Yang Dipakai Secara Rutin, Manut Kecap Lo...
- WEJANGAN DEWA RUCI
- “MERENUNG”
- MENCARI TUHAN YANG MAHA ESA
- SAMKHYA, NONTEISTIS DUALISME
- Pujawali Pura Agung Wira satya Bhuwana
- Hari Raya Nyepi, Galungan dan Kuningan
- Kiprah Para Pandita di Bali
- NYEPI MENUJU SUNYA
- SANTHI PUDJA (DOA PERDAMAIAN) NUSANTARA
- Trend “GAUL (PACARAN)” Generasi Muda Hindu
- AGAMA, RADIKALISME, DAN TERORISME
- DHARMA DAN SVADHARMA SEBAGAI LANDASAN BUDAYA TERTIB
- PEMAHAMAN UMAT TERHADAP AGAMA HINDU
- PENGARAHAN KETUA UMUM PSN
- TUMPEK LANDEP DAN PENGERTIANNYA
- LEAK BALI
- HARI RAYA GALUNGAN, KUNINGAN DAN NYEPI
- WIWAHA SAMSKARA
- PERNYATAAN SIKAP
- Struktur Organisasi Pusat dan Wilayah
- URAIAN TUGAS DAN PROSEDUR KERJA
- Kawitan Wargasari
- The Gayatri Mantra
- One Minute Meditation
- Ketik reg sirohin
- Dewa Yadnya
- Doa Khusus
- Doa Umum
- Program kerja
- VISI DAN MISI
- Susunan Kepengurusan PSN Periode 2008 – 2013
- Sejarah
- Arti dan Lambang PSN
- Sarasehan Pinandita Sejabotabek
-
▼
March
(59)
Bagus sekali untuk pencerahan , teryata perjalanan kematian atau mediksa itu , sangat menyakitkan tergantung dengan dosa yg kita perbuat , thank untuk penceranhannya
ReplyDelete