Tuesday, November 22, 2011

PAGERWESI, Sebuah Kajian Filosofis

Om Swastyastu-Salam Kasih

Ya Tuhan Yang Maha Esa, Engkau adalah Brahma, Visnu dan Śiva,dalam wujud-Mu sebagai guru yang Maha Agung, kami mempersembahkan pūjā dan bhakti kami. Gurupūjā, 2.

Pada hari Budha Kliwon Pagerwesi, hari untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam wujudnya sebagai Parameṣṭi Guru, Guru yang Maha Tinggi atau Maha Agung. Hari yang dirangkaikan pemujaannya dengan Sarasvatī, Śrī Lakṣmī, yang dirayakan berturut-turut selama lima hari, mulai hari sabtu Umanis Watugung.

Bila kita memperhatikan hari-hari raya keagamaan Hindu di India dan di Indonesia sesungguhnya tidak terdapat perbedaan makna dari hari-hari raya keagamaan dimaksud. Umat Hindu di India merayakan upacara Śrāddha Vijaya Dasami atau Durgapūjā, di Indonesia kita merayakan hari raya Galungan dan Kuningan. Demikian pula Sarasvatī, Śivaratri dan lain-lain. Beberapa hari raya namanya sama, tetapi ada juga yang maknanya sama namun namanya berbeda, juga terdapat perbedaan dalam merayakan hari-hari raya keagamaan itu. Di India hari-hari raya keagamaan itu hanya berdasarkan Tahun Surya dan Bulan (Solar dan Lunar System), di Indonesia mempergunakan kedua sistim itu dan juga sistem Pawukon. Sistim Pawukon ini rupanya sistem kalender asli Nusantara dan ketika agama Hindu masuk ke Nusantara, di kepulauan ini penggunaan sistim Pawukon rupanya telah sangat memasyarakat, oleh karena itu, sistim yang merupakan warisan leluhur bangsa ini tetap dilestarikan dengan cara menempatkan hari-hari raya keagamaan Hindu yang datang dari India dalam sistim Pawukon itu. Beberapa hari raya keagamaan Hindu yang dimasukan dalam sistem Pawukon antara lain: Pagerwesi (di India disebut Guru Purnima)ditempatkan pada hari Budha Kliwon Sinta ( hari ketiga dari wuku pertama ), Durgapūjā, Śrāddha Vijaya Dasami atau Navaratri di Bali disebut Galungan-Kuningan pada hari Budha Kliwon Dungulan hingga Saniscara Umanis Kuningan (dirayakan selama 10 hari), hari-hari seperti Ayudhapūjā (pada Saniscara Kliwon atau Tumpek wuku Landep), Sankarapūjā (Tumpek Wariga) dan Sarasvatī pada hari terakhir, Wuku terakhir, yakni Sabtu (Saniscara) Umanis, wuku Watugunung.

Baik di India maupun di Indonesia dalam memperingati hari-hari raya keagamaan umat Hindu melakukan hal yang sama, yakni mempersembahkan sesajen dan melakukan sembahyang baik pada tempat persembahyangan keluarga (biasa berupa altar dengan beberapa arca pada kamar suci), pada mandir, yakni pura terdekat, atau pura-pura yang besar yang sangat terkenal. Bila mereka melakukan persembahyangan pada pura-pura yang letaknya jauh dari rumah, biasanya umat Hindu sekaligus melakukan Tirthayatra yang pada umumnya bermalam di pura dengan melakukan berbagai aktivitas keagamaan seperti Japa, meditasi dan Bhajan atau menyanyikan lagu-lagu keagamaan (kidung).

Di Indonesia, Pagerwesi yang mempunyai makna sama dengan Guru Purnima dirangkaikan perayaannya dengan Sarasvatī dan Banyu Pinaruh (pemujaan kepada Sarasvatī), jatuh pada hari terakhir wuku terakhir, yakni Saniscara Umanis wuku Watugunung dan hari pertama dari wuku pertama, yakni Redite Pahing wuku Sinta, dengan Some Ribek dan Sabuhmas, yang jatuh pada hari Soma Pon dan Anggara Wage wuku Sinta.Hari Sarasvatī dan Banyu Pinaruh (Air Ilmu Pengetahuan) adalah hari untuk memuja dewi Sarasvatī sebagai dewi ilmu pengetahuan, maka pada hari Somaribek dan Sabuhmas adalah hari untuk memuja dewi Śrī Lakṣmī dan Pagerwesi adalah untuk memuja Tuhan Yang Mahaesa dalam wujud-Nya sebagai Śiva Parameṣṭi Guru, yakni guru tertinggi di jagat raya ini. Makna pemujaan kepada Śiva Parameṣṭi Guru ini adalah sama dengan makna hari raya Guru Purnima yang jatuh pada bulan Purnama Sravana (di Indonesia disebut Purnama Kasa) yang jatuh pada bulan Juli-Agustus. Pada hari Guru Purnima di samping memuja Tuhan Yang Mahaesa, juga memuja para ṛṣi dan ṛṣi yang paling agung mendapat penghormatan adalah mahaṛṣi Vyasa yang menghimpun dan mengkodifikasikan kitab suci Veda bersama para siswanya, seperti : Sumantu, Pulaha, Jaimini dan Vaisampayana.

Bila di Indonesia bentuk perayaan berupa persembahyangan terhadap Sang Hyang Parameṣṭi Guru atau guru tertinggi, yang dimaksud tidak lain adalah Sang Hyang Śiva atau Sang Hyang Guru (Mahaguru). Dalam seni arca digambarkan sebagai laki-laki berjanggut dan berkumis lebat (berewok), perutnya gendut, memegang kendi Amrta serta membawa tongkat dengan ujung bercabang tiga (Trisula). Mahaṛṣi Agastya, seorang tokoh penyebar Hindu dari India Utara ke Selatan, bahkan juga sampai Asia Tenggara dan Indonesia, digambarkan juga sebagai Sang Hyang Guru (Mahaguru) oleh karena itu Agastya diidentikan dengan Isadevatanya ini.

Di samping dalam seni arca, mahaṛṣi Agastya disebut-sebut juga sebagai saksi agung perbuatan umat manusia dan dinyatakan dalam sumpah di Pengadilan yang terkenal dengan sumpah Sang Hyang Hari Chandani. Di Bali dan juga di daerah Sulawesi Selatan disebut Bhattara Guru, yakni guru agung umat manusia.

Untuk memahami lebih lanjut tentang makna pemujaan pada hari Guru Purnima di India dan membandingkannya dengan pemujaan hari Pagerwesi di Indonesia, kiranya perlu diinformasikan tentang tata cara pemujaan hari Guru Purnima yang berlangsung di Śivananda Ashram, Rishikesh, Uttar Pradesh, sebagai berikut :
1. Semua siswa dan Sanyasin di ashram telah bangun pagi-pagi benar(saat Brahmuhurta,sekitar jam 04.00).Mereka bermeditasi kepada Guru (Parameṣṭi Guru) dan mengucapkan mantra-mantra Gurupūjā.

2. Selanjutnya mempersembahkan sesaji di kaki Guru dan diiringi mantra Gurugita.
3. Selanjutnya pada siang harinya, para Sadhu dan Sanyasin menerima persembahan sajianberupa hidangan (prasadam di Bali disebut lungsuran).

4. Kemudiandiselenggarakan Satsang atau Dharmatula membahas makna spiritual Gurupūjā khususnya dan topik-topik menarik lainnya.

5. Para siswa yang telah siap untuk diinisiasi (di-Diksa) menjadi Sanyasin dilakasanakanpada hari ini juga.

6. Para siswa umumnya melaksanakan Brata dan Upavasa sepanjang hari untuk kemajuan spiritual.Bagi yang mampu sangat baik melakukan Monabrata(tidak berbicara) dan tidak menikmati makanan danminuman,namun bagi siswa tertentu hanya minum susu segar saja atau hanya buah-buahan sepanjang hari.

Pada malam hari kembali berkumpul di Aula dan melakukan Bhajan (kidung)bersama memuja keagungan-Nya.Bentuk pemujaan yang paling baik adalah dengan mengikuti semua ajarannya, mampu memancarkan dan mewujudkan ajarannya dan senantiasa memajukan dan menjunjung pesan-pesan-Nya.

Demikian antara lain bentuk pemujaan kepada Guru di India, di Indonesia kita mengenal ajaran Tri Guru dan Catur Guru. Yang dimaksud dengan Tri Guru adalah :
1. Guru Rupaka atau Rekha,yakni orang tua,ibu-bapa yang melahirkandanmemelihara kita.
2. Guru Vidya atau Pangajian,yakni para guru yangmemberikan pendidikandan pengajaran.
3. Guru Visesa yakni pemerintah yang bertanggung jawa mensejahtrakan masyarakat.

Sedang yang dimasud dengan Catur Guru adalah Tri Guru tersebut digabungkan dengan Guru yang tertinggi, yakni Parameṣṭi Guru. Guru yang keempat ini disebut Guru Svadhyaya. Di dalam masyarakat Guru Svadhyaya juga diartikan belajar sendiri dan menjadikan Tuhan Yang Mahaesa Esa sebagai pembimbing untuk kemajuan kehidupan spiritual.

Bila di India terutama dalam tradisi Ashram, dilakukan upacara pemujaan kepada Guru sedemikian rupa dipimpin oleh Sanyasi, Swamiji, Sadhu atau Pandit, di Indonesia (Bali) rupanya karena tradisi ashram telah putus digantikan oleh sistem Pasiwan di geria- geria para pandita secara tradisional, maka hari raya Pagerwesi hanya dirayakan dengan persembahan sesajen terutama di pura keluarga seperti pamarajan, panti, paibon dan sejenisnya, sedang makna pemujaan ini tidaklah demikian memasyarakat.

Memperhatikan bentuk-bentuk pemujaan, baik di India maupun di Indonesia (Bali), kiranya makna yang terkandung dalam merayakan hari Pagerwesi adalah untuk mengingatkan kita terhadap keagungan Tuhan Yang Mahaesa serta peranan para mahaṛṣi atau guru-guru agung terutama di bidang spiritual. Pagerwesi juga mengingatkan kita bahwa bahwa proses belajar mengajar berlangsung terus menerus hingga ajal memanggil. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan pemujaan sebelumnya, yaitu Sarasvatī dan Śrī Lakṣmī. Di sini aspek kemahakuasaan-Nya didambakan oleh umat manusia untuk pengetahuan, kesejahtraan dan kebahagiaan. Sarasvatī memberikan inspirasi dan membimbing manusia untuk belajar dan terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, Śrī Lakṣmī menganugrahkan kesejahtraan dan kemamuran dan Sang Hyang Parameṣṭi Guru menganugrahkan kebahagiaan yang sejati.

Makna Pagerwesi bila dikaitkan dengan perkembangan dunia modern, terlebih lagi dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang dalam era globalisasi kualitas perorangan dan masyarakat sangat diperlukan. Persaingan untuk hidup dan mencari kehidupan akan semakin sulit dan untuk itu peranan pendidikan teristimewa pendidikan mental, moral dan spiritual sangatlah mutlak. Perkembangan dunia menunjukan bahwa manusia yang tidak memiliki kualitas, kemampuan dan kreativitas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan sangat sulit bersaing dan selalu ketinggalan dalam meningkatkan kesejahtraan masyarakatnya.

Pengembangan sumber daya manusia tidak hanya beṛṣifat jasmaniah tetapi juga rohaniah. Untuk itu dalam mengembangkan pendidikan modern dewasa ini, kita tidak dapat melepaskan diri dengan konsepsi pendidikan Ashram yang sangat memperhatikan kualitas pribadi setiap siswa dan kecendrungan manusia untuk bekerja dan bermain ataupun bernyanyi, oleh karena itu perlu dikembangkan sistem pendidikan yang memadukan kecendrungan itu. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah membiasakan diri (Abhyasa), dapat mensyukuri nikmat yang merupakan anugrah-Nya (Santosa) dan mampu melepaskan diri dari keterikatan yang beṛṣifat duniawi (Vairagya/Tyaga) serta hidup berkeseimbangan lahir dan batin (Sthitaprajna).

Demikian antara lain makna yang terkandung dari pemujaan yang dilangsungkan pada hari Pagerwesi, semoga melalui pemujaan kehadapan Sang Hyang Parameṣṭi Gurtu, kita senantiasa dibimbing di jalan yang benar.

Oṁ Asato mā sad gamaya Tāmaso mā jyotir gamaya mṛtyor mā amṛtam gamaya - Ya Tuhan Yang Mahaesa, bimbinglah kami dari yang tidak benar menuju yang benar,dari kegelapan pikiran menuju pikiran yang terang. Jauhkanlah kami dari kematian menuju kehidupan yang abadi.
Salam Rahayu

I Wayan Sudharma (Mangku Shri Dhanu)

Monday, October 17, 2011

SIMA KRAMA PINANDITA SANGRAHA NUSANTARA DENGAN DUTA BESAR INDIA DI INDONESIA

Om Suastyastu,

Pinandita Sangraha Nusantara, sebagai ujung tombak pemerhati para pinandita nusantara secara nyata telah melaksanakan berbagai kegiatan, seperti kegiatan pengarahan, bimbingan dan peningkatan pemahaman dalam hal ritual dan upakara hindu, juga dalam hal kemanusian khususnya dalam membantu memberikan program asuransi kesehatan yang didukung penuh oleh Badan Dharma Dana Nusantara (BDDN) Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, kepada para pinandita dan pandita nusantara.

Disamping hal-hal umum seperti diatas, Pinandita Sanggraha Nusantara juga mencanangkan sebuah program kegiatan yang spektakuler yakni “ Program GO Internasional”.

Hal ini diperkuat dan dibahas secara seksama dalam rapat pengurus pada tanggal 08 Mei 2011 yang diadakan di pura Amartha Jati Cinere dan disepakati bersama untuk segera menjalin komunikasi kepada Kedutaan Besar India di Jakarta. Maka untuk menindaklanjutinya, di tugaskanlah Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PSN yakni Sdr A.S.Kobalen untuk segera melakukan komunikasi yang intensif dengan pihak kedutaan India.

Pada hari kamis tanggal 23 Juni 2011, PSN mendapat undangan untuk menyampaikan Visi ,Misi dan program PSN dihadapan dengan The First Secretary Cons, Sdr Anand Basera (Sekretaris Duta Besar India). Acara dihadiri oleh, Ketua Umum, SekretarisUmum dan Sdr A.S.Kobalen Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PSN.

Dalam acara informal tersebut terjadi dialog dua arah yang saling memberi masukan, dan akhirnya disepakati untuk melanjutkan dialog tersebut secara resmi bersama Bapak Duta Besar India, dengan melibatkan pengurus organisasi Hindu lainnya diluar PSN seperti : WHDI , PERADAH dan KMHDI.

Waktu demi waktu berlalu, 3 bulan kemudian, tepatnya pada Hari Jumat tanggal 16 September 2011, PSN mendapat Undangan yang berisi bahwa tangal 20 September 2011 PSN bersama beberapa organisasi Hindu lainnya sebagaimana kesepakatan sebelumnya, akan diterima oleh Duta Besar India Mr Biren Nanda ( Ambassador Of India)

Pada tangal yang telah ditentukan tersebut semua peserta yang merupakan organisasi sayap dari PHDI sudah sudah bersiap di depan Gerbang Kedutaan untuk Antri Kartu Tamu, namun tiba-tiba Komandan Security Kedutaan , memerintahkan agar kami semua sebagai tamu kedutaan untuk masuk tanpa harus melalui pemeriksaan, dan bahkan kemudian kami angsung di antar keruang kerja bapak Duta Besar.

Sungguh suatu hal yang luar biasa sekali, bahwa bapak Duta Besar begitu bersahaja dalam menyambut kedatangan kami semua. Setelah dipersilahkan duduk, kemudian satu persatu dari rombongan yang hadir diperkenalkan oleh saudara A.S. Kobalen selaku Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PSN.

Bapak Duta Besar India kemudian mempersilakan Ketua Umum PSN Pinandita Gusti Ngurah Made Suyadnya untuk memulai menjelaskan program PSN yang dibantu oleh Sekretaris Umum Pinandita Astono Chandra Dana, kemudian acara di lanjutkan dengan penjelasan program WHDI Pusat yang di jelaskan oleh Sekretaris Umum WHDI Ibu Wikanthi Yogie .S.Ag. Setelah itu dilanjutkan penjelasan umum oleh Ketua I PERADAH, Sdr Wayan Sudana, dan perwakilan mahasiswa Hindu Sumut, Sdr Tamil Selvan yang kebetulan berada di Jakarta.

Bapak Duta Besar menyambut Gembira kehadiran kami para pengurus Organisasi Hindu di Indonesia ini, Beliau juga banyak bercerita tentang Hindu Tengger, karena beliau baru pulang dari sana serta tentang beberapa perguruan tinggi di Bali yang telah menjalin kemiteraan bersama perguruan tinggi yang ada di India.

Bapak Biren Nanda mengatakan “Kami sangat kagum dengan masyarakat di Indonesia, dan tidak menyangka ada sekian banyak umat Hindu yang tersebar diseluruh Indonesia, selain yang ada di pulau Bali”.

Beliau juga menyambut baik permohonan Ketua Umum PSN dalam Hal Pemberian Bea Siswa untuk 20 orang pertahun dalam program jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek bagi para pinandita kita belajar ke negeri India. Beliau juga menawarkan mata pelajaran umum apa saja, selain dari mata pelajaran agama guna menambah ilmu pengetahuannya dan berharap setelah mereka kembali, mereka dapat membimbing masyarakat Hindu Indonesia guna menyebar-luaskan pengetahuan keagamaan dan tata cara persembahyangan di Indonesia.

Beliau menawarkan beberapa hal dalam program pemberian bea siswa, seperti : Tiket Pesawat , tempat tinggal, makan, dan uang saku selama pendidikan di India, tapi beliau juga menyarankan agar yang berangkat sudah mempersiapkan diri secara matang, khususnya dalam penguasaan bahasa inggris, kemandirian untuk hidup jauh dari keluarga dan memang siap untuk menjalankan semua peraturan kampus dimana ditempatkan sesuai kesepakatan yang ditandatangani di bagian pendidikan Kedutaan India .

Demikian ,semoga informasi ini dapat menjadi motivasi dan tantangan para generasi kita untuk meraih kesempatan yang telah disediakan oleh Negara India melalui kedutaannya di Indonesia. Semoga Hindu tetap jaya selamanya.
Rahayu…...Rahayu…...Rahayu………..

Jakarta , 03 Oktober 2011


Pinandita Astono Chandra Dana
Sekum Pinandita Sangraha Nusantara

Tuesday, May 3, 2011

TUMPEK LANDEP

Oleh : Jro Mangku Made Sudiada (Serang)


SAKING TUHU MANAH GURU
MITUTURIN CENING JANI
KEWRUHAN LWIR SANJATA
NE DADIPRABOTANG SAI
KE ANGGEN NGERURUH AMRETE
SE-ENUN CENINGE MAURIF

Dari hati seorang Guru yang paling dalam
Sekarang ini Guru Memberikan nasehat tuk mu
Pengetahuan adalah senjata yang paling ampuh
Yang bisa dipakai keseharianmu
Sebagai senjata tuk menjalankan profesimu
Engkau gunakan selama hayat masih dikandung badan

Rasanya tembang sederhana dipedesaan seperti ini begitu menyentuh, ketika kakek kelawan I Nenek, mengusap-usap rambut cucunya dengan tangannya yang sudah penuh keriput, sambil membelitkan kain batik yang sudah lusuh untuk mengurangi berat beban cucunya karena tangannya sudah terlalu rapuh untuk menyangga beban yang berat.

Dari sudut matanya yang sudah keliatan lamur, namun masih tetap bergulir
airmatanya memanjatkan doa kepada Hyang Moho Suci, diakhir dari tembangnya ditujukan kepada cucu kesayangannya agar kelak tumbuh menjadi anak yang berguna, sanggup untuk menyinari “KULAWANDU MANAWA” sambil berharap. “TEHERANG RAGAN I-DEWA SAMPUNANG OBAH” ajegkanlah Hindu, karena lewat engkaulah kakek dan Nenek untuk mewali punarbawa nunas penglugrahan penebusan dosa, mewali
manumadi untuk mempebaiki tugas kami yang belum tuntas dalam kehidupan sekarang.

Sane mangkin minabang kakek lan dan nenkmu masih menempuh jalan Daksina yana kelahiran yang berulang, sampai akhirnya pencerahan itu datang pada Pekak & nenek mendapatkan pencerahan yang cuckup dumogi mresidayang menempuh jalan Utarayana mewali menunggal Kaula kelawan Igusti, ( Sang Sangkan Paraning Dumadi).

Agak aneh setelah usai gending gending itu dilantunkan mendadak senyum kedamaian menghias bibir Kakek, dan nenek, entah rasa kepuasan apa yang dirasakan setelah menciumi kening cucu cucu kesayanganya tertidur pulas ……Hemm…sebening embun pagi, sebersih salju, bila kuusap rambutmu …permata hatiku.

Seni membuat hidup ini demikian indah sehingga bergairah, IPTEK membuat hidup kita semakin mudah dan…Agama menjadikan hidup kita lebih terarah.

Tumpek Landep Memuja Sang Hyang Pasupati, Pertajam IdepUMAT Hindu kembali merayakan rerahinan Tumpek Landep, Sabtu Kliwon Wuku Landep (7 Mei 2011) hari ini Sanicara Kliwon uku landep. Pada Tumpek Landep, umat Hindu memuja Ida Sang Hyang Widhi dalam prebawa-nya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kecerdasan atau ketajaman pikiran sehingga mampu menciptakan teknologi atau benda-benda yang dapat mempermudah dan memperlancar hidup, seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer (laptop) dan sebagainya.
Tetapi dalam konteks itu umat bukanlah menyembah mobil, komputer, tetapi memohon kepada Sang Hyang Pasupati agar benda-benda tersebut betul-betul dapat berguna bagi kehidupan manusia.

Landep dalam Tumpek Landep memiliki pengertian lancip. Secara harfiah diartikan senjata tajam seperti tombak dan keris. Benda-benda tersebut dulunya difungsikan sebagai senjata hidup untuk menegakkan kebenaran. Secara sekala, benda-benda tersebut diupacarai dalam Tumpek Landep.

Tumpek Landep dalam konsept kekinian, senjata lancip itu sudah meluas. Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer dan sebagainya.

Benda-benda itulah yang diupacarai. Namun harus disadari, dalam konteks itu umat bukanlah menyembah benda-benda teknologi, tetapi umat memohon kepada Sang Hyang Widdhi dalam prebawa-nya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kekuatan pada benda tersebut sehingga betul-betul mempermudah hidup.

Dalam pengertian, bahwa umat patut bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan kemampuan atau ketajaman pikiran sehingga mampu enciptakan aneka benda atau teknologi yang dapat mempermudah hidup.

Sementara dalam kaitan dengan buana alit (diri manusia), Tumpek Landep itu sesungguhnya momentum untuk selalu menajamkan pikiran (landeping idep), menajamkan perkataan (landeping wak) dan menajamkan perbuatan (landeping kaya).

Ketiga unsur Tri Kaya Parisuda tersebut perlu lebih dipertajam agar berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Buah pikiran perlu dipertajam untuk kepentingan umat manusia, demikian pula perbuatan dan perkataan yang dapat menenteramkan pikiran atau batin orang lain.

Pikiran kita mesti selalu diasah agar mengalami ketajaman. Ilmu pengetahuanlah alat untuk menajamkan pikiran. Komputer yang diciptakan untuk mempertajam pikiran, hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Internet mesti digunakan untuk mengakses informasi sehingga wawasan dan kecerdasan bertambah, bukan untuk mengunduh yang lain-lain.

Tumpek Landep memiliki nilai filosofi agar umat selalu menajamkan pikiran.
Setiap enam bulan sekali umat diingatkan melakukan evaluasi apakah pikiran sudah selalu dijernihkan atau diasah agar tajam? Sebab, dengan pikiran yang tajam, umat menjadi lebih cerdas, lebih jernih melakukan analisa, lebih tepat menentukan keputusan dan sebagainya.

Friday, April 1, 2011

SELAMAT ATAS DILANTIKNYA PSN KORWIL BALI

Dengan menghaturkan puja dan puji kepada Ida Sang Hyang Widdhi Wasa,
Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Koordinator Wilayah Propinsi Bali
telah resmi terbentuk dan Kepengurusan PSN Korwil Bali telah dilantik dan dikukuhkan oleh Ketua Umum Pinandita Sanggraha Nusantara Pusat pada :

Hari, Tanggal : Senin, 28 Maret 2011

Bertempat : Di Gedung Wanita "NARIGRAHA" Renon Denpasar

Ketua Korwil Bali : Pinandita Gusti Ngurah Mendra, S.Sos.H
Sekretaris Korwil Bali : Pinandita I Ketut Arsa Wijaya, SH


Selamat Bekerja, Kibarkan panji-panji PSN di seantero Bali.


Rahayu.......

Thursday, March 17, 2011

Jakarta, 16 Maret 2011.
Nomor : 477/ParisadaPIII/2011
Lampiran : -
Perihal : Himbauan

Kepada Yth:
Parisada Seluruh Indonesia
di-tempat


Om Swastyastu,

Sehubungan dengan adanya berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah, seperti di Jepang, Sumbawa, Aceh, Gunung Bromo dan lain-lain, bersama ini munghimbau kepada seluruh jajaran Parisada Daerah bekerjasama dengan Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) untuk melaksanakan doa bersama pada :

Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Maret 2011.
Bertepatan dengan persembahyangan Purnama kedasa
Tempat : di Pura masing-masing

Demikian himbauan ini disampaikan untuk menjadi perhatian sebagaimana mestinya dan atas kerjasama yang baik kami ucapkan terimakasih.

Om santih santih santih.


Pengurus Harian Parisada Pusat

Sekretaris Umum,

Kolonel Inf. (Purn) I Nengah Dana, S.Ag


Tembusan Yth. :
1. Dharma Adhyaksa Parisada Pusat
2. Ketua Sabha Walaka Parisada Pusat
3. Ketua Umum Parisada Pusat (sbg. Laporan)
4. Ketua Umum Sanggraha Nusantara Pusat.

Sunday, February 20, 2011

TABUNGAN PUNIA

Oleh :Pinandita Astono Chandra Dana (Sekum Pinandita Sanggraha Nusantara Pusat)

Badan Dharma Dana Nasional (BDDN) dengan 3 program yang menyentuh keumatan yakni Program Peningkatan Mutu SDM Hindu dengan program Beasiswanya, Program Kesehatan Masyarakat (program Asuransi Pinandita dan Pandita), serta Program Pemberdayaan Ekonomi Umat, ternyata dari semenjak berdirinya sampai dengan saat ini belum mampu secara maksimal menjaring partisipasi aktif dari warga masyarakat Hindu yang memiliki potensi dan kemampuan untuk berdana punia.

Dalam laporan terakhir dari Ketua BDDN dalam Pasamuhan Agung PHDI di Bali pada awal bulan Desember tahun lalu disebutkan bahwa partisipan umat baru mencapai sekitar + 500 orang dari sekitar 10 jutaan warga Hindu penduduk Indonesia. Padahal pengurus BDDN sudah sangat aktif melakukan sosialisasi keberbagai lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga-lembaga BUMN, lembaga-lembaga swasta, banjar-banjar dan pura-pura dalam setiap kesempatan yang ada.

Demikian pula dengan adanya kerjasama lembaga antara BDDN dengan Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Pusat dalam hal program peng-Asuransi-an para Pinandita dan Pandita sejak tahun 2009 yang lalu, maka seluruh jajaran PSN pun telah memberikan kontribusi dalam penyebaran informasi dan sosialisasi mengenai program BDDN diberbagai daerah yang dikunjungi dan dalam berbagai kesempatan yang ada.

Dan penulis juga sangat yakin bahwa program-program BDDN inipun sudah pasti selalu menjadi bahan yang harus disampaikan dan disosialisasikan oleh para Pengurus Parisada baik ditingkat Pusat maupun di daerah.

Namun yang menjadi pertanyaan dan “QUESTION MARK” yang besar, mengapa program-program luhur BDDN tersebut belum mampu menstimulan partisipasi aktif umat dalam berdana punia melalui wadah BDDN?????

Dalam beberapa kali Pasamuhan Agung PHDI belakangan ini dan yang terakhir yang dilaksanakan di Bali beberapa waktu yang lalu, muncul wacana/gagasan/ide kreatif dari Ketua Dharma Adyaksa yang mendapat respon dan dukungan dari beberapa pengurus harian Parisada dan juga dari sejumlah Pandita anggota Sabha Pandita, dalam rangka penggalian Dana Punia umat melalui sebuah program yang disebut PROGRAM NYOLASIN.

Program yang diwacanakan ini mengambil acuan atau model Multi Level Marketing (MLM) dimana “sebelas orang pertama” berdana punia sehingga terkumpul sejumlah dana sebagai dana awal, kemudian masing-masing dari ke “sebelas orang pertama” tersebut mencari Down Line minimal 11 orang dan terus berjenjang kebawah (seperti halnya pernah diterapkan oleh subak dibali), sehingga diharapkan bisa terkumpul dana yang cukup besar yang akan dijadikan sebagai DANA ABADI Umat dan peruntukannya direncanakan (kalau berjalan lancar), sebesar-besarnya demi kepentingan umat Hindu Indonesia.

Sungguh mulia sekali tujuan yang direncanakan dari wacana program tersebut, namun pertanyaannya mampukah diimplementasikan diwarga masyarakat kita (khususnya umat Hindu) dengan berbagai latar belakang, strata kehidupan yang berbeda-beda tersebut???????

Apa yang terjadi pada program BDDN tersebut diatas, serta apa yang menjadi “concern” dari ide kreatif Program Nyolasin yang kemungkinannya juga akan sulit untuk diimplementasikan pada umat kita, ini menjadi bahan renungan dan pengkajian yang mendalam bagi penulis dan mungkin juga bagi semua pemerhati umat Hindu.

Ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak ini, :
1. Mengapa Program-program yang memiliki tujuan baik dan luhur seperti diatas sering tidak mendapatkan apresiasi positif dari umat kita???
2. Sejauh manakah pemahaman umat tentang dana punia tersebut????
3. Mengapa program-program sejenis diumat lain (agama tetangga) kok bisa berjalan dan mampu mengumpulkan dana yang sangat besar????
4. Adakah langkah-langkah keliru yang pernah dilakukan yang dampaknya pernah dirasakan oleh umat kita sehingga menjadikannya seolah-olah “masa bodoh”?????
5. Sejauh mana program pendidikan formal dan non formal membahas dan mengajarkan tentang Dana Punia????

Sejauh pengamatan penulis, bila kita coba perbandingkan dengan program sejenis di komunitas yang lain maka terlihat suatu upaya yang sangat sistematis, mulai usia dini sampai usia dewasa dalam berbagai kesempatan terus disampaikan (didoktrinasi) bahwa dana punia (dengan istilah mereka sendiri) adalah suatu kewajiban suci yang harus dilaksanakan oleh komunitas mereka, sebab kalau tidak dilaksanakan akan menjadi DOSA BESAR bagi mereka sebab secara tidak langsung mereka akan dicap sebagai pemakan (perampok) hak orang lain. Dan hal tersebut ditanamkan secara terus menerus sejak usia dini sehingga dialam bawah sadar mereka sudah terpatri bahwa kalau saya tidak melakukan kewajiban tersebut maka saya akan berdosa besar dan PINTU NERAKA sudah menanti dialam akhirat nantinya.

Wow…..sungguh indoktrinasi yang sangat luarbiasa, namun hal tersebut sangat efektif dirasakan dalam penggalangan dana umat untuk tujuan-tujuan keumatan mereka juga.

Apakah langkah-langkah atau cara-cara seperti itu bisa ditiru diumat kita??? Mengapa Tidak??????? Sepanjang tujuannya positif demi kepentingan umat kita juga, maka langkah atau cara seperti itupun kiranya layak untuk dipertimbangkan.

Parisada bersama segenap komponen Hindu lainnya bekerjasama dengan Kementerian Agama cq. Dirjen Bimas Hindu hendaknya melakukan koordinasi dengan Kementrian Pendidikan Nasional agar pengertian dan pemahaman tentang apa dan bagaimana dana punia itu serta implikasinya dalam kehidupan umat bisa mulai diajarkan, dibahas dan ditanamkan kepada generasi Hindu sejak usia dini, sehingga masuk kealam bawah sadar dari generasi Hindu mendatang bahwa berdana punia adalah sebuah kewajiban yang harus dan patut dilaksanakan oleh setiap individu Hindu, demi sebesar-besarnya kepentingan pembangunan dan pembinaan umat Hindu kedepan.

Memang proses ini akan butuh waktu, mungkin 10 – 15 tahun mendatang baru akan terlihat hasilnya. Namun kalau kita tidak mulai melangkah dari sekarang maka 10 -15 tahun kedepan hal yang sama seperti kondisi saat ini akan terulang dan terulang kembali.

Pertanyaan kemudian adalah : Bila kita perlu/butuh dana itu sekarang atau dalam jangka pendek ini, maka kira-kira apa dan bagaimana langkah-langkah yang harus diambil??????????

Penulis ada suatu pemikiran yang mudah-mudahan bisa menjadikan solusi untuk mengatasi permasalahan diatas (Pemikiran penulis ini sudah pernah penulis paparkan dan sampaikan kepada salah satu pengurus harian Parisada Pusat ketika beliaunya berkunjung ke kantor tempat kerja penulis).

Seperti kita ketahui saat ini dengan kondisi perekonomian masyarakat, khususnya umat Hindu di Indonesia, yang secara nasional kurang menggembirakan, maka himbauan untuk mengeluarkan dan melepaskan sejumlah uang untuk berdana punia akan dirasakan cukup berat mengingat beban hidup yang makin meningkat. Akan berbeda halnya bila kita menghimbau untuk menabung, pastilah akan mendapatkan respon lebih positif sebab dalam pikiran mereka uang yang dikeluarkan tersebut masih tetap milik mereka dan bisa sekali waktu dipakai untuk pemenuhan kebutuhan mereka.

Bila sidang pembaca ingat, bahwa sejak kecil kita sering diajarkan oleh para orang tua kita bahwa dalam hidup ini tidak boleh boros, harus bisa berhemat dan menabung. Kemudian kita dibelikan tempat menyimpan uang dari tembikar yang berupa “celengan atau ayam jago”. Saat itu kita sangat gembira menerima “celengan atau ayam jago” tersebut, dan kitapun dengan senang hati menyisihkan sebagian uang jajan kita untuk dimasukkan kedalam celengan atau ayam jago tersebut. Pas mendekati hari raya, kemudian kita bersama saudara-saudara yang lain membuka celengan atau ayam jago tersebut dengan melubangi bagian bawahnya atau terkadang malah dipecahkan/dihancurkan. Kitapun dengan riangnya menghitung satu demi satu koin atau lembaran uang yang kita sisihkan tersebut untuk bekal hari raya atau beli baju baru.

Ada juga sebagian yang lain, malah menyimpan uangnya di lemari pakaian atau dibawah bantal atau di tiang bambu atau dimanapun sebagai media penyimpanannya. Yang penting tersimpan aman dan sekali waktu bisa diambil.

Nah model menabung yang seperti ini yang mendasari ide/pemikiran penulis untuk mencoba mencari terobosan dan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga keumatan Hindu dalam penggalangan dananya, salah satunya seperti BDDN diatas.
Dalam upaya penggalangan dana dari umat Hindu, penulis menawarkan dengan pendekatan mengajak umat dalam program yang diberi judul “MENABUNG SAMBIL BERDANA PUNIA”.

Mengutip kitab Sarasamuscaya 261-262 bahwa : Dalam berusaha memperoleh sesuatu hendaknya senantiasa didasarkan atas Dharma. Dana yang diperoleh hendaklah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, bagian pertama untuk pemenuhan kebutuhan DHARMA yakni kebutuhan hidup rohani dan spiritual kita, bagian kedua untuk pemenuhan kebutuhan KAMA yakni kebutuhan hidup badan jasmani kita (sandang, pangan, papan), sedangkan bagian yang ketiga adalah untuk pemenuhan kebutuhan ARTHA yakni kebutuhan untuk kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang dengan cara mengembangkan usaha atau menabung, agar bisa diperoleh kebahagiaan lahir dan batin (jasmani dan rohani).

Bersumber pada hal tersebut kita akan coba padu-padankan pemenuhan kebutuhan DHARMA dan pemenuhan kebutuhan ARTHA tersebut, dengan menghimbau masyarakat umat Hindu untuk giat dan gemar kembali menabung. Menabung dengan jangka waktu tertentu. Tabungan ini bentuknya mengambil model seperti waktu kecil kita dahulu yakni seolah-olah menyimpan di “celengan” (seberapa jumlah uang yang dimasukkan sebegitu juga hasil yang didapat).

Artinya meskipun tabungan tersebut nantinya disetorkan/ditabungkan kesuatu/kesebuah lembaga keuangan (bank), yang mana nantinya akan ada keuntungan (profit) berupa bunga yang diberikan, namun kepada umat tersebut, hak atas bunganya tersebut tidak diserahkan kepada yang bersangkutan, melainkan kepada lembaga keumatan yang ditunjuk untuk itu, sebagai dana punia.

Jadi umat masih mempunyai hak atas dananya tersebut dan dalam jangka waktu tertentu bisa diambil dan dimanfaatkan, hanya saja keuntungan bunganya yang tidak didapatkan karena dipakai sebagai dana punia.

Dan atas dana punia yang diberikan oleh umat tersebut, lembaga keumatan yang bersangkutan bisa memberikan kompensasi berupa misalnya : kartu pengobatan gratis, atau berupa tanggungan asuransi baik untuk kesehatan, kecelakaan maupun kematiannya.
Dengan cara-cara tersebut maka niscaya umat akan senang hati, karena seakan-akan tanpa mereka sadari bahwa mereka telah berdana punia hanya dengan jalan menabung.

Namun satu hal yang mesti disosialisaikan bahwa untuk tabungan tersebut umat diikat dalam suatu perjanjian tertulis dimana umat yang bersangkutan baru boleh mengambil tabungannya paling cepat setelah kurun waktu 5 (lima) tahun. Adapun besaran dana tabungannya itu diserahkan sepenuhnya kepada kemampuan umat, namun disarankan rutinitasnya minimal setiap bulan sekali.

Apabila langkah-langkah ini bisa dijalankan maka penulis meyakini permasalahan-permasalahan dalam penggalangan dana umat yang seperti diatas dapat diatasi.
Adapun langkah-langkah yang mesti disiapkan adalah sbb :

Pertama, harus diciptakan/dibikin agar lembaga keumatan yang ada menjadi kredibel dimata umat, dengan menampilkan tokoh-tokoh umat yang sudah tidak diragukan lagi dedikasi dan kredibilitasnya serta dijalankan secara professional dengan tata kelola/manajemen dan kontrol yang memadai.

Kedua, lembaga tersebut hendaknya mengadakan kerjasama sama dengan sebuah lembaga keuangan (lebih baiknya lagi lembaga perbankan dan kalau bisa adalah sebuah bank pemerintah yang telah memiliki jaringan national dan internasional seperti BRI, BNI, bank Mandiri), dimana bank tersebut nantinya akan menampung dan menerima tabungan dana dari umat kita dengan membuka sebuah rekening baru dengan nama tertentu (misalnya ”TABUNGAN PUNIA BRI/ BNI/ Mandiri”) yang semata-mata diperuntukkan hanya untuk menampung dana-dana dari umat kita saja diseluruh Indonesia.

Dalam kerjasama tersebut secara jelas dan tegas dimuat bahwa tabungan yang dibuka adalah atas nama umat yang bersangkutan, sedangkan hak bunga dari tabungan tersebut seluruhnya disisihkan dan dimasukkan kedalam sebuah rekening penampungan (Escrow Account) atas nama lembaga keumatan tersebut untuk dipergunakan dalam berbagai kepentingan keumatan kita.

Setiap umat yang akan menabung diwajibkan mengisi formulir yang menyatakan persetujuan untuk menyerahkan sepenuhnya hak atas bunga yang semestinya mereka dapatkan kepada lembaga keumatan yang ditunjuk, serta memberikan persetujuan untuk tidak mengambil dana tabungannya sampai jangka waktu tertentu (dalam hal ini disarankan minimal 5 tahun atau maksimal 10 tahun), dan setelah itu baru bisa diambil sejumlah nilai atau keseluruhan nilai dari yang telah disetorkan/ditabungkan tersebut.

Penulis menyadari bahwa ide ini mungkin tidak bisa langsung diterapkan, untuk itu perlu pertimbangan dan pengkajian yang lebih mendalam oleh para pengurus lembaga keumatan dimaksud, kemudian dilakukan uji coba disuatu daerah tertentu sebagai “pilot project”, dan bila hasilnya bagus barulah diterapkan secara nasional.

Demikian semoga bermanfaat untuk kita semua. “Om Ano Badrah Kratavo Yan tu Visvatah” Atas asung kertha wara nugraha dari Hyang Widhi, semoga pikiran-pikiran yang baik datang dari segala penjuru.

Kesamaswamam...... R a h a y u ..............

Wednesday, January 19, 2011

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA Periode 2010-2015

ANGGARAN DASAR
PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA


BAB I
NAMA, TEMPAT, WAKTU DAN RUANG LINGKUP

Pasal 1 NAMA DAN TEMPAT
(1) Organisasi ini bernama PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA yang untuk selanjutnya disebut dengan nama singkatan " PSN ".
(2) PSN berkedudukan atau berkantor pusat di jakarta, dengan koordinator Wilayah di masing-masing Propinsi dan Koordinator Daerah di masing-masing kabupaten/Kota serta Koordinator lapangan di masing-masing Kecamatan.

Pasal 2. W A K T U
PSN didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.

Pasal 3. R U A N G L I N G K U P
Ruang lingkup PSN adalah se Nusantara yang meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia


BAB II
SIFAT, AZAS DAN TUJUAN

Pasal 4. S I F A T
PSN adalah suatu organisasi yang bersifat keagamaan dan sosial budaya

Pasal 5. A Z A S
PSN berazaskan PANCASILA dan UUD 1945 serta Ajaran-ajaran Suci Weda.

Pasal 6. T U J U A N
Maksud dan Tujuan dari PSN
(1) Meningkatkan dan mempererat suasana kerukunan diantara para anggota dalam bidang keagamaan, sosial dan Budaya.
(2) Meningkatkan pengabdian para anggota kepada masyarakat umat Hindu dalam bentuk pelaksanaan upacara dan Upakara Yadnya serta pembinaan umat.
(3) Menyatukan Visi dan Misi serta menumbuh kembangkan Srada dan Bhakti demi kesinambungan ajaran suci Weda.
(4) Meningkatkan sumber daya manusia PSN Baik wawasan, pengetahuan (Jnana), dan Etika/susila sesuai dengan Ajaran Weda sehingga menjadi panutan bagi umat.


BAB III
KEPENGURUSAN, TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 7 KEPENGURUSAN
Pengurusan PSN terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah dan Pengurus Lapangan
(1) Kepengurusan pusat terdiri dari :
a. Dewan Pelindung : Dirjen Bimas Hindu dari PHDI Pusat.
b. Dewan Penasehat : Para Sulinggih yang berdomisili di Pusat.
c. Dewan kehormatan :
d. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Inti dan Seksi-Seksi
(2) Kepengurusan Korwil terdiri dari :
a. Dewan Pelindung : Kanwil Bimas Hindu dan PHDI Provinsi.
b. Dewan Penasehat : Para Sulinggih yang ada di daerah.
c. Dewan Kehormatan :
d. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Inti dan Seksi-Seksi.
(3) Kepengurusan Korda dan korlap diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 8 PENGURUS PUSAT
Pengurus Pusat PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA adalah :
(1) Pengurus Pusat diangkat dan diberhentikan atas dasar Keputusan MAHA SABHA, yang dihadiri oleh utusan Korwil.
(2) Pengurus dipilih dari anggota PSN setelah masa jabatan Pengurus periode sebelumnya berakhir, kecuali untuk yang pertama kali.
(3) Tata cara pemilihan diatur dalam Anggara Rumah Tangga PSN.
(4) Kepengurusan Pusat Sekurang-kurangnya terdiri dari Pengurus Inti dan Seksi-Seksi.
(5) Pengurus Inti terdiri dari :
- Ketua Umum dan dibantu oleh sekurang-kurangnya 4 ( empat ) orang Ketua;
- Sekertaris Umum dibantu oleh sekurang-kurangnya 1 (satu ) orang Sekertaris;
- Bendahara Umum dibantu oleh sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Bendahara;
- Ketua I ( Bidang Pendidikan Keagamaan dan Litbang );
- Ketua II ( Bidang Organisasi dan Dana);
- Ketua III ( Bidang Kemasyarakatan dan Humas )
- Ketua IV ( Bidang Upakara dan Upacara ); dan bila dipandang perlu dapat ditambahkan posisi Ketua Bidang lainnya.
(6) Masing-masing Bidang terdiri dari beberapa seksi yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan Organisasi, dan masing-masing seksi di ketuai oleh seorang Ketua Seksi.
(7) Masa Bakti Kepengurusan baik Pusat maupun Daerah, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga PSN

Pasal 9 PENGURUS DAERAH
(1) Kepengurusan daerah terdiri dari : Koordinator Wilayah (Korwil) berkedudukan di Propinsi, Koordinator Daerah (Korda) berkedudukan di Kabupaten/Kota/yang setingkat, dan Koordinator Lapangan (Korlap) berkedudukan di Kecamatan, dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
(2) Pengurus Daerah adalah pengurus Lengkap yang terdiri dari pengurus Inti dan seksi-seksi, yakni :
- Ketua dibantu sekurang-kurangnya 1( satu ) wakil Ketua
- Sekertaris dibantu sekurang-kurangnya 1(satu) Wakil Sekretaris;
- Bendahara dibantu sekurang-kurangnya 1(satu) Wakil Bendahara ;
- Serta dapat di lengkapi dengan seksi-seksi yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pasal 10. TUGAS PENGURUS INTI
Pengurus inti bertugas :
(1). Melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ”PSN”
(2). Membuat dan melaksanakan Rencana Kerja dan Program Kerja ”PSN” yang telah disetujui atau ditetapkan oleh MAHASABHA untuk tingkat pusat, oleh LOKASABHA KORWIL untuk tingkat Wilayah, oleh LOKASABHA KORDA untuk tingkat Daerah dan LOKASABHA KORLAP untuk tingkat Korlap .
(3). Menyampaikan Laporan pertanggung jawaban pelaksanaan rencana kerja dan program
kerja ”PSN” kepada MAHASABHA untuk tingkat pusat, kepada LOKASABHA KORWIL untuk tingkat Wilayah, kepada LOKASABHA KORDA untuk tingkat Daerah dan kepada LOKASABHA KORLAP untuk tingkat Korlap.
(4). Tugas masing-masing jabatan pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.


Pasal 11. WEWENANG PENGURUS INTI
(1). Pengurus Inti berwenang :
a. Bertindak untuk dan atas nama kepentingan “PSN”baik keluar maupun kedalam.
b. Mengambil kebijaksanaan yang dianggap perlu, diluar yang telah ditentukan, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga “PSN”
(2). Kebijakan sebagaimana termaktub dalam ayat 1. b. harus segera diberitahu dan dipertanggung jawabkan kepada MAHASABHA untuk tingkat pusat, kepada LOKASABHA KORWIL untuk tingkat Wilayah, kepada LOKASABHA KORDA untuk tingkat Daerah dan kepada LOKASABHA KORLAP untuk tingkat Korlap.
(3) Hak Menjadi Pengurus hilang bilamana :
a. Meninggal Dunia.
b. Pindah Tempat domisili ( Khusus untuk pengurus Daerah ).
c. Berhalangan karena Sakit berkepanjangan.
d. Mengundurkan diri atau diberhentikan dari kepengurusan “PSN”baik secara hormat maupun tidak hormat oleh MAHASABHA untuk tingkat pusat, oleh LOKASABHA KORWIL untuk tingkat Wilayah, oleh LOKASABHA KORDA untuk tingkat Daerah dan LOKASABHA KORLAP untuk tingkat Korlap ..
(4) Wewenang masing-masing jabatan pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga


BAB IV
KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN

PASAL 12 KEANGGOTAAN
(1.). PSN mempunyai Keanggotaan :
a. Anggota PSN adalah seluruh pinandita dan para Serati Banten di Nusantara.
b. Anggota Kehormatan.
(2). Keanggotaan PSN hilang apabila :
a. Meninggal dunia.
b. Melanggar etika (sesana) kepinanditaan dan AD/ART.

Pasal 13. HAK-HAK ANGGOTA
Anggota PSN berhak:
(1). Memilih dan dipilih untuk menjadi pengurus.
(2). Mendapatkan bimbingan, pendidikan dan bantuan dari PSN
(3). Menghadiri rapat, memberikan suara, mengajukan usul yang menyangkut kepentingan PSN, baik secara tertulis maupun lisan.
(4). Mendapatkan perlindungan dan pengayoman dari PSN
(5). Mendapatkan santunan atau sumbangan baik dalam keadaan sakit (rawat inap) maupun meninggal sebagai tanda tali kasih, disesuaikan dengan keuangan PSN
(6). Anggota Kehormatan, Penasehat, Pelindung, berhak menghadiri rapat, memberikan suara, mengajukan saran atau usul yang menyangkut kepentingan PSN, namun tidak memiliki hak untuk dipilih menjadi pengurus.

Pasal 14. KEWAJIBAN ANGGOTA
Anggota PSN berkewajiban :
(1). Tunduk kepada Angaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan serta keputusan rapat PSN.
(2). Mencatatkan dirinya di pengurus PSN setempat.
(3). Membayar iuran wajib bulanan yang telah ditetapkan oleh Rapat Anggota.
(4). Menjaga serta membela kepentingan dan kehormatan PSN
(5). Melaksanakan tugas dan program kerja, yang telah diputuskan PSN dengan penuh tangung jawab.


BAB V
RAPAT-RAPAT.

Pasal 15. RAPAT-RAPAT
(1). Rapat-rapat “PSN” terdiri dari :
a. MAHASABHA
b. LOKASABHA KORWIL (untuk Korwil)
c. LOKASABHA KORDA (untuk Korda).
d. LOKASABHA KORLAP (khusus untuk Korlap ).
e. Rapat Pengurus.
f. Rapat-rapat lainnya yang dipandang perlu oleh pengurus.
(2). MAHASABHA dilaksanakan minimal satu (1) kali dalam 5 tahun.
(3). LOKASABHA KORWIL dilaksanakan minimal satu ( 1 ) kali dalam 5 tahun.
(4). LOKASABHA KORDA dilaksanakan minimal satu ( 1 ) kali dalam 5 tahun.
(5). LOKASABHA KORLAP dilaksanakan minimal 1 kali dalam 3 tahun.
(6). Rapat pengurus dilaksanakan minimal 2 kali setahun.
(7) Rapat-Rapat lain dilaksanakan tergantung situasi dan kondisi dan bila dipandang perlu
(8). Rapat dianggap sah apabila telah memenuhi quorum.
(9). Keputusan rapat diambil berdasarkan hasil Musyawarah dan Mufakat.
(10). Penjelasan lebih lengkap diatur dalam Anggaran Rumah Tangga


BAB VI
U S A H A

Pasal 16. U S A H A
Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana tersebut dalam BAB II, pasal 6 Anggaran Dasar ini, PSN melakukan usaha-usaha sebagai berikut :

(1). Memupuk dan mengembangkan kegiatan para anggota dalam bidang keagamaan, sosial dan keagamaan.
(2). Mengadakan pendidikan bagi anggota Pinandita (serati banten) dan masyarakat umum dibidang keagamaan.
(3). Mengorganisir dan menyelenggarakan Tirta Yatra baik dalam negeri maupun luar negeri.
(4). Mencetak atau menggandakan buku-buku keagamaan untuk pembinaan umat.
(5). Meningkatkan kesejahteraan para Pinandita dan Serati banten.
(6). Mengadakan hubungan atau kerjasama dengan semua pihak dalam masyarakat berdasar kan ajaran darma.
(7). Mengadakan atau mendirikan usaha-usaha lain yang sah, sepanjang tidak bertentangan dengan ayat-ayat suci Weda, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PSN.


BAB VII
KEKAYAAN

Pasal 17. KEKAYAAN
Kekayaan PSN terdiri dari :
(1). Uang Kas hasil iuran dari anggota.
(2). Sumbangan-sumbangan yang sah dan tidak mengikat, baik dari pemerintah maupun swasta, umat Hindu dalam maupun Luar Negeri yang menaruh minat terhadap usaha dan kegiatan PSN.
(3). Hibah dan warisan-warisan.
(4). Hasil dari Badan-Badan Usaha yang di bangun oleh PSN.
(5). Harta benda milik PSN adalah benda-benda yang didapat dan atau diusahakan olehPSN


BAB VIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN.

Pasal 18. PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
(1). Perubahan Anggaran Dasar PSN hanya dapat dilakukan oleh MAHA SABHA
(2). Perubahan Anggaran DasarPSNdianggap sah apabilaMAHA SABHAtermaksud dalam ayat 1 atas, dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari peserta MAHA SABHA.

Pasal 19. PEMBUBARAN
Pembubaran PSN apabila dikehendaki oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) anggota PSN, melalui MAHA SABHA.


BAB IX.
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20 KETENTUAN PENUTUP

(1). Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan khusus lainnya.
(2). Anggaran Dasar ini mulai berlaku pada saat di sahkan.



ANGGARAN RUMAH TANGGA
PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA

BAB I
NAMA, TEMPAT, BENTUK, SIMBOL,WAKTU, RUANGLINGKUP DAN KEDAULATAN

Pasal 1. N A M A DAN TEMPAT
(1). Nama PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA (PSN) ditetapkan atas kesepakatan anggota pada TEMU WICARA PANDITA, PINANDITA DAN SARATI BANTEN di Gedung Sapta Pesona Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tanggal sembilan belas Mei dua ribu tujuh ( 19-5-2007).
(2). PSN berkedudukan atau berkantor pusat di Jakarta, dengan Koordinator Wilayah di masing-masing Propinsi, Koordinator Daerah di masing-masing Kabupaten/Kota dan Koordinator lapangan di masing-masing Kecamatan .

Pasal 2. B E N T U K DAN SIMBOL
(1). Bentuk organisasi ini sesuai dengan bentuk organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan pada umumnya, dan sesuai dengan bentuk pada saat PSN ditetapkan.
(2). Simbul PSN ditetapkan atas kesepakatan anggota sejak terbentuknya sanggraha ini, yaitu " KEMBANG TERATAI BERDAUN DELAPAN DENGAN HURUF ONGKARA AKSARA DEWA NAGARI DITENGAH, DIBATASI DENGAN LINGKARAN YANG BERTULISKAN PSN DAN NAMA WILAYAH ATAU CABANG TEMPAT PERKUMPULAN BERADA “.
(3). Bentuk organisasi dan simbol PSN dapat dirubah atas persetujuan MAHA SABHA dalam suatu Rapat Paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 peserta sah (quorum), dan 2/3 dari peserta MAHA SABHA menyetujui perubahan tersebut.

Pasal 3. WAKTU
PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA didirikan untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan lamanya.

Pasal 4. R U A N G L I N G K U P
Ruang lingkup PSN adalah mencakup seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia atau yang disebut Nusantara .

Pasal 5. KEDAULATAN
Wawenang dan Kedaulatan tertinggi berada ditangan MAHASABHA PSN


BAB II
SIFAT, AZAS DAN TUJUAN

Pasal 6. S I F A T
(1). PSN adalah suatu organisasi yang bersifat keagamaan dan sosial budaya.
(2). PSN ini merupakan Organisasi dengan susunan organisasi sosial keagamaan yang berwawasan Nasional berdasarkan kitab suci Weda.
(3). Susunan organisasi PSN ini sudah sesuai dengan susunan organisasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan pada umumnya.
(4). Susunan organisasi PSN ini sudah sesuai dengan saat organisasi PSN ini ditetapkan.
(5). Organisasi PSN ini adalah Organisasi dibawah naungan Parisada Hindu Dharma Indonesia.

Pasal 7. A S A S
PSN berasaskan PANCASILA dan UUD 1945 serta Kitab Suci Weda.

Pasal 8. T U J U A N
(1). Memupuk dan membina rasa persatuan, kesatuan dan rasa kesetia kawanan sosial antar Pinandita dan Serati Banten, antar umat se Dharma khususnya, umat manusia umumnya, guna menumbuhkan rasa percaya diri pada setiap anggotaPSN.
(2). Menyamakan pandangan dan langkah atau Visi dan Misi anggota PSN serta mengembangkan, meningkatkan Srada dan Bhakti yang bertanggung jawab demi kesinambungan ajaran suci Hindu Dharma, dan ikut ambil bagian dalam rangka menyebar luaskan pengetahuan dan pelaksanaan ajaran-ajaran suci Weda.
(3). Turut aktif membantu, membina dan memimpin umat Hindu Dharma dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kerohanian maupun kegiatan Upacara dan Upakara Yadnya.
(4) Ikut dan aktif menjaga hubungan yang harmonis antara lembaga agama baik intern maupun ekstern.
(5). Meningkatkan pengabdian para anggota Kepada umat Hindu dalam bentuk pelaksanaan upacara dan upakara yadnya serta pembinaan umat.
(6). Meningkatkan sumber daya manusia PSNbaik wawasan, pengetahuan (jnana), dan Etika/susila sesuai dengan ajaran suci Weda sehingga menjadi panutan bagi umat .


BAB III
FUNGSI DAN TUGAS ORGANISASI

Pasal 9. FUNGSI ORGANISASI

Di Tingkat Pusat : Mengkoordinasikan Korwil-Korwil dalam :
(1). Menyatukan Visi dan Misi serta mengembangkan, meningkatkan Srada dan Bhakti
yang bertanggung jawab demi kesinambungan ajaran suci Hindu.
(2). Meningkatkan pengabdian para anggota kepada masyarakat umat Hindu dalam
bentuk pelaksanaan Upacara dan Upakara Yadnya dan pembinaan umat.
(3). Meningkatkan dan mempererat suasana kerukunan diantara para anggota dalam bidang keagamaan, sosial dan Budaya.
(4). Meningkatkan kualitas , martabat dan kesejahteraan seluruh anggota PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA.

Di tingkat Propinsi/Korwil : Mengkoordinasikan Korda-Korda dalam :
(1). Menyatukan Visi dan Misi serta mengembangkan, meningkatkan Srada dan Bhakti
yang bertanggung jawab demi kesinambungan ajaran suci Hindu.
(2). Meningkatkan pengabdian para anggota kepada masyarakat umat Hindu dalam
bentuk pelaksanaan Upacara dan Upakara Yadnya dan pembinaan umat.
(3). Meningkatkan dan mempererat suasana kerukunan diantara para anggota dalam bidang keagamaan, sosial dan Budaya.
(4). Meningkatkan kualitas, martabat dan kesejahteraan seluruh anggota PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA.

Di tingkat Kabupaten / Kota (Korda) : Mengkoordinasikan Korlap-korlap dalam :
(1). Menyatukan Visi dan Misi serta mengembangkan, meningkatkan Srada dan Bhakti yang bertanggung jawab demi kesinambungan ajaran suci Hindu.
(2). Meningkatkan pengabdian para anggota kepada masyarakat umat Hindu dalam bentuk pelaksanaan upacara dan Upakara Yadnya dan pembinaan umat.
(3). Meningkatkan dan mempererat suasana kerukunan diantara para anggota dalam bidang keagamaan, sosial dan Budaya.
(4). Meningkatkan kualitas, martabat dan kesejahteraan seluruh anggota PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA.

Di tingkat Kecamatan / (Korlap) : Mengkoordinasikan Anggota-anggota dalam :
(1). Menyatukan Visi dan Misi serta mengembangkan, meningkatkan Sraddha dan Bhakti yang bertanggung jawab demi kesinambungan ajaran suci Hindu.
(2). Meningkatkan pengabdian para anggota kepada masyarakat umat Hindu dalam bentuk pelaksanaan upacara dan Upakara Yadnya dan pembinaan umat.
(3). Meningkatkan dan mempererat suasana kerukunan diantara para anggota dalam bidang keagamaan, sosial dan Budaya.
(4). Meningkatkan kualitas , martabat dan kesejahteraan seluruh anggota PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA

Pasal 10. TUGAS ORGANISASI
Tugas pokok PSN adalah :
(1) Melayani umat Hindu dalam pelaksanaan Upacara dan Upakara Yadnya baik di tempat-tempat suci ( pura ) maupun di tempat lain dengan tidak membeda-bedakan suku, ras dan golongan.
(2). Meningkatkan kualitas para anggota PSN baik wawasan, Pengetahuan (Jnana), dan Etika/susila sesuai dengan ajaran-ajaran kitab suci Weda, sehingga menjadi panutan bagi umat Hindu.
(3). Meningkatkan pengabdian dan pembinaan para anggota PSN kepada masyarakat dan umat Hindu.
(4). Meningkatkan dan mempererat suasana kerukunan diantara para anggota dalam bidang keagamaan, Sosial dan Budaya.
(5). Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan setiap badan/organisasi/ lembaga yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan, baik lokal, nasional maupun internasional.
(6). Meningkatkan kesejahteraan dan martabat para anggota PSN.


BAB IV
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN ORGANISASI

Pasal 11. SUSUNAN DAN KEDUDUKAN ORGANISASI

(1) PSN Pusat adalah merupakan induk Organisasi yang berkedudukan di Tingkat Nasional dalam hal ini di Ibukota Negara yaitu DKI Jakarta Raya.
(2) PSN Daerah adalah merupakan Cabang dan Ranting dari PSN Pusat yang terdiri dari:
a. Untuk Provinsi atau Daerah yang setingkat dengan Provinsi selanjutnya disebut Korwil ( Koordinator Wilayah ) PSN Propinsi.
b. Untuk Kabupaten/ Kota atau Daerah Yang Setingkat selanjutnya disebut Korda ( Koordinator Daerah ) PSNKabupaten/Kota.
c. Untuk Kecamatan/Desa/Kelurahan atau yang setingkat dan Pura, selanjutnya
disebut Korlap (Koordinator Lapangan ) PSN Kecamatan
(3) Di daerah yang belum terdapat Korda dan Korlap PSN, maka PSN yang setingkat lebih tinggi dapat menangani atau menunjuk perwakilannya.
(4) Korwil PSN kedudukannya berada di bawah PSN Pusat dan berkewajiban, mentaati serta melaksanakan keputusan PSN Pusat dan AD/ART PSN.
(5) Korda PSN kedudukannya berada di bawah Korwil PSN, berkewajiban, mentaati serta melaksanakan keputusan PSN Pusat, Korwil dan AD/ART PSN.
(6) Korlap PSN kedudukannya di bawah Korda PSN, berkewajiban, mentaati serta
melaksanakan keputusan PSN Pusat, Korwil dan Korda serta AD/ARTPSN.


BAB V
KEPENGURUSAN, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN.


Pasal 12. P E N G U R U S
Pengurus adalah anggota PSN yang ditunjuk untuk mengurusi organisasi PSN, baik untuk kepentingan keluar maupun untuk kepentingan kedalam organisasi.
Pengurus dipilih dari anggota biasa PSN setelah masa jabatan Pengurus periode sebelumnya berakhir.
Tata cara pemilihan diatur dalam Bab V pasal 18 dan 19 Anggaran Rumah TanggaPSN ini.

Pasal 13. STRUKTUR KEPENGURUSAN ORGANISASI
Pengurus PSN terdiri dari Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah.
(1) Kepengurusan Pusat terdiri dari:
a. Dewan Pelindung : Dirjen Bimas Hindu dan PHDI Pusat.
b. Dewan Penasehat : Para Sulinggih di Tingkat Pusat/yang dipilih/yang terpilih.
c. Dewan Kehormatan PSN :
d. Pengurus Lengkap terdiri dari: Pengurus Inti dan Seksi-seksi

(2) Kepengurusan Wilayah Provinsi ( Korwil ) terdiri dari:
a. Dewan Pelindung : Kanwil Bimas Hindu dan PHDI Provinsi
b. Dewan Penasehat : Sulinggih yang ada di daerah /atau yang dipilih/terpilih.
c. Dewan Kehormatan.
d. Pengurus Lengkap terdiri dari : Pengurus Inti dan Seksi-seksi

(3) Kepengurusan Daerah Kabupaten (Korda ) terdiri dari:
a. Dewan Pelindung : PHDI Kabupaten dan PEMBIMAS/Penilik
b. Dewan Penasehat : Sulinggih yang ada di daerah /atau yang dipilih/terpilih.
c. Dewan Kehormatan.
d. Pengurus Lengkap terdiri dari : Pengurus Inti dan Seksi-seksi

(4) Kepengurusan Kecamatan/Kelurahan/Desa ( Korlap ) terdiri dari :
a. Dewan Pelindung : PHDI Kecamatan/Kelurahan/Desa
b. Dewan Penasehat : Sulinggih yang ada di daerah /atau yang dipilih/terpilih
c. Dewan Kehormatan Kecamatan/Kelurahan/Desa.
d. Pengurus Lengkap terdiri dari : Pengurus inti dan Seksi-seksi

Pasal 14. S U S U N A N P E N G U R U S P U S A T.
(1) Pengurus Pusat diangkat dan diberhentikan oleh MAHASABHA PSN.
(2) Pengurus dipilih dari anggota PSN setelah masa jabatan Pengurus periode sebelumnya berakhir.
(3) Pengurus Pusat adalah pengurus lengkap yang terdiri dari Pengurus Inti ditambah Seksi-seksi .
(4) Pengurus Pusat adalah dipimpin oleh seorang Ketua Umum.
- Ketua Umum dibantu oleh sekurang-kurangnya 4 (empat ) orang Ketua.
- Sekretaris Umum di bantu oleh sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Sekretaris.
- Bendahara umum dibantu oleh sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Bendahara.
(5) Pengurus Inti di Kepengurusan Pusat untuk Periode 2010-2015 terdiri dari :
a. Ketua Umum
b. Ketua I ( Bidang Pendidikan Keagamaan dan Litbang ),
c. Ketua II ( Bidang Organisasi dan Dana ),
d. Ketua III ( Bidang Kemasyarakatan dan Humas ),
e. Ketua IV ( Bidang Upacara-Upakara).
f. Ketua V (Bidang Lembaga dan Hubungan Internasional)
g. Sekretaris Umum, Sekretaris,
h. Bendahara Umum dan Bendahara.

(6) Masing-masing ketua membawahi beberapa seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan
Organisasi.
(7) Masa bakti pengurus ditetapkan adalah 5 (lima) tahun dalam satu periode kepengurusan dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya, untuk Posisi Ketua Umum di Pusat dan Ketua di Daerah hanya dua kali masa jabatan.

Pasal 15. S U S U N A N S E K S I P E N G U R U S.
(1) Ketua Umum membawahi:
a. Sekretaris Umum dan Sekretaris.
b. Bendahara Umum dan Bendara.
(2) Ketua I membawahi seksi-seksi :
a. Pendidikan dan Pengajaran
b. Tuntunan Agama dan Moral
c. Dharma Wacana dan Darmatula
d. Publikasi Internet, Perpustakaan dan Penterjemah.
e. Penelitian dan Pengembangan.
(3) Ketua II membawahi Seksi :
a. Dana
b. Bantuan Hukum.
c. Organisasi dan Kelembagaan
d. Pusat Pengolahan Data (Puslahdat).
(4) Ketua III membawahi seksi :
a. Siaran dan Penerbitan merangkap Humas
b. Sosial Kemasyarakatan
c. Asuransi
d. Kesulinggihan
(5) Ketua IV membawahi seksi :
a. Upakara dan Upacara Yadnya
b. Sarati Banten
c. Kesehatan.
(6) Ketua V membawahi seksi :
a. Kelembagaan
b. Hubungan Internasional

Pasal 16. PENGURUS WILAYAH, DAERAH DAN KECAMATAN/DESA/PURA
(1). Pengurus terdiri dari:
a. Korwil adalah Koordinantor Wilayah berkedudukan di ibu kota Provinsi,
b. Korda adalah Koordinator Daerah berkedudukan di ibu kota Kabupaten atau Kota Madya.
c. Korlap adalah Koordinator Lapangan berkedudukan di Kecamatan/Desa atau Pura, dibentuk sesuai dengan kebutuhan di Daerah, yang berfungsi mengkoordinir anggota di suatu daerah, baik di kecamatan/Desa maupun di masing-masing Pura.
(2) Pengurus Daerah adalah Pengurus Lengkap Daerah yang terdiri dari Pengururs Inti yakni:
- Ketua dan dibantu sekurang-kurangnya 1 (satu) Wakil Ketua ;
- Sekretaris dibantu sekurang-kurangnya 1 (satu) Wakil Sekertaris ;
- Bendahara, dibantu sekurang-kurangnya 1 (satu) Wakil Bendahara ;
- serta Seksi-seksi yang jumlahnya ditentukan sesuai dengan kebutuhan.
-
Pasal 17. S U S U N A N P E N G U R U S D A E R A H.
Susunan Pengurus Daerah terdiri dari:
(1) Pengurus Inti :
- Ketua
- Wakil Ketua.
- Sekretaris .
- Wakil Sekretaris.
- Bendahara.
- Wakil Bendahara.
(2) Seksi-seksi dan koordinator-koordinator yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan, antara lain : Seksi Pendidikan, Seksi Sosial Kebudayan dan Kerohanian, Seksi Humas, Seksi Upacara dan Upakara Yadnya, Seksi Transportasi dan Perlengkapan, Seksi Penggalian Dana serta Koordinator-koordinator Daerah/ Lapangan.

Pasal 18. M A S A B A K T I P E N G U R U S.
(1). Masa bakti pengurus ditetapkan adalah 5 ( lima ) tahun sejak serah terima jabatan dari pengurus periode sebelumnya.
(2). Pengurus lama dapat dipilih kembali dalam masa periode berikutnya, khusus Ketua Umum di Pusat atau Ketua di daerah hanya satu kali masa jabatan lagi, dengan syarat pertanggung jawaban masa kepengurusan sebelumnya bisa diterima oleh rapat paripurna dalam Maha Sabha, Loka Sabha Korwil, Loka Sabha Korda dan Loka Sabha Korlap
(3) Serah terima jabatan dilaksanakan dalam suatu Rapat Paripurna Maha Sabha, atau Loka Sabha Korwil atau Loka Sabha Korda, atau Loka Sabha Korlap.

Pasal 19. P E M I L I H A N P E N G U R U S.
(1) Pemilihan dapat dilaksanakan dan dianggap sah apabila rapat pemilihan memenuhi persyaratan quorum yaitu dihadiri oleh sekurang - kurangnya 50% + 1 peserta yang terdaftar dan untuk Keputusan sekurang-kurangnya 50% ditambah satu dari peserta yang hadir memberikan suara yang sah.
(2) Pemilihan dilaksanakan oleh panitia pemilihan.
(3) Panitia pemilihan dibentuk dan dipilih oleh Rapat Pleno PSN
(4) Calon pengurus dipilih dari Anggota yang memenuhi syarat ( mempunyai kemampuan memimpin dan integritas).
(5) Jabatan Ketua Umum adalah yang terpilih dengan mendapat suara terbanyak.
(6) Calon Pengurus disahkan menjadi pengurus oleh Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap.
(7) Apabila salah satu anggota pengurus tidak bisa melaksanakan tugasnya atau karena sesuatu hal berhalangan untuk menjalankan tugasnya, maka Ketua yang membawahinya berhak untuk memilih pengganti pengurus tersebut.
(8) Untuk Pengurus Pusat, apabila Ketua Umum berhalangan atau tidak bisa melaksanakan tugasnya, Jabatannya digantikan oleh salah seorang Pengurus Inti berdasarkan keputusan musyawarah Pengurus Inti sampai masa jabatan berakhir.
(9) Untuk pengurus Daerah, apabila Ketua berhalangan atau tidak bisa melaksanakan tugasnya, Jabatannya diisi oleh salah seorang pengurus inti daerah berdasarkan keputusan musyawarah sampai masa jabatan berakhir.
(10) Apabila dalam Rapat belum memenuhi Quorum yaitu 50% + 1 dari peserta yang terdaftar, maka Ketua Rapat dapat menskorsing Rapat beberapa waktu, dan kemudian di lanjutkan kembali dengan rapat kedua dan rapat kedua ini tetap di anggap sah memenuhi quorum untuk menyelengarakan Rapat dan mengambil keputusan yang sah dan mengikat meskipun kehadirannya kurang dari 50% + 1 peserta yang hadir.

PASAL 20. TUGAS PENGURUS INTI
(1) Memimpin dan menjalankan roda Organisasi guna mencapai tujuan-tujuan PSN sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PSN.
(2) Membuat dan melaksanakan program kerja Pengurus yang telah disetujui atau ditetapkan oleh Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap.
(3) Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan anggota PSN
(4) Meningkatkan pengabdian dan Pelayanan kepada umat Hindu dibidang Upacara dan Yadnya.
(5) Memberikan pertanggung jawaban kepada Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap.
(6) Tugas masing-masing jabatan pengurus diatur dalam Surat Keputusan yang dibuat, disepakati dalam Rapat Pengurus Inti, disesuaikan dengan Bab V Pasal 14, Anggaran Rumah TanggaPSN ini.

Pasal 21. WEWENANG PENGURUS INTI
(1) Bertindak atas nama dan untuk kepentingan PSN baik keluar maupun kedalam, sesuai dengan AD/ART.
(2) Mengambil kebijakan yang dianggap perlu, diluar yang telah ditentukan, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PSN.
(3) Kebijakan tersebut dalam ayat 2 diatas, harus segera diberitahukan dan dipertanggung jawabkan kepada anggota PSN.
(4) Wewenang masing-masing jabatan pengurus diatur dalam Surat Keputusan yang dibuat, disepakati dalam Rapat Pengurus Inti, disesuaikan dengan Bab V Pasal 14, Anggaran Rumah Tangga PSN ini.

Pasal 22. H A K PENGURUS INTI
(1) Mengambil kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan sehingga organisasi PSN berjalan sesuai dengan visi dan misi yang di amanatkan oleh AD/ART.
(2) Mengelola dana atau aset organisasi sehingga organisasi berjalan sesuai dengan AD/ART.
(3) Mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak manapun yang menguntungkan PSN sesuai dengan AD/ART.
(4) Mendapat nasehat dari Dewan Penasehat PSN
(5) Mendapat Perlindungan dari Dewan Pelindung PSN
(6) Mendapat informasi atau laporan dari Dewan Kehormatan PSN
(7) Hak Menjadi Pengurus hilang apabila :
a. Meninggal Dunia.
b. Pindah Tempat domisili ( Khusus untuk pengurus Daerah )..
c. Berhalangan karena Sakit berkepanjangan.
d. Mengundurkan diri atau diberhentikan dari kepengurusan PSN baik secara hormat maupun tidak hormat melalui sebuah rekomendasi dari Dewan Kehormatan dalam rapat lengkap pengurus inti.

Pasal 23. K E W A J I B A N PENGURUS INTI
(1) Memberikan laporan pertanggung Jawaban kepada Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap.
(2) Melaporkan kebijakan-kebijakan yang diambil diluar AD/ART kepada Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap.
(3) Melaporkan keuangan atau aset-aset organisasi kepada Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap.
(4) Mendengarkan dan mempertimbangkan nasehat dari Dewan Penasehat dalam mengambil kebijakan-kebijakan organisasi..
(5) Mendengarkan dan mempertimbangkan informasi, rekomendasi atau klarifikasi suatu masalah dari Dewan Kehormatan sebagai landasan untuk mengambil keputusan atau kebijakan demi utuhnya organisasi,

BAB VI.
D E W A N D A N K E P A N I T I A A N.

Pasal 24. D E W A N – D E W A N
(1) PSN mempunyai Dewan-Dewan:
a. Dewan Penasehat.
b. Dewan Pelindung
c. Dewan Kehormatan.
(2) Dewan-Dewan tersebut diatas bertugas hanya memberikan nasehat, perlindungan, saran, informasi, rekomendasi dan teguran, kepada pengurus maupun anggota.
(3) Anggota Dewan-Dewan tersebut ditunjuk atau dipilih dan ditetapkan kepada Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan kepada Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap.
(4) Keanggotaan Dewan tersebut diatas hilang bila:
a. Mengundurkan Diri
b. Meninggal Dunia.
c. Berhalangan, berhenti baik dengan hormat maupun tidak dengan hormat.
d. Pindah alamat khusus untuk Daerah.


Pasal 25. DEWAN PENASEHAT

DEWAN PENASEHAT, TUGAS DAN KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN

(1) NAMA
a. Dewan PENSEHAT adalah badan yang dibentuk oleh Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap. yang anggotanya dipilih dari Para Sulinggih yang ada ditatanan daerah masing-masing ( Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan/ Kelurahan/Desa), yang selanjutnya disebut Dewan Penasehat PSN.
b. Dewan Penasehat PSN anggotanya sekurang-kurangnya terdiri dari 1 Orang.
(2) TUGAS
a. Memberi nasehat atau informasi kepada pengurus mengenai segala hal yang berhubungan dengan kegiatan organisasi baik keluar maupun kedalam.
b. Ikut berpartisipasi untuk memajukan PSN.



(3) KEWENANGAN
a. Memberi nasehat atau informasi kepada pengurus mengenai segala hal yang berhubungan dengan kegiatan organisasi baik keluar maupun kedalam, baik diminta maupun tidak
b. Wenang berpartisipasi untuk memajukan PSN.
(4) HAK
a. Berhak ikut rapat-rapat yan bila dipandang perlu dibutuhkan untuk sesuatu tugas.
b. Berhak memanggil, menasehati pengurus dan anggota, sesuai dengan informasi yang didapat baik dari anggota maupun dari pihak luar.
(5) KEWAJIBAN
a. Menjaga baik nama PSN sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PSN.
b. Wajib melaksanakan tugas-tugas yang di embannya.


Pasal 26. DEWAN PELINDUNG

DEWAN PELINDUNG, TUGAS DAN KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN
(1). NAMA
a. Dewan PELINDUNG adalah badan yang dibentuk oleh Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap. yang anggotanya dipilih dari Dirjen/Kanwil Bimas Hindu Kemag, Ketua PHDI (Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan ) yang ada ditatanan daerah masing-masing (Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan/Kelurahan/ Desa ), yang selanjutnya disebut Dewan Pelindung PSN.
b. Dewan Pelindung PSN anggotanya sekurang-kurangnya terdiri dari 2 Orang.
(2) TUGAS
a. Memberi perlindungan kepada Organisasi PSN bila ada tekanan atau ancaman dari pihak luar atau dari manapun, sesuai dengan aturan atau jalur Hukum yang ada.
b. Ikut berpartisipasi untuk memajukan PSN.
(3) KEWENANGAN
a. Memberi perlindungan kepada Organisasi PSN bila ada tekanan atau ancaman dari pihak luar atau dari manapun, sesuai dengan aturan atau jalur Hukum yang ada.
b. Wenang berpartisipasi untuk memajukan PSN.
(4). HAK
a. Berhak ikut rapat-rapat yang bila dipandang perlu dibutuhkan untuk sesuatu tugas.
b. Berhak memanggil, menasehati pengurus dan anggota, sesuai dengan informasi yang didapat baik dari anggota maupun dari pihak luar.
(5) KEWAJIBAN
a. Menjaga baik nama PSN sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PSN.
b. Wajib melaksanakan tugas-tugas yang di embannya.

Pasal 27. DEWAN KEHORMATAN.

DEWAN KEHORMATAN, TUGAS DAN KEWENANGAN
(1) NAMA
a. Dewan Kehormatan adalah badan yang dibentuk oleh Rapat Paripurna Maha Sabha untuk Pengurus Pusat, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korwil untuk Pengurus Korwil, oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korda untuk Pengurus Korda dan oleh Rapat Paripurna Loka Sabha Korlap untuk Korlap. yang anggotanya dipilih dari anggota yang sudah senior dalam ke Pinanditaan dan organisasi, yang selanjutnya disebut Dewan Kehormatan PSN.
b. Dewan Kehormatan PSN anggotanya sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang terdiri dari 1 orang Ketua dan 2 orang anggota.
(2) TUGAS
a. Mengawasi seluruh anggota maupun pengurus PSN agar selalu dalam koridor Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang merupakan landasan dasar Organisasi PSN.
b. Mengarahkan/mengingatkan dan menasehati anggota maupun pengurus PSN agar tidak keluar dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PSN.
c. Ikut berpartisipasi untuk memajukan PSN.
(3) KEWENANGAN
a. Mengawasi seluruh anggota maupun pengurus PSN agar selalu dalam koridor Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang merupakan landasan dasar Organisasi PSN.
b. Mengarahkan/mengingatkan dan menasehati anggota maupun pengurus PSN agar tidak keluar dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PSN.
c. Ikut berpartisipasi untuk memajukan PSN.
(4). HAK
a. Berhak mengadakan rapat-rapat yang dibutuhkan untuk sesuatu tugas.
b. Berhak mendapatkan klarifikasi dari pengurus maupun anggota, sesuai dengan informasi yang didapat baik dari anggota maupun dari pihak luar.
c. Berhak membuat kesimpulan dan keputusan dari hasil kerja maupun dari hasil rapat-rapat Dewan Kehormatan PSN.
(5) KEWAJIBAN
a. Menjaga baik nama PSN dan melaksanakan tugas atau berprilaku sesuai dengan sesananing Pemangku dan selalu bertindak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PSN.
b. Wajib melaksanakan tugas-tugas yang di embannya.
c. Wajib memberikan hasil keputusan atau rekomendasi kepada Pengurus, kepada MAHA SABHA atau kepada LOKA SABHA KORWIL atau kepada LOKA SABHA KORDA atau kepada LOKA SABHA KORLAP PSN.

Pasal 28. P A N I T I A - P A N I T I A.
(1) Bila dianggap perlu, pengurus dengan persetujuan seluruh anggota dapat membentuk Panitia Pemeriksa keuangan yang bertugas untuk mengadakan pemeriksaan kekayaan Organisasi, dan hasil usaha dari badan usaha organisasi, hasil pemeriksaan panitia tersebut selanjutnya diserahkan kepada pengurus PSN.
(2) Panita-panitia lain dibentuk berdasarkan kebutuhan oleh pengurus harian PSN.


BAB VII.
KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN.

Pasal 29. K E A N G G O T A A N
(1) PSN mempunyai :
a. Anggota PSN adalah para Pinandita ditambah para Sarati banten.
b. Anggota Kehormatan.
c. Penasehat dan Pelindung.
d. Pembina.
(2) Penerimaan dan pendaftaran anggota:
a. Penerimaan dan pendaftaran anggota biasa dilakukan secara tertulis dan mengisi daftar isian yang ditetapkan oleh PSN.
b. Setiap anggota akan didaftar dan dicatat dalam suatu buku induk anggota.
c. Penerimaan anggota Kehormatan, Penasehat, Pelindung, Pembina disetujui dan ditetapkan oleh rapat anggota.
(3) Keanggotaan PSN hilang apabila:
a. Meninggal dunia.
b. Pindah ketempat lain.
c. Karena sebab-sebab lain.

Pasal 30. H A K A N G G O T A.
Anggota berhak:
(1) Mengeluarkan pendapat, mengajukan usul, bertanya dan mengontrol organisasi langsung kepada pengurus harian.
(2) Memilih dan dipilih dalam segala jabatan kepengurusan organisa¬si.
(3) Meminta pertanggung jawaban organisasi dalam melaksanakan kebijaksanaan yang telah ditetapkan melalui rapat anggota.
(4) Mendapatkan pelayanan baik suka maupun duka, mendapatkan bimbingan, pendidikan dan atau bantuan dari PSN.
(5) Menghadiri rapat, memberikan suara, mengajukan atau mengusulkan segala hal soal dan kepentingan yang menyangkut PSN, baik secara tertulis maupun lisan.
(6) Mendapatkan santunan atau sumbangan baik dalam keadaan sakit maupun meninggal sebagai tanda tali kasih, disesuaikan dengan situasi dan kondisi ekonomi sosial bangsa dan kas PSN.
(7) Anggota Kehormatan, Penasehat, Pelindung dan Pembina, berhak mengadiri rapat, memberikan suara, mengajukan saran atau usul segala sesuatu yang menyangkut kepentingan PSN, namun tidak berhak dipilih menjadi pengurus.

Pasal 31. K E W A J I B A N A N G G O T A.
Anggota wajib:
(1) Setiap anggota berkewajiban untuk menjunjung tinggi nama baik PSN dengan melaksanakan TRIKAYA PARI SUDHA serta tunduk kepada aturan-aturan, adat istiadat dan melaksana¬kan kewajiban sebagai Umat Hindu Dharma dengan sebaik-baiknya.
(2) Wajib melaksanakan tugas dan melaksanakan “Sesananing Pemangku” di pura dimana Anggota pinandita bertugas atau di winten atau dilantik dengan iklas dan jujur..
(3) Wajib mengikuti rapat-rapat / pertemuan-pertemuan, mengikuti kegiatan PSN baik intern maupun ekstern.
(4) Wajib membayar iuran bulanan sebesar nilai yang telah ditetapkan oleh Rapat Paripurna Pengurus Pusat.
(5) Mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan keputusan bersama yang diputuskan dalam rapat paripurna anggota PSN.

Pasal 32. S A N K S I - S A N K S I
Bagi anggota PSN yang tidak memenuhi kewajibannya seperti termaksud pada Bab VII, Pasal 30 akan dikenakan sanksi sebagai berkut:
(1) Teguran lisan 3 (tiga) kali.
(2) Teguran tertulis 3 (tiga) kali.
(3) Apabila setelah teguran termaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 dalam pasal ini tidak dipenuhi maka atas rekomendasi Dewan Kehormatan PSN anggota yang bersangkutan tidak akan mendapatkan hak-haknya sesuai dengan Bab VII, pasal 30 ART ini.


BAB VIII
RAPAT - RAPAT

Pasal 33. RAPAT PENGURUS DAN RAPAT ANGGOTA.
Pengurus harus mengadakan rapat sekurang-kurangnya 2 (dua ) kali dalam satu tahun.
(1) MAHA SABHA adalah merupakan badan tertinggi dari PSN Pusat, diadakan sekurang-kurangnya 5 tahun sekali, tempat ditentukan oleh pengurus.
(2) MAHA SABHA Luar Biasa bisa diadakan bila dipandang perlu, atas usul dari Korwil (minimal 10 Korwil ) atau oleh Rapat Pengurus Lengkap, untuk memutuskan dan mengesahkan hal-hal yang bersifat sangat penting.
(3) Loka Sabha Korwil adalah merupakan badan tertinggi dari PSN Daerah Propinsi yang diadakan sekurang-kurangnya 5 tahun sekali dengan mengambil tempat yang ditentukan oleh pengurus.
(4) Loka Sabha Korda adalah merupakan badan tertinggi dari PSN Daerah Kota/ Kabupaten yang diadakan sekurang-kurangnya 5 tahun sekali dengan mengambil tempat yang ditentukan oleh pengurus.
(5) Loka Sabha Korlap adalah merupakan badan tertinggi dari PSN tingkat Kecamatan/Kelurahan dan Pura dan diadakan sekurang-kurangnya 5 tahun sekali dengan mengambil tempat yang ditentukan oleh pengurus.
(6) Maha Sabha, Loka Sabha Korwil, Loka Sabha Korda, Loka Sabha Korlap dianggap memenuhi persyaratan quorum adalah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 50% + 1 dari jumlah anggota sah.
(7) Rapat pemilihan pengurus dapat diteruskan apabila memenuhi persyaratan quorum, dan hasil pemilihan dianggap sah apabila sekur¬ang-kurangnya 50% + 1 peserta rapat memberikan suaranya.
(8) Apabila dalam rapat belum memenuhi quorum yaitu 50% + 1 dari anggota yang hadir, maka Ketua Rapat dapat menskorsing rapat beberapa waktu, dan kemudian dilanjutkan kembali dengan Rapat Kedua dan Rapat Kedua ini dianggap sah memenuhi quorum untuk menyelenggarakan Rapat dan mengambil keputusan yang sah dan mengikat, meskipun tetap kurang dari 50% + 1 pesertanya.
(9) Rapat pengurus dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 kali setahun.
(10) Rapat-rapat lain dilaksanakan tergantung situasi dan kondisi dan bila dipandang perlu
(11) Rapat dianggap sah apabila telah memenuhi quorum.
(12) Keputusan rapat diambil berdasarkan hasil Musyawarah dan Mufakat.
(13) Segala keputusan rapat anggota harus dihormati dan dilaksanakan.


BAB IX
U S A H A

Pasal 34. U S A H A
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam BAB II pasal 7, PSN melakukan uasah-usaha sebagai berikut :
(1) Memupuk dan mengembangkan kegiatan para anggota dalam bidang keagamaan, sosial dan budaya.
(2) Mengadakan hubungan dan atau kerjasama dengan semua pihak dalam masyarakat, mengadakan hubungan dengan Instansi terkait dalam bidang pendidikan , mengadakan saresehan, pertemuan-pertemuan yang membahas keagamaan.
(3) Mengadakan usaha-usaha lain yang sah , sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah PSN.
(4) Mengadakan pendidikan bagi anggota Pinandita, serati banten dan masyarakat umum dibidang keagamaan.
(5) Mengorganisir dan menyelenggarakan Tirta Yatra baik dalam negeri maupun luar negeri.
(6) Mencetak atau menggandakan buku-buku keagamaan untuk pembinaan umat.
(7) Menulis dan membuat makalah-makalah di media, baik di media electronik maupun dimedia massa dalam rangka pembinaan umat dan pengembangan, pengamalan ajaran suci Hindu Dharma.
(8) Meningkatkan dan mengangkat martabat dan kesejahteraan para Pinandita dan Serati banten.

BAB X
HARTA BENDA

Pasal 35. H A R T A B E N D A
(1). Harta benda PSN terdiri dari :
a. Uang Kas PSN.
b. Benda-benda milik PSN.
(2) Keuangan PSN didapat dari :
a. Iuran dari anggota.
b. Sumbangan-sumbangan yang sah dan tidak mengikat.
c. Usaha_usaha lain dan sah.
(3). Benda-benda milik PSN adalah benda-benda yang didapat dan atau diusahakan oleh PSN.

BAB XI
PERUBAHAN DAN PEMBATALAN

Pasal 35. P E R U B A H A N.
(1). Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dirubah oleh Rapat Paripurna dalam MAHA SABHA.
(2). Setiap Usulan atau saran-saran perubahan, dapat disampaikan melalui
pengurus untuk dibahas dan diteruskan pada Rapat Paripurna MAHA SABHA.
(3). Perubahan Anggaran Rumah Tangga PSN dianggap sah apabila MAHA SABHA dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Korwil PSN.


BAB XII
PENUTUP

Pasal 36. P E N U T U P
Anggaran Rumah Tangga ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar PSN dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.



Ditetapkan di : Jakarta.
Pada Tanggal : 24 Oktober 2010.

Monday, January 10, 2011

PENGURUS PSN PUSAT 2010 - 2015

SUSUNAN PENGURUS PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA PUSAT
MASA BAKTI PERIODE 2010 – 2015

1.PELINDUNG :
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT
DIRJEN BIMAS HINDU KEMENTERIAN AGAMA RI

2.PENASEHAT :
Ida Pedanda Gde Ketut Sebali Tianyar Arimbawa
Ida Pedanda Gde Bang Buruan Manuaba
Ida Pedanda Gde Putra Telabah
Pandhit R. Tiaga Rajan
Ida Pedanda Gde Putra Sidemen
Ida Pedanda Putu Singarsa
Ida Pedanda Gde Oka Jelantik
Ida Pedanda Gde Panji Sogata
Romo Pandita Jati

3.DEWAN KEHORMATAN :
Pinandita Prof. Dr. Ir. Made Kartika
Profesor Dr I Made Titib, Ph.D
Drs I Ketut Wiana, M.Ag
Drs. I Gede Rudia Adiputra, M.Ag
Drs. I Wayan Suarjaya, M.Si
Pinandita I Ketut Bantas, S.Ag.
Pinandita I Made Sudiada.

4.PENGURUS INTI :

KETUA UMUM : Pinandita Gusti Ngurah Made Suyadnya
KETUA I (BID.DIKLITBANG) : Pinandita I Wayan Rajin
KETUA II(BID.ORG & DANA) : Pinandita I Ketut Yansen
KETUA III(BID.SOSKESMAS) : Pinandita I Wayan Ardana
KETUA IV(BID.UP YADNYA) : Pinandita I Wayan Budha
KETUA V(BID.LEMBG & H I) : A.S. Kobalen

SEKRETARIS UMUM : Pinandita P Astono Chandra Dana
SEKRETARIS : Pinandita I Nyoman Cakrayasa.

BENDAHARA UMUM : Pinandita Istri Pudji Astuti
BENDAHARA : Pinandita Istri Made Arini Suyasa



SEKSI-SEKSI :
SEKSI DIKJAR : Pinandita I Wayan Tagel
SEKSI TUN AGAMA : Pinandita Dewa Putu Japa
SEKSI DHARMA WACANA : Pinandita I Nyoman Surata
SEKSI PUBLIKASI : Pinandita I Nyoman Suweta
SEKSI LIT BANG : Pinandita I Gusti Ngurah Rai
SEKSI DANA : Pinandita I.B. Sasmika
SEKSI BAN KUM : Pinandita I Ketut Jenaka S.
SEKSI ORGANISASI : Pinandita I Ketut Tama
SEKSI PULAHDAT : Pinandita I Dewa Putu Suarsa
SEKSI SIARBIT : Pinandita I Ketut Kencana
SEKSI SOSKESMAS : Pinandita I Wayan Sabar
SEKSI ASURANSI : Pinandita I Gede Widnyana
SEKSI KESULINGGIHAN : Pinandita I.B. Suryana
SEKSI UPACARA/UPAKARA : Pinandita I Gusti Putu Rindi
SEKSI SARATHI BANTEN : Sarathi Ibu Nyoman Warti Sugita
SEKSI KELEMBAGAAN & HI : Pinandita I Nyoman Sura

Thursday, January 6, 2011

KARMAPHALA DAN PUNARBHAVA (HUKUM SEBAB AKIBAT DAN KELAHIRAN KEMBALI)

Oleh : Damar Shashangka

--------------------Catatan yang berisi dialog sederhana agar mudah dipahami oleh siapa saja ini sengaja saya posting ulang sebagai bahan perenungan bagi kita semua dalam menyikapi makna takdir dan tujuan hakiki manusia hidup didunia.-----------------------

Maya : Lebih spesifik lagi, mas. Tentang PURUSHA. Jelaskan…..

Damar : Banyak yang akan tidak setuju dengan apa yang mas uraikan nanti. Tapi biarlah, toh ini juga hasil ‘peningkatan kesadaran’ mas, pengalaman mas…
Kalau ada yang tidak setuju, ya kita diam saja. Biarkanlah. Yang penting kita punya pedoman. Tidak bingung. Terlalu muluk teori, tapi membingungkan dan tidak bisa di-implementasi-kan, buat apa? Jangan membingungkan orang lain. Itu saja intinya. Dan ‘KEBENARAN SEJATI’ tidak bisa dibahas, tidak bisa diwacanakan. Bisanya ‘DIALAMI’, Bisanya ‘DILAKONI’. Dan apa yang mas uraikan ini, hanyalah ‘SERPIHAN-SERPIHAN KECIL SEKALIGUS KASAR’ dari ‘KEBENARAN SEJATI’ itu. Yang mudah dipahami dan mudah dilakoni. Selebihnya biar ‘BERKEMBANG DENGAN SENDIRINYA’….

Maya : Seperti rasa gula ya, mas. Bisanya dirasakan sendiri. Ga bisa diungkapkan dengan kata-kata dan uraian…

Damar : Yup. Kita bahas saja yang bisa kita bahas. Tujuannya adalah ‘PONDASI UNTUK PENINGKATAN KESADARAN’. Tanpa ‘PONDASI’, akan limbung, tak akan terbentuk, roboh ditengah jalan…

Maya : Ok, mas…

Damar : Mungkin dengan sebuah cerita, aku bisa sedikit menjelaskannya kepadamu dan kepadaku sendiri, dengarkan… Setelah dunia ini PRALAYA (Kiamat), entah PRALAYA yang keberapa kali, dunia dipenuhi unsur Air. Samudera luas. Seluruh unsur materi, terserap kedalam PRAKRTI, sedangkan seluruh ATMA yang belum ‘MENGGAPAI KESADARAN SEJATI-NYA’ belum ‘MENYATU DENGAN -ITU- LAGI’, sementara ‘beristirahat’ panjang dalam proses evolusinya. Vacum total.

Siklus semesta tercipta (PRABHAVA) sampai kehancurannya (PRALAYA), dinamakan KALPA. Dan semesta yang sudah PRALAYA sebelumnynya, dinamakan PADMA KALPA. Semesta kita sekarang, semesta yang dalam cerita ini hendak diciptakan lagi, disebut VARAHA KALPA ( Ada kisah tersendiri mengapa dinamakan VARAHA yang artinya BABI HUTAN).
Ada satu ATMA yang hampir mencapai ‘PUNCAK KESADARANNYA’. Hampir sempurna evolusi-nya. Seorang ATMA pilihan. Walau belum menggapai ‘KESADARAN PURNA’, ATMA ini sudah sedemikian luar biasanya.

ATMA inilah yang mula pertama bangun dari istirahat panjangnya. Begitu terjaga, dia tertegun didapatinya seluruh penjuru digenangi oleh Air. ATMA ini sadar, dia menyadari, hanya ada dia satu-satunya yang terjaga. Dia sadar, dia punya kuasa, kekuatan, power yang hebat. Dalam ketercenungannya, dia menyimpulkan bahwa dirinyalah BRAHMAN, TUHAN YANG SESUNGGUHNYA.

Ditengah perasaan meluap-luap itu, tak disangka, dia melihat ‘sesuatu’. Sosok makhluk lain selain dirinya. Yang tengah tidur dengan kepala tertopang oleh tangan kanan-Nya. Dengan damainya, Dia tertidur diatas samudera luas tanpa batas itu.
ATMA ini beringsut mendekat. Dengan serta merta, ATMA ini bertanya :
“Siapakah Engkau ?”.

Yang tengah tertidur, terjaga. Dia tersenyum, penuh kedamaian, dan menjawab, “Aku adalah NARAYANA (NARA = Air, AYANA= Tempat tidur. DIA YANG TIDUR, YANG BERTAHTA, DIATAS AIR. Bandingkan dengan ayat-ayat Bible tentang Roh Allah yang melayang-layang diatas air, juga ayat Al-Qur’an yang menyebutkan Dia sebelumnya bertahta diatas air, kemudian Dia menuju keatas Arsy). Aku adalah VISHNU (YANG ADA DIMANA-MANA). Aku adalah AVATARA BRAHMAN. PERWUJUDAN TUHAN YANG SESUNGGUHNYA. Aku adalah Pencipta, Pemelihara dan Pelebur semesta. Lantas, siapakah kamu ?”.

ATMA ini bingung, namun menjawab juga,”Aku adalah BRAHMAA ( SANG PENCIPTA. Mohon dibedakan dengan BRAHMA. Tanpa vocal ‘a’ double. BRAHMA adalah BRAHMAN. Sedangkan BRAHMAA hanyalah Deva Utama). Akulah BRAHMAN itu, Akukah TUHAN itu. Akulah Pencipta, Pemelihara dan Pelebur itu.”

“Benarkah?”, kata VISHNU.

“Kalau tidak percaya, masuklah kedalam tubuhku. Engkau akan melihat seluruh semesta ini ada didalam tubuhku dan siap terciptakan.”

VISHNU tersenyum, lantas Dia masuk kedalam tubuh BRAHMAA. Didapati-Nya berbagai semesta yang hendak ter-manifestasi-kan, ada disana. Dan, VISHNU-pun keluar.

“Bagaimana?”, tanya BRAHMAA.

“Benar,” VISHNU menjawab,”Tapi, maukah giliranmu sekarang memasuki tubuh-Ku?”

BRAHMAA penasaran, cepat ia memasuki tubuh VISHNU. Disana, BRAHMAA tercengang, karena banyak semesta yang lebih sempurna ada disana. Bahkan banyak pula bentuk-bentuk yang tidak ia ketahui, apa itu. Karena sangat tak terbatas, BRAHMAA kesulitan mencari jalan keluar. Dia tersesat. Dia berteriak,” Aku tidak menemukan jalan keluar. Tolong aku..”

VISHNU tersenyum, Dia berkata,”Sekarang keluarlah! Lewatlah pusar-Ku.”

BRAHMAA akhirnya bisa keluar melalui pusar VISHNU. Begitu keluar, sujudlah dia.

“Engkau benar-benar AVATARA BRAHMAN. Aku percaya sekarang. Dan aku mohon anugerah-Mu. Karena aku keluar lewat pusar-Mu, berilah aku anugerah disebut sebagai putra-Mu.”

“Thathastu (Terjadilah).” Ucap VISHNU.

Karena ‘lahir’ lewat pusar VISHNU, BRAHMAA dikenal juga dengan nama PADMAYONI ( Dia yang lahir dari rahim bunga teratai ).

“Oh, VISHNU. Tiada lagi entitas lain yang berkuasa disemesta ini sekarang selain Engkau dan aku. Apa yang harus aku lakukan?”.

VISHNU berkata,”Jangan salah. Aku mewujud juga dalam perwujudan lain. Dalam AVATARA lain.”

BRAHMAA tercengang. Belum selesai ketercengangan dia, muncullah sosok makhluk yang penuh perbawa. Dahsyat dan menggentarkan. Semburat kesucian merebak. BRAHMAA takjub.
“Siapakah Dia?”.

“Dia-lah perwujudan-Ku yang lain. Dia-lah SHIVA,” jawab VISHNU.

BRAHMAA benar-benar takjub akan permainan Illahi ini. Serta merta ia bersujud kepada SHIVA dan memohon.”Wahai SHIVA, anugerahilah aku, bahwasanya kelak, Engkau akan dikenal sebagai puteraku.”

SHIVA tersenyum dan berkata,”Thathastu (Terjadilah).”

BRAHMAA lantas diangkat sederajat dengan VISHNU dan SHIVA. Ketiganya dikenal sebagai TRIMURTI. BRAHMAA, Sang Pencipta. VISHNU, Sang Pemelihara dan SHIVA, Sang Pelebur. Inilah permainan illahi. BRAHMAN, TUHAN YANG SESUNGGUHNYA ikut bermain dalam sandiwara kehidupan. Mengecoh mereka-mereka yang tidak teliti. Bahkan tidak cukup hanya itu, POWER BRAHMAN, SHAKTI BRAHMAN, ikut Mewujud dalam bentuk fisik. Mewujud dalam bentuk Ibu, dalam bentuk Wanita yang sangat cantik. Dia mewujud sebagai SARASVATI, LAKSMI dan DURGHA.

SARASVATI, adalah Shakti segala Ilmu Pengetahuan. LAKSMI adalah Shakti segala kemakmuran dan kesejahteraan sedangkan DURGHA adalah Shakti segala penghancur, keadilan dan hukum.

SARASVATI mendampingi BRAHMAA. Membimbing BRAHMAA. LAKSMI menyatu dengan VISHNU. Sedangkan DURGHA menyatu dengan SHIVA.
Lengkap sudah permainan indah ini.

Maya : Wah, betapa beruntungnya Brahmaa. Karma baik apa hingga dia bisa mencapai kedudukan sedemikian ‘dekat’ dengan AVATARA BRAHMAN seperti itu? Hebat.

Damar : Dengarkan selanjutnya. DEVA BRAHMAA, dititahkan untuk menciptakan benda-benda fisik, jasad-jasad fisik dan semesta sebagai tempat para ATMA yang tengah ‘beristirahat’ untuk melanjutkan evolusi-Nya. Semua atas petunjuk SARASVATI. AVATARA BRAHMAN sendiri.

Namun suatu ketika, dia menemui kesulitan. Dia benar-benar kesulitan. Ditengah kebingungannya, tiba-tiba dipangkuannya muncul seorang putra, penuh cahaya. BRAHMAA terkejut. Anak ini meraung, menangis. Tangisannya menggetarkan segenap penjuru. Tangisannya terdengar menggemuruh, terdengar dengan suara AUM.

Dia meraung terus. BRAHMAA memberikan-Nya Nama RUDRAA (YANG MERAUNG). Anak ini masih tetap menangis, maka BRAHMAA memberikan-Nya Nama lain, yaitu SARVA, BHAVA, UGRA, BHIMA, PASUPATI, MAHADEVA dan ISHA. Setelah mendapatkan delapan Nama, anak ini berhenti menangis dan menghilang. BRAHMAA sadar, anak tadi adalah SHIVA. SHIVA telah menepati janji-Nya akan lahir sebagai putranya. Dan SHIVA ingin mengajar BRAHMAA, bahwa untuk mencipta semesta, sebuah ‘getaran’, sebuah ‘gelombang’ juga diperlukan. Dan SHIVA mengajarkan satu suku kata yang menggetarkan ‘AUM’.

Maka dari itu, SHIVA juga dikenal dengan Nama AUMKARANATA (PENGUASA KALIMAT AUMKARA).

Dengan getaran inilah BRAHMAA mencipta semesta. Dia membuat seluruh materi fisik PRAKRTI terkumpul dalam satu bulatan oval, bulatan telur. Karena bentuknya bulat telur, mirip telur, cikal bakal semesta ini disebut BRAHMAANDA (TELUR BRAHMAA). Setelah itu, BRAHMAA memasuki telur tersebut. Telur yang bersinar keemasan, rahim alam semesta ini dikenal juga dengan nama HIRANYAGARBHA (RAHIM KEEMASAN SEMESTA).

Disanalah BRAHMAA memutar telur dari dalam, bermilyard-milyard tahun. Ketika sudah siap, maka BRAHMAA menyentak Telur Semesta ini dengan getaran AUM. Meledaklah telur ini. Suaranya membahana. Pecah menyemburan kesegala penjuru. Maka terciptalah semesta raya ini dengan diiringi suara suci…. AUMMMMMMMMMMMMMMMMMM!.

Maya : Wah, mirip teori sains modern tentang Penciptaan Semesta yang dinamakan TEORI BIG BANG (Teori Ledakan Besar). Ya Tuhan…..

Damar : Veda telah menceritakannya jauh-jauh hari…Lantas setelah semesta tercipta. BRAHMAA pertama-tama menciptakan lima orang putra. Yaitu SANATANA, SANANDA, SANAKA, SANATKUMARA dan SANGKALPA. Namun kelima ATMA ini kurang ‘tenggelam kesadaran-Nya’. Sehingga menolak menjadi Leluhur seluruh makhluk penghuni semesta.

Oleh karena itulah, BRAHMAA menciptakan lagi putra-putra yang lain, yaitu MARICI, ATRI, ANGGIRA, PULASTYA, PULAHA, KRATU, BRGU, VASISTHA, NARADDHA dan DAKSHA.

Kesepuluh makhluk suci inilah yang melahirkan jasad-jasad fisik beribu-ribu spesies yang lahir dari sel atau SVEDAJA, beribu-ribu jasad fisik spesies yang lahir dari biji atau UDBHIJJA, beribu-ribu jasad fisik spesies yang lahir dari telur atau ANDAJA serta beribu-ribu jasad fisik spesies yang lahir dari kandungan (mamalia) atau JARAAYUJA. Termasuk wujud fisik spesies Deva dan Asura.

Dan putra yang kesebelas dan kedua belas, yaitu SVAYAMBHUVA MANU dan SATARUPA akan melahirkan wujud fisik spesies yang disebut Manushya. Inilah ADAM dan HAWA….

Maya : Ya Tuhan…

Damar : Sudah jelas, kan? PURUSHA bagi mas adalah VISHNU dan SHIVA. AVATARA DARI DIA YANG TAK TERBAYANGKAN.

Maya : Jarang yang menguraikan hal ini, mas. Kebanyakan membingungkan dan tidak sistematis. Rancau. Dari mas, saya baru paham. Terima kasih. Dan lagi, saya jadi tertawa bila menyadari, ajaran Gnostik dari Yunani yang terkenal itu ternyata mengambil oper ajaran Veda, hahahahaaaaa….

Oh, ya mas. Ada satu lagi. Mengapa Asura punya kelebihan bisa menginjakkan kaki di Surga? Dan mengapa Raja Para Deva, Indra, sering diceritakan suka melakukan perbuatan yang tak sepantasnya?

Damar : Aku akan menjelaskannya setelah selesai pembahasan Karmaphala dan Punarbhava ini, sabar, ya?
Nah, tanpa mengerti perihal diatas, konsep Karmaphala dan Punarbhava jadi kabur, ngambang dan rancau. Kini kita kembali ke pokok bahasan kita.

Maya : Yup..

Damar : Apapun yang kita PIKIRKAN, UCAPKAN dan LAKUKAN DENGAN BADAN INI, semuanya akan direkam oleh PRAKRTI.
PIKIRAN, PERKATAAN dan PERBUATAN atau MANASIKA, VACIKA dan KAYIKA. Baik itu yang Positif maupun Negatif. Semua akan menjadi ‘benih’ bagi TAKDIR KITA. Yang Positif akan berbuah Positif dan Yang Negatif akan berbuah Negatif pula..

Maya : Jelaskan lagi, mas. Aku sudah paham kalau itu..

Damar : Coba lihat sekelilingmu. Ambil satu contoh seorang anak manusia. Dia lahir dari keluarga kaya, berarti ada buah karma positif-nya yang tumbuh sehingga dia patut lahir dalam keluarga kaya. Dia punya fisik sehat, berarti ada buah karma positif-nya yang tumbuh sehingga dia memiliki fisik prima. Dia tampan, berarti ada buah karma positif-nya yang tumbuh sehingga dia terlahir tampan, tapi dia bodoh, berarti ada karma negatif-nya yang tumbuh sehingga menghalangi kecerdasannya. Dia tidak disukai wanita sehingga sulit jodoh, berarti ada karma negatif-nya sehingga dia sangkal jodoh. Nah, lahir dari keluarga kaya, sehat, tampan, tapi bodoh dan sangkal jodoh adalah buah karma positif dan negative yang tumbuh bersamaan. Ini membentuk NASIB DIA.

Maya : TAKDIR, kita sendiri yang membuat. Intinya itu ya, mas.

Damar : TAKDIR adalah akumulasi dari karma-karma positif maupun karma-karma negatif kita masa lalu. Takdir mengkondisikan kita. Mendorong kita kearah tertentu. Kearah yang menyenangkan atau yang tidak. Tapi buah karma positif yang sangat-sangat utama adalah berbuah ‘KESADARAN’. Dengan bertemunya kita dengan seorang guru spiritual, teman yang membimbing atau menyertai kita dalam ‘peningkatan kesadaran’. Kekayaan, ketampanan, tidaklah bisa mengalahkan keutamaan hal ini.

Maya : Wow..

Damar : Ibarat seorang anak mendapat warisan sebidang sawah dari orang tuanya. Luas dan kondisi kesuburan sawah sudah ditentukan. Ada yang mendapat sawah luas, sedang dan sempit. Ada yang kondisi tanahnya subur, cukupan dan gersang. Semua sudah kita warisi. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, itulah warisan kita. Takdir kita. Selanjutnya, kita sendiri yang menentukan sawah itu, mau diapakan. Jangan mencari kambing hitam. Sebab warisan itu juga adalah hasil perbuatan kita dimasa lalu. Yang berbuat harus berani bertanggung jawab.

Maya : Lantas bisakah kita mengubahnya ?

Damar : Nanti saja aku jawab tentang hal itu..

Maya : Dan Pikiran, Perkataan serta Perbuatan kita sekarang adalah benih-benih takdir kita dimasa mendatang, masa kelahiran selanjutnya. Nah, apakah bisa kita mengubahnya sebelum tumbuh?

Damar : Aku menjawabnya nanti…

Maya : Dan apabila kita berbuat sesuatu, positif maupun negatif pada masa kehidupan kita yang lalu, lantas pada kehidupan sekarang ini berbalas, semisal kita pada masa kehidupan lampau telah berbuat jahat pada orang lain, dan pada kehidupan sekarang ini, apakah buah perbuatan jahat kita bisa berupa dijahatin orang lain juga?

Damar : Yup. Dan biasanya, orang yang kamu jahati pada masa lalu itu jugalah, pada kelahiran sekarang, didorong oleh PRAKRTI, oleh Alam, akan berbuat jahat padamu. Banyak toh tiba-tiba kamu dijahati orang tanpa sebab yang jelas? Itu berarti, kamu punya ‘hutang’ karma negatif padanya, dan harus dibalaskan.

Maya : Wah, balas dendam nih namanya. Lantas, kalau kita balas jahati dia, kan impas?
Damar : Tidak! Kamu akan menanam karma negatif lagi pada dia. Kalau pada kesempatan dalam kehidupan ini, dia tidak punya kesempatan membalas, maka pada kehidupan selanjutnya, pasti, dibimbing oleh PRAKRTI, dia akan bertemu kamu lagi, untuk membalasnya.

Maya : Waduh, terus gimana dong?

Damar : Bila kamu dijahati, sadarkan dia, tegur dia, nasehati dia. Bila teguran kita tak digubris, ya biarkan saja. JANGAN MEMBALAS. Sebab jika kamu membalas, kamu sekarang malah yang punya hutang karma. JANGAN MEMBALAS DAN MAAFKAN! Bila kamu bisa memaafkan dan tak membalas, maka PRAKRTI sendiri yang akan membalasnya. Bisa berupa penyakit, musibah, sial dll. So, jangan membalas dan maafkan. Begitu kamu tidak membalas, kamu tidak punya hutang karma, dan ALAM YANG AKAN MENGAMBIL ALIH PROSES PEMBALASAN ITU!

Maya : Gitu ya, mas. Dan bila sebaliknya, tiba-tiba kita mendapat bantuan dari orang lain yang tidak kita kenal, berarti buah karma positif kita tumbuh, berarti orang lain ini, dulu, pada kehidupan yang lampau, punya hutang budi sama kita. Begitu kan?
Sekarang yang jadi masalah, kadang kita melakukan suatu kejahatan yang tidak kita sengaja. Misal, kita nabrak orang tanpa sengaja dan berakibat kematiannya. Nah, kita punya hutang tidak?

Damar : Tidak! Itu adalah proses pembalasan Alam kepada orang tersebut, mungkin karma negatif-nya pada masa lalu tak jauh-jauh juga dari urusan nyawa. Kita hanya sebagai perantara saja. Kita melakukannya tanpa didasari kepentingan pribadi. Tanpa didasari dendam dan keuntungan tertentu. Dan benar-benar tak disengaja. Jika ini terjadi, kita tidak punya hutang karma negatif apapun.

Maya : Berarti, keluarga korban yang tidak terima dan berusaha menjahati saya, telah menanam karma buruk ‘baru’ . Saya harus mengingatkan dan memaafkannya, begitu?

Damar : Yup. Sebab apabila kita melakukan ‘kekerasan’, bukan demi ‘keuntungan ego kita’, kita tidak punya hutang karma apapun.

Maya : Termasuk aparat penegak hukum. Mereka yang sekedar menjalankan tugas menegakkan kebenaran. Menyakiti bukan demi keuntungan pribadi, tapi demi keselamatan masyarakat banyak, maka akan lepas dari hutang karma, begitu?

Damar : Yup. Bisa iya bisa tidak.

Maya : Lho, kok?

Damar :Tergantung individunya. Sebab banyak juga yang dengan alasan melakukan kekerasan demi menegakkan hukum, tapi tidak murni. Mereka berharap dan punya maksud lain demi keuntungan dirinya sendiri. Nah, kamu pikir sendiri.

Maya : Iya, ya mas. Lantas bagaimana, dong ?

Damar : Demi menegakkan kebenaran, bukan demi kepentingan pribadinya sendiri, bukan demi dendam pribadinya sendiri, tapi demi keselamatan masyarakat, seorang KSATRIA tidak berdosa melakukan kekerasan. Itu adalah DHARMA-nya. DHARMA KSATRIA. Malahan dia menanam karma baik. Disebutkan dalam Kitab Manavadharmasastra, seorang ksatria yang telah mendapat upah dari masyarakat untuk keberlangsungan hidup rumah tangganya, tapi tidak mau melindungi keselamatan masyarakat yang mengupahnya, ini dinamakan dosha besar! Seorang Ksatria, yang gugur saat menunaikan Dharma-nya, pintu svarga terbuka lebar baginya. Darahnya yang menetes dibumi, akan menyuburkan tanah itu sendiri.

Maya : Wah! Hebat! Heroik…Dan apabila pada kehidupan sekarang, kita, aku dan mas bertemu, bahkan jadi sedemikian dekatnya, apakah berarti pada masa lalu, kita punya hutang karma?

Damar : Yup, kita pernah bertemu pada masa lalu. Kita punya hutang budi satu sama lain, kita punya hutang emosi, satu sama lain. Dan hutang itu, harus terbalaskan dalam kehidupan sekarang.

Maya : Dan apabila saat ini kita berinteraksi dan terjalin hutang-hutang karma baru, berarti pada kehidupan mendatang, bisa dipastikan kita bakalan ketemu lagi. Berjodoh lagi, dong? Hehehehe…

Damar : Yap, begitulah. Renungkan, berapa banyak manusia di bumi ini, mengapa aku dan kamu tidak berjodoh untuk bertemu dan mengenal seluruhnya? Karena kita tidak punya hutang karma, baik karma positif maupun negatif dengan mereka. Siapapun, yang dekat dengan kita, ayah, ibu, paman, bibi, adik, istri, suami, keponakan, semuanya ini pasti pada kehidupan lalu telah terjalin hutang berhutang karma, sehingga harus berjodoh untuk dipertemukan dalam satu tempat.
Bila punya hutang karma, walaupun kita masing-masing lahir diujung dunia yang berbeda, Alam akan mempertemukan kita, dalam suatu ‘kebetulan’ yang tak terduga. Semuanya adalah hasil dari karma kita sendiri juga…

Maya : Indah banget..

Damar : Makanya, jangan kaget kalau ada satu saudara kandung yang hobinya bertengkar melulu. Itu bisa disimpulkan, bahwa pada masa kelahiran yang lalu, mereka memang sudah saling kenal dan punya dendam yang belum tuntas…
Dan pada kelahiran sekarang, karena terlalu melekatnya dendam itu, dendam diantara keduanya, maka mereka terlahir sebagai saudara kandung.
Alhasil, selama mereka tidak disadarkan, tidak mengerti hukum Karmaphala dan Punarbhava ini, mereka akan terus terhayut dalam dendam masa silam. Hal-hal yang seharusnya tidak patut menjadi bahan pertengkaran, hal sepele, akan meledak jadi pertengkaran hebat bagi mereka. Nah, hanya dengan ‘kesadaran’ mereka berdua. Saling menyudahi, saling memaafkan, maka hutang karma mereka lunas.

Maya : Hehehehehehe…

Damar : Cukup itu aja, deh. Selanjutnya kamu bisa menganalisa sendiri. Lihat sekeliling kamu, lihat, amati, renungkan. Dan kamu akan semakin melihat kebenaran adanya hukum sebab akibat serta kelahiran kembali ini.

Maya : Iya, deh. Sebenarnya masih banyak, malah semakin banyak yang ingin ku ketahui. Tapi lanjut entar aja, deh. Makasih, mas…

Damar : Makasih juga telah rela menyingkapkan ego-mu untuk mendengar celotehanku…

Maya : Hehehehe…,namaste..

Damar : Namaste.