Wednesday, March 11, 2009

SEJARAH TERBENTUKNYA “SARATI BANTEN” Se – Jabodetabek

Dalam rangka menggalang persatuan dan kesatuan antara ibu-ibu sarati banten (tukang banten) se- Jabodetabek, maka pada tanggal 27 April 2005, dalam kesempatan acara penataran “Sarati Banten” bertempat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan penyelenggara Kepala Perwakilan Pemda Prop. Bali di Jakarta, tercetus keinginan dari para ibu-ibu yang tergabung dalam sarati banten (tukang banten), untuk membentuk wadah peguyuban ibu-ibu sarati banten yang pada akhirnya diberi nama “Sarati Banten” se-Jabodetabek.

Gagasan pembentukan wadah “Sarati Banten” ini, mendapat dukungan dan sambutan yang baik dari para tokoh-tokoh umat Hindu, Pembimas Hindu Kanwil Dep. Agama DKI Jakarta, Lembaga Hindu (PHDI) DKI Jaya, dan Suka Duka Hindu Dharma (SDHD) DKI Jakarta. Sebagai wadah peguyuban yang berada dibawah naungan Sanggraha Pinandita se-Jabodetabek, “Sarati Banten” bertekad untuk berbakti dan mengabdi dalam tindakan berupa yasa – kirti (ngaturang ayah), guna menyukseskan suatu pelaksanaan upacara keagamanaan khususnya agama Hindu.

Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari sarati banten ini, disamping mempersatukan ibu-ibu sarati banten (tukang banten) se-jabodetabek dalam satu wadah yang rukun dan guyub, juga ingin menyatukan perssepsi/pandangan mengenai upakara (bebantenan) dalam setiap upacara keagamaan dengan tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing daerah. Tentunya disini selalu berpegang pada Sastra-sastra berupa lontar dan plutuk banten.

Sasaran yang ingin dicapai, antara lain :

a. Menyatukan persepsi/pandangan, yang berkaitan dengan Upakara
(Bebantenan) dalam setiap upacara keagamaan yang didasari kitab suci Weda.

b. Meningkatkan kualitas pengabdian melalui pengetahuan tentang Upakara (Bebantenan), sehingga mampu memberikan pelayanan dan pengabdian yang terbaik kepada umat Hindu.

c. Mempererat tali kasih yang rukun dan guyub diantara anggota yang tergabung dalam wadah Sarati Banten se-Jabodetabek dengan selalu mengutamakan rasa Asih, Punia dan Bakti yang tertuang dalam ajaran Tri Parartha.

d. Menyatukan visi dan misi, serta mengembangkan pengetahuan tentang upakara (bebantenan) yang terdapat dalam upacara keagamaan, dilandasi ketulusan, kesucian dan bhakti kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.

e. Bersama dengan Pinandita (Pemangku) yang tergabung dalam organisasi Pinandita Sanggraha, membangun semangat kejuangan dalam tugas pengabdian sebagai “Dharmaning Pinandita”, berpegang teguh pada Punya, Yasa dan Kirti.

Visi dan Misi

Adapun Visi dan Misi dari Sariti Banten :

Visi :

a. Bertekad menjadi wadah permersatu nilai-nilai ritual yang terdapat dalam upakara (bebantenan) didalam setiap upacara keagamaan, dengan tanpa menghilangkan makna inti hakekatnya.

b. Selalu menghargai perbedaan yang ada sesuai dengan Desa, Kala, Patra dan Kesucian.

c. Menyatukan persepsi/pandangan terhadap berbagai perbedaan pemahaman agar tidak mengundang perpecahan dalam memaknai keaneka ragaman bentuk upacara yang ada.


Misi :

a. Meningkatkan kualitas pengabdian dengan selalu berpegang teguh pada sradha dan bakti kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.

b. Turut menciptakan suasana yang rukun dan guyub antara Sarati Banten, Pinandita (Pemangku) serta Umat Hindu, dalam setiap pelaksanaan upacara keagamaan.

c. Mensukseskan setiap pelaksanaan Upacara keagamaan, khususnya agama Hindu didalam penyiapan sarana upacara (upakara atau bebantenan).


Latar belakang “Sarati Banten” se- Jabodetabek.

Sarati Banten berasal dari kata “Sarati”dan “Banten”. Kata “Sarati” berasal dari kata “Sara” . Kata “Sara” ini menurut beberapa sumber menjelaskan bahwa kata “Sara” artinya kumpulan, ada juga sumber lain yang menjelaskan bahwa kata “Sara” artinya kemampuan, sedangkan kata “ti” yang berarti wanita. Kata “Banten” adalah merupakan sarana suatu upacara yang sering disebut dengan upakara. Jadi “Sarati Banten” disini, bila kita simpulkan dari dua sumber tadi, mengandung arti kumpulan ibu-ibu yang memiliki kemampuan dalam pembuatan perlengkapan upakara (banten) sebagai tukang banten. Kemampuan dalam pembuatan upakara (bebantenan) yang dimaksudkan disini, mulai dari perencanaan, pembuatan, sampai penataan suatu upacara. Sarati Banten se-Jabodetabek, adalah wadah perkerkumpulan ibu-ibu yang memiliki kemampuan sebagai tukang banten se- Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Adapun mengenai prasarat bagi seseorang yang diangkat/ditunjuk sebagai sarati banten, biasanya melalui suatu upacara sakralisasi (samskara) yang disebut dengan “Pewintenan”. Upacara sakralisasi Pewintenan ini, merupakan salah satu bentuk penyucian diri baik lahir maupun bathin sehingga memiliki kesucian baik itu pikiran, ucapan maupun perbuatannya. Pawintenan, mengandung pengertian melaksanakan suatu upacara untuk mendapatkan sinar (cahaya) terang dari Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, agar mampu mengerti, memahami, dan menghayati ajaran pustaka suci weda, tanpa aral rintangan. Melalui upacara Pawintenan ini pula kita mengharapkan agar Sanghyang Widhi Wasa dalam prabawanya sebagai Sanghyang Guru, Sanghyang Gana dan Sanghyang Aji Saraswati dapat memberikan tuntunan, lindungan dan anugrahNya berupa ilmu pengetahuan suci weda. Adapun pelaksanaan upacara pewintenan bagi “Sarati Banten” adalah pawintenan “Tri Guna”. Pawintenan ini biasanya dilaksanakan bilamana seseorang ditunjuk sebagai “Undagi, Sarati banten (Ajajahitan), dan Tukang Hebatan”.

Berdirinya wadah “Sarati Banten” se- Jabodetabek, merupakan suatu jawaban terhadap berbagai perbedaan pandang/persepsi di dalam memahami upakara – upacara yang selama ini menjadi momok yang sulit untuk dipadukan. Ini semua adalah salah satu bentuk ketaatan umat didalam mengimani/meyakini, keaneka ragaman dari pelaksanaan upacara keagamaan yang sesungguhnya merupakan wujud rasa cinta bakti umat Hindu terhadap Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya pada tanggal 27 April 2005, bertempat di Pura Penataran Agung Kertha Bumi Taman Mini Indonesia (TMII) diadakan upacara pewintenan sarati banten, yang dipimpin oleh Ida Padanda Panji Sogata. Dengan Susunan Kepengurusan :

Penasehat : Ibu Ni Made Puspa Arini Sumadi.
Ibu Ni Putu Nurastuti Mulyadi.

Ketua : Ibu Ni Wayan Wartiasih Sugita.

Sekretaris : Ibu Ni Made Sumiati Jenaka
Ibu Gusti Ayu Alit Ariani.

Wadah “Sarati Banten” se-Jabodetabek, kemudian masuk kedalam organisasi Sanggraha Pinandita, pada pertemuan di Gedung Sapta Pesona Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Jl. Merdeka Barat Jakarta Pusat.

Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan

1. Tanggal 11 s/d 29 September 2005, nyanggra karya mamungkah/ngenteg linggih Pura Agung Jagat Kartha, Desa Taman Sari Gunung Salak – Bogor.

2. Tanggal 19 Mei 2007, mengikuti rapat pertemuan (Saba) Sanggraha Pinandita dengan para Sulinggih yang tergabung dalam Paruman Pandita Prop. DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

3. Tanggal 7 Juli 2007, nyanggra karya Ngusaba dan Melabuh Gentuh di Pura Dalem Purnajati Cilincing Jakarta Utara.

No comments:

Post a Comment