Tuesday, March 10, 2009

“MERENUNG”


(Mempertajam Pikiran Dan Menspiritualisasikan
Kehidupan) I Wayan Sudarma (Shri Dharma Danu P)- Bekasi

Sebuah Renungan Pada pelaksanaan Pujawali Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi, Sabtu Kliwon Landep- Purnama Kaenem, 24 Nopember 2007

”Batin yang murni itu mantap. Ia tidak bergerak memburu objek-objek sensual.Ia bebas dari segala bentuk ketakutan dan kesedihan”.


Sebentuk Laku Spritual

Adalah fakta kalau ada yang mengatakan bahwa sebagian aktivitas manusia adalah aktivitas mental. Mental yang didominasi oleh pikiran dan perasaan tak ubahnya sebuah
mesin otomatis yang nyaris tak pernah berhenti. Ada saja yang dikerjakannya. Kalau tidak berpikir...ya merasakan; atau kombinasi dari keduanya. Kendati fisik ini lelah dan tidurpun, mental masih bekerja melahirkan mimpi-mimpi. Walaupun ia kelihatannya ia bekerja secara otomatis, tidaklah berarti ia tidak bisa dikendalikan, dimana semua
dikendalikan olehnya. Otomatisasinya itu lebih merupakan kebiasaan ketimbang otoritas yang memang melekat padanya.

Sederhanya, seluruh aktivitas mental bisa dikualifikasikan ke dalam tiga kualifikasi: yang bersifat positif, yang bersifat negatif, dan yang bersifat netral. Yang bersifat positif terarah, terkendali dan ada di dalam wilayah kesadaran, sehingga bukan saja ia bermanfaat bagi mental itu sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi tataran fisikal dan spiritual. Ia bermanfaat bagi ketiga tataran keberadaan
kita. Merenung adalah salah satu contohnya.

Merenung memberi manfaat langsung pada tataran spiritual melebihi aktivitas mental positif lainnya. Ia hanya bisa dibandingkan dengan meditasi. Oleh karenanya, merenung bukan saja merupakan aktivitas olah-mental semata, namun juga merupakan olah-batin, merupakan sebentuk laku spiritual. Tak dipungkiri lagi, merenung memang merupakan sebuah aktivitas mental yang serius. Dalam Yoga, ia disebut manana.

Makanya, sungguh amat disayangkan kalau aktivitas merenung dikelirukan dengan melamun apalagi mengkhayal. Dalam meditasi Buddhis, merenung disebut anusati. Sebagai manana, ia merupakan salah satu sadhana (disiplin rohani) utama bagi
para penekun di jalan pengetahuan sejati (jñani) dan para filsuf; ia merupakan salah satu cara utama seorang jñani memuja Tuhan-nya.


Obyek Perenungan dan Hasilnya

Kalau inspirasi umumnya datang begitu saja pada masyarakat awam atau seniman, maka di dalam merenung, inspirasi sengaja diundang. Makanya, buat seorang perenung,
inspirasi bukan ‘datang’ tetapi ‘didatangkan’. Inspirasi sebetulnya hasil dari bekerja intuisi. Para perenung punya kemampuan mempekerjakan intuisinya karena ia telah menjernihkan batinnya terlebih dahulu. Inilah yang menyebabkan mengapa seorang perenung bisa mendatangkan inspirasi sesuai kebutuhan.

Setiap aktivitas perenungan punya objek perenungan yang pasti. Walaupun objek perenungan bisa merupakan sesuatu yang di luar maupun di dalam diri atau kombinasi dari keduanya, namun bagi seorang jñani objeknya kebanyakan adalah objek di dalam. Melalui merenung seorang jñani menyelam ke kedalaman dirinya. Kalau perenungan seorang seniman, adalah keindahan objek-objek luar, menghasilkan inspirasi seni,
maka perenungan seorang pebisnis akan menghasilkan inspirasi bisnis, dan perenungan seorang politisi atau negarawan akan menghasilkan inspirasi di bidang ketata-negaraan. Hasil dari perenungan dari seorang perenung akan berkisar pada atau yang ada kaitannya dengan objek perenungannya itu.

Mengadakan investigasi yang mendalam ke dalam diri sendiri, adalah perenungan yang tidak bisa dipersamakan dengan visualisasi atau pembayangan. Memvisualisasikan bukanlah merenung. Visualisasi lebih mendekati imajinasi atau pengkhayalan. Ia amat rentan terhadap serangan bentuk-bentuk ilusi dan efek halusinasi. Visualisasi mungkin memang melahirkan pengetahuan yang lebih lengkap tentang objek yang
divisualisasikan, namun ia tidak melahirkan pemahaman.

Pemahaman yang paling berharga adalah pemahaman diri, dimana tanpanya pemahaman lain tak akan banyak manfaatnya bagi kita. Seberapa luaspun pemahaman kita tentang berbagai hal luar, namun bila tanpa memahami kita diri sendiri, semua itu tak ada manfaat spiritual langsungnya kepada kita. Anda boleh saja kaya akan pengetahuan alam semesta material, tapi bila Anda miskin akan pengetahuan spiritual, hidup Anda akan tetap terombang-ambing, penuh keraguan, dan kegelisahan; secara keseluruhan, kualitas dan martabat kehidupan Anda rendah. Pemahaman diri yang merupakan kekayaan batin Anda hanya mungkin Anda peroleh lewat merenung yang di dalamnya juga ada mawas diri.


Keheningan dan Keheningan sebagai Modal Utama

Aktivitas mental positif yang sangat mirip dengan merenung adalah mempertanyakan atau mencari tahu ke dalam diri. Disini, boleh jadi terjadi dialog yang intens dengan diri yang lebih tinggi, yang lebih halus, atau bahkan dengan Sang Diri sejati. Dalam Yoga, ini disebut vichara. Seperti pada merenung atau manana, vichara juga menghasilkan pemahaman yang mendalam. Oleh karenanya, vichara juga salah satu
bentuk dari laku manana.

Perenungan membutuhkan derajat ketenangan atau keheningan tertentu, karena daripadanyalah datang keheningan. Kehenengan dan keheningan merupakan modal utama
seorang perenung. Mereka merupakan hasil dari pengendapan, penjernihan, dan pengembangan batin. Oleh karenanya,mengendapkan, menjernihkan, dan mengembangkan batin adalah meditasi yang merupakan kewajiban utama mendasar bagi seorang perenung. Tanpanya, tak ada perenungan yang dimungkinkan. Jangankan untuk merenung, hanya untuk bisa berpikir dengan baik saja dibutuhkan derajat ketenangan dan kejernihan tertentu bukan?

Ketenangan atau heneng merupakan hasil langsung dari upaya mengendapkan gejolak pikiran, gelora perasaan, dan bentuk-bentuk agitasi mental lainnya. Kondisi hening ini merupakan hasil dari Meditasi Ketenangan. Seperti juga air keruh yang dipenuhi
lumpur, batin yang heneng dalam derajat dan kurun waktu tertentu menjadi hening, sunyi, dan jernih. Di sebuah kolam yang jernih, apapun yang ada di dalam dan di dasarnya akan terlihat jelas bukan? Demikian pula halnya dengan “kolam-batin” Anda.


Dua Faktor Penentu Kualitas Hasil

Makanya, menjadi jelas bagi kita kalau ada dua faktor penting yang menentukan kualitas hasil perenungan yang pertama adalah tingkat kedalaman dari perenungan, dan yang kedua adalah derajat kejernihan batin dari si perenung itu sendiri. Kedua faktor ini sebetulnya saling berkaitan satu sama lain. Derajat kejernihan batin sang perenung akan mempengaruhi kemampuannya di dalam menyelam ke kedalaman objek perenungannya. Semakin jernih batinnya dan semakin lama derajat kejernihan itu
bertahan, semakin lama dan semakin dalam pula ia bisa menyelam. Daripanyalah akan diperoleh hasil perenungan berkualitas prima. Pada gilirannya nanti, hasil perenungan
seseorang ke dalam dirinya inilah yang akan membentuk pandangan hidup dan falsafah hidup yang dianutnya.

Bahkan, kita tahu kalau banyak aliran-aliran filsafat klasik maupun modern yang dianut oleh berjuta-juta orang, terlahir dari padanya. Pada dasarnya, merenung adalah cara ampuh untuk menimba pengetahuan sejati, yang dicapai manakala terjadi panunggalan antara si perenung, objek yang direnungkannya, dan hasil dari perenungan itu sendiri. Inilah panunggalan atau samãdhi dari para perenung.

Walaupun bukan menjadi seorang filsuf atau pencetus suatu aliran filsafat tertentu, sebagai awampun merenung akan memberi manfaat besar, yang jauh lebih berkualitas ketimbang manfaat yang diberikan oleh sekedar berpikir. Tak pelak lagi, merenung akan sangat membantu siapapun di dalam menspiritualisasikan hidupnya.

Semoga Cahaya Agung-Nya senantiasa menerangi setiap gerak dan langkah kita. Semoga kedamaian dan kebahagiaan menghuni kalbu semua insan. “Sebetulnya tidak banyak orang
yang takut salah, sebanyak yang takut 'disalahkan.' Begitu pula dengan yang benar-benar menegakkan kebenaran di dalam kehidupannya, dibanding yang hanya mencari-cari 'pembenaran' atas apa yang diperbuatnya”


======= "sampaikan kebenaran dengan cara menyenangkan jangan menyenangi ketidak benaran walau itu menyenangkan" =======


==============================
Bila Anda bisa membaca “kitab hati” Anda, Anda tak butuh kitab manapun lagi.
~anonymous 200106.
==============================

No comments:

Post a Comment