Saturday, March 7, 2009

PENGARAHAN KETUA UMUM PSN

Pengarahan Kepada Pengurus PSN
Korwil/Korda Se Indonesia
Oleh :
Ketua Pinandita Sanggraha Nusantara Pusat


Dalam orientasi pinandita se Jawa yang diselenggarakan oleh Depag di Semarang pada akhir Maret 2007 ybl., pengurus Pinandita Sanggraha Sejabodetabek didesak oleh semua peserta agar wadah yang sudah ada segera dikembangkan menjadi wadah nasional, sehingga pinandita dalam melaksanakan pelayanannya memiliki visi dan misi yang jelas. Dengan adanya wadah yang jelas, legal secara hukum diharapkan organisasi organisasi Hindu khususnya Pinandita Sanggraha dapat berperan aktif untuk menyadarkan para anggotanya dan umat kita agar tidak terjerumus kedalam persaingan negatif yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan kita. Keluar wadah ini dapat berpartisipasi aktif di wilayahnya masing masing dalam menunjang program program tahunan yang berkaitan dengan tugas/fungsi organisasi tersebut. Dengan demikian keberadaan wadah/organisasi memberikan manfaat, bukan sekedar untuk gagah gagahan.

Dengan bergulirnya waktu membawa derap langkah Pinandita Sanggraha Sejabodetabek bangkit, tumbuh, berkembang menjadi embrio daripada Pinandita Sanggraha Nusantara yang telah dideklarasikan pada tanggal 19 Mei 2007 bertempat di gedung Sapta Pesona Depbudpar, Banyak sudah hal yang telah terjadi selama kurun waktu 9 bulan ini, sehingga kami bangkit dari lamunan, memompa semangat, memacu diri untuk terus berkreasi, membenahi diri, menyempurnakan kepengurusan/organisasi, membuat program guna mensosialisasikan keberadaan PSN keseluruh plosok tanah air, baik secara langsung/melalui pertemuan-pertemun di setiap waktu dan kesempatan melalui liflet-liflet, layanan sms (Si Rohin, Si Dohin), program asuransi kumpulan bagi anggota (pinandita lanang istri, srati banten, mangku dalang), penerbitan buku-buku kepinanditaan dsb} serta program program jangka pendek yang tersusun secara sistematis dan menyentuh kebutuhan kebutuhan pinandita dalam era reformasi, demokratisasi yang sedang berkembang di negeri ini sehingga memotivasi para pinandita untuk segera membuat wadah dimasing-masing wilayah (provinsi, kabupaten, kecamatan),

Motivasi dan dporongan moril dan materiil juga datang dari Dirjen Bimas Hindu, PHDI Pusat, DKI, SDHD Banjar DKI, Jabodetabek, WHDI, Pemuda, Pengempon Pura, dari hampir semua Lembaga Lembaga Hindu, baik di Jawa, Lampung, maupun Kalsel. Juga sangat besar perannya dalam perkembangan Pinandita Sanggraha ini adalah Kepala Perwakilan Pemda Bali di Jakarta, dimana telah memberi pembekalan kepada para pinandita, serati banten, sanggar-sanggar yang ada, guru-guru agama melalui penataran-penataran yang diselenggarakan secara berkesinambungan. Adanya atensi dari seluruh jajaran ini sungguh memberikan spirit, dimana wadah ini didorong untuk membenahi diri dan upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada umat.

Para hadirin yang berbahagia,
Sesungguhnya bapak-bapak, ibu-ibu, generasi muda yang telah bersedia menjadi pengurus PSN ini adalah harapan masa depan umat dan harapan ini akan terwujud melalui watak atau karakter. Bila kita cermati lebih jauh tujuan akhir dari semua ilmu pengetahuan haruslah untuk membangun karakter. Dan landasan untuk membangun karakter adalah agama. Dilain pihak agama juga berfungsi sebagai rambu-rambu yang mengingatkan kita untuk senantiasa menempuh cara- cara yang baik dan benar dalam setiap langkah, pemikiran dan tindakan yang akan kita lakukan. Oleh karena itulah, dalam era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesatnya, sikap mental kita perlu diperkuat dengan nilai nilai moral keagamaan yang tangguh, sehingga agama dapat berperan sebagai pengendali.

Kenyataan membuktikan, bahwa penguasaan dan penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diimbangi dengan landasan iman yang kuat, dapat membahayakan keselamatan manusia. Demikian juga sikap keagamaan yang hanya mementingkan segi segi ritual semata, akan menyebabkan manusia cenderung menjadi statis dan beku, yang tentunya sulit untuk mencapai kemajuan. Oleh karena itu antara ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak, dengan keimanan di lain pihak harus saling mengisi dan menunjang, serta diarahkan untuk dapat mengakomodasikan semua upaya dalam memajukan dan mensejahterakan umat melalui perbuatan dan amalan nyata.

Oleh karena itu perkembangan dunia modern ini sudah sepantasnya diimbangi dengan perkenbangan pendidikan keagamaan, yang mengarah pada kemajuan dalam dunia kerokhanian.


Hadirin yang berbahagia;
Berdasarkan fakta dan realita, perkembangan umat beragama khususnya umat Hindu masih sangat ketinggalan dalam memahami ajaran agamanya secara integral. Ini dibuktikan, tata cara keberagamaan masih dominan dibobotkan pada pelaksanaan ritrual yang banyak menggunakan symbol-symbol yang demikian tinggi frekuensinya, ternyata belum banyak diketahui makna filosofisnya, yang artinya umat sedharma masih sangat membutuhkan tuntunan dalam segala aspek keagamaan yakni karma, bhakti, dan jnana atau upacara, bhakti dan tatwa. Penciptaan dan penggunaan symbol-symbol itu jika ditinjau dari sudut budaya ataupun tradisi memang memiliki nilai artistic yang sangat tinggi sebagai wujud pengem-bangan kreasi. Tetapi kreasi ini akan menjadi basi atau menjadi tidak berguna jika tidak mampu mengakomodir misi dan visi Weda.

Fenomena empiris memberikan petunjuk meningkatnya kesemarakan pelaksanaan upacara dari waktu ke waktu yang melibatkan sejumlah potensi-potensi sosial politik di dalamnya. Namun ironis jika dicermati lebih lanjut, dibalik kesemarakan tersebut muncul degradasi moral dari prilaku yang menjurus pada prilaku kontra produktif. Prilaku yang cenderung kriminal selalu meningkat menuju taraf yang mengkhawatirkan. Sementara itu implementasi ajaran agama kedalam wujud kepedulian terhadap kemanusiaan (agama humanis) masih jauh dari harapan. Orang lebih memilih berkontribusi terhadap pelaksanaan upacara agama secara lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontribusi (dana punia) untuk kepentingan sesama manusia yang dalam kondisi “ketunan” atau kurang beruntung.

Dalam kondisi seperti ini, para pinandita sangat diharapkan lebih mampu berperan sebagai pencerah dan pembimbing rohani bagi berbagai lapisan masyarakat. Untuk itu para pinandita perlu disiapkan melalui proses pendidikan yang lebih terencana dan sistematik. Tradisi “dana punia” yang semula lebih mengarah untuk aktivitas, diupayakan diperluas menuju implementasi ajaran agama Hindu yang lebih humanis dalam arti secara sadar peduli terhadap peningkatan SDM umat, disamping sesama umat lainnya yang memerlukan uluran tangan (wong ketunan).


Hadirin yang berbahagia;
Dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks, warga Hindu yang tersebar diberbagai plosok tanah air, terutama mereka yang bermukim diberbagai kantong perantauan/transmigrasi amat memerlukan bantuan untuk memelihara dan memperkuat sraddha-bhaktinya. Jika tidak, besar peluangnya mereka akan tercabut dari budaya asalnya.

Bertolak dari permasalahan yang digambarkan secara singkat ini, kami sebagai pengurus Pinadita Sanggraha Nusantara, memprogramkan bagaimana meningkatkan kualitas para pinadita sebagai ujung tombak terdepan umat agar mampu memenuhi harapan dan persyaratan sebagaimana dituntut oleh kemajuan dan perkembangan jaman. Bila kita cermati lebih dalam secara kuantitas pinandita relatif terjaga oleh tata nilai budaya yang berlaku, namun dari segi kemampuan dalam pelayanan kepada warga masyarakat yang semakin terdidik dirasa belum memadai. Ada kesan, pinandita bahkan para Brahmana produk masyarakat bersistem banjar yang agraris lebih banyak memberi pelayanan dalam wujud nganteb/muput karya, sedang kalangan masyarakat yang lebih terpelajar sudah mulai menuntut lebih dari itu.

Memperhatikan hal ini perlu adanya perubahan- perubahan yang mendasar terhadap pola tradisional tadi dimana masyarakat Hindu Indonesia yang sudah memasuki “Post Modern” perlu dikembangkan pusat pendidikan calon pinandita/sulinggih secara lebih modern. Pada tatanan awal mungkin perlu diatur melalui system magang dengan ukuran “Rombe” (rombongan belajar dibawah pimpinan team Nabe yang layak dipercaya dan credible) Pada tatanan jangka menengah/panjang lembaga pendidikan berbasis Hindu perlu dimantapkan. Seperti apa sosok pendidikan yang berbasis Hindu, perlu dikaji secara cermat. Sangat dianjurkan mereka yang berkecimpung pada studi lanjut di bidang pendidikan Hindu melakukan penelitian secara berencana dan berlanjut. Hasilnya dapat berupa model hipotesis yang harus diuji coba, sebelum memperoleh hasil yang lebih mantap yang nantinya menghasilkan suatu system dengan lembaganya untuk menyatakan secara formal seseorang sebagai seorang pinandita. Tentunya harus ada syarat syarat tersendiri untuk menyatakan seseorang itu sudah berstatus pinandita.

Kepada segenap anggota Pinandita Sanggraha Nusantara perlu saya tekankan kembali bahwa sebagai pinandita di era modern ini, tidak cukup dimaknai hanya dengan : melaksankan nganteb saja, banyak membaca mantra-mantra, dalam keseharian-nya berpakaian putih, rambut panjang berjenggot serta hal-hal lain sejenisnya. Sebagai seorang pinandita kita harus mapu menyikapi perayaan- perayaan yang ada agar kita tidak terjebak pada hal- hal yang berkaitan dengan ritual semata. Disinilah peran kita sebagai seorang pinandita harus meresapi apa semangat dari yadnya-yadnya yang kita lakukan Kalau saja kita umat Hindu memaknai hari raya- hari raya Hindu dengan baik dan tekun melaksanakan apa yang tersurat dari sastra agama, maka tidak ada alas- an SDM Hindu ketinggalan seperti saat ini.

Seorang pinandita adalah merupakan sarana dan jalan untuk mentransfer pengetahuan keTuhanan. Jelas dinyatakan bahwa fungsi seorang pinandita adalah untuk membina mental spiritual umat demi terwujudnya kesejhteraan dan kebahagiaan lahir batin, bukan hanya nganteb yang selama ini dipahami oleh kita cenderung dalam pengertian yang sempit.

Anggota Pinandita Sanggraha Nusantara yang saya cintai;
Tujuan pinandita di masyarakat adalah menuntun umat agar mampu menjadikan informasi ajaran suci agama itu guna menumbuhkan transformasi diri untuk menjadi orang yang semakin berkualitas. Dari adanya transformasi diri inilah akan menumbuhkan transformasi social menuju apa yang disebut jagadhita. Seorang pinandita hendaknya memiliki keimanan (sraddha) yang mantap terhadap ajaran dharma, mengingat bahwa sebagai pinandita tugas utamanya adalah membina, karenanya pinandita harus memiliki pemahaman yang jelas tentang agama. Tanpa pemahaman yang jelas, tentu seorang pinandita tidak memiliki pijakan yang jelas. Tanpa pijakan yang jelas, para pinandita tidak akan mampu memunculkan nilai-nilai Hindu dalam pikiran dan tindakan.

Tanpa memahami agamanya yang jelas organisasi-organisasi Hindu tidak akan mampu menampilkan karakter Hindu. Organisasi yang sekedar memiliki lebel tanpa karakter memang tidak akan mampu berdiri tegak penuh percaya diri. Disinilah letak permasalahan kita sebagai umat Hindu sehingga organisasi kita secara umum perlu mendapat perhatian dan dukungan yang serius dari umat.

Kepada para pengurus yang baru dikukuhkan ingatlah selalu bahwa hidup yang berdisiplinlah yang menjadi landasan pengurus. Anda menjadi pengurus bukanlah hanya karena hari ini telah dilantik dan dikukuhkan seperti acara yang kita laksanakan pagi ini Upacara yang anda saksikan hari ini hanyalah bentuk luar yang bersifat formal. Sebagai pengurus anda dituntut disiplin yang jauh lebih ketat dari disiplin seorang sarjana ilmu pengetahuan. Disiplin hidup yang paling mendasar yang harus ditaati adalah kemampuan untuk mengamalkan Catur Purusa Artha dan Catur Asrama.

Kemampuan ini akan melahirkan disiplin moral dan mental sebagai landasan yang utama sebagai pengurus, karena disiplin moral dan mental tidak gampang diwujudkan. Hal ini hanya dapat dicapai melalui system pembelajaran dan latihan yang penuh dengan disiplin diri yang tangguh. Memang menurut aguron-guron kecerdasan penting, tetapi lebih utama adalah disiplin moral dan mental.

Pinandita Sanggraha Nusantara sebagai wadah dari para pinandita dan serati jelas akan menjadi sorotan bagi umat, sejauh mana penampilan prilaku sehari- hari dari para pengurusnya, bukan kemampuan melahap isi buku dan lontar-lontar untuk dihafalkan. Lebih-lebih pada jaman kali ini umat tidak akan banyak mu mendengar nasehat/program yang muluk- muluk dan indah dalam wacana. Umat akan lebih membelalakkan matanya melihat tauladan-tauladan dari para pengurus organisasi baju putih yang barusan dikukuhkan, Tidaklah tepat seorang menyandang gelar sebagai pengurus Pinandita kalau masih kuat pamerihnya, seperti ingin paling dihormati, merasa diri paling jago dari yang lain, dsb. Kalau sifat-sifat ini masih kuat menguasai seseorang pengurus, meskipun anda sudah diupacarai dan dikukuhkan pada hari ini, maka secara moral anda sudah kehilangan status kepengurusan bahkan sudah kehilangan status kepinanditaan.

Karena itu Mahatma Gandhi menyatakan bahwa Hindu itu senantiasa harus tampil remaja dan sehat agar selalu dapat memberikan hidangan spiritual pada umatnya dengan penuh gairah. Bagaimana meramu hidangan spiritual ini, sehingga mampu membangkitkan selera, memiliki aroma yang memikat, nikmat rasanya, memiliki kandungan gisi yang tinggi demi kesehatan rohani umat, adalah merupakan tugas dari segenap lembaga keagamaan Hindu, Pinandita Sanggraha Nusantara, PHDI, SDHD, WHDI, Pemuda, Cndekiawan, Lembaga Pendidikan /STAH, dsb.

Jika diibaratkan kereta api pengurus merupakan lokomotif dan anggota adalah gerbongnya. Untuk itu kemana lokomotif bergerak, kesana jualah gerbong akan mengikutinya. Sedangkan rel yang dilalui merupakan bentangan waktu yang harus dilewati. Bagaimana bentuk rel itu lokomotif harus mengikuti. Disamping itu dalam kedudukannya sebagai orang yang berada pada front terdepan yang memiliki fungsi sebagai missionaris, maka seorang pemimpin wajib memahami keberadaan jaman, untuk tetap eksisnya ajaran yang akan dikembangkan. Untuk itu terhadap tradisi yang sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan jaman harus berani merombaknya. Sehingga wujud dari ajaran senantiasa tampil remaja, sehat dan segar dengan hidangan spiritual yang selau menggairahkan atau kontekstual.

Disamping itu didalam usaha menampilkan ajaran yang memiliki derajat ksehatan dan segar serta menggairahkan itu kita harus tetap berpegang pada visi Weda, dimana menu baru yang diketengahkan semata mata sebagai usaha pendalaman. Jangan sampai terjadi pendangkalan seperti banyaknya tradisi upacara yang digelar dengan berbagai tema tetapi miskin akan makna. Dan yang tidak kalah pentingnya dalam situasi jaman yang pluralistik ini, bagaimana Pinandita Sanggraha Nusantara berani mengambil sikap atau strategi yang tepat, bekerjasama dengan lembaga-lembaga keagamaan yang ada, untuk secara terpadu mengejar ketertinggalan yang kita rasakan dewasa ini.. Mudah- mudahan apa yang saya sampaikan ini dapat mengingatkan kita semua dari keterlenaan rutinitas upacara dan upakara atau terlena dipuji sebagai kelompok mayarakat yang penuh toleransi dan berbudaya adiluhung, dibalik realita sosial yang cenderung amat berbeda.

Om shantih, shantih, shantih Om

No comments:

Post a Comment