Saturday, March 7, 2009

PEMAHAMAN UMAT TERHADAP AGAMA HINDU


Oleh : Jro Mangku P Astono Chandra Dana, SE, MM


Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan juga sekaligus agama pertama yang masuk kebumi Nusantara ini. Sejak berabad-abad silam agama ini masih tetap hidup dan eksis dimasyarakat meskipun telah mengalami gelombang pasang surut dimasyarakat Indonesia.

Seperti kita ketahui Agama Hindu sempat menjadi agama Negara yang dianut oleh hampir seluruh golongan masyarakat, terutama pada jaman kejayaan Kerajaan-Kerajaan Nusantara, khususnya pada masa kejayaan Kerajaan Mojopahit.

Segala aspek kehidupan masyarakt diatur dibawah koridor norma-norma agama yang sangat berkembang pesat pada saat itu.

Dalam perjalanan waktu kemudiaan, hingga dewasa ini eksistensi Agama Hindu dimasyarakat Indonesia tetap terpelihara khususnya di daerah Bali. Bali merupakan pusat penyebaran agama Hindu terakhir setelah runtuhnya Kerajaan Mojopahit di Jawa Timur, meskipun didaerah-daerah pedalaman pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan lainnya sisa-sisa masyarakat yang masih mempertahankan keyakinan Hindunya masih bisa ditemui hingga kini, namun tetap masyarakat Hindu di Indonesia masih menganggap Bali sebagai sentralnya.

Bali sebagai kiblat Hindu Nusantara dalam dekade belakangan ini memang telah berkembang pesat seirama dengan perkembangan perekonomian nasional dan perekonomian daerah Bali khususnya yang terutama sekali didukung oleh sektor pariwisatanya.

Dengan perkembangan yang terjadi, kini kita mengenal adanya tiga pengelompokan dalam masyarakat bila ditinjau dari sudut/tingkat sosial ekonomi dan budayanya yakni :
1. Pengelompokan Masyarakat Strata Bawah
2. Pengelompokan Masyarakat Strata Menengah
3. Pengelompokan Masyarakat Strata Atas

Pertanyaannya sekarang “Sejauh manakah pemahaman tentang agama Hindu dari ketiga strata masyarakat yang terbentuk secara sosio ekonomik dan sosio budaya diatas????????”.

Mari kita coba kaji satu persatu :
GUGON TUWON dan NAK MULA KETO, hingga kini istilah tersebut masih banyak kita jumpai dikalangan masyarakat pada level /strata Bawah bila ditanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan yang dianutnya. Pemahaman mereka tentang agama yang dianutnya yakni Hindu, terbatas kepada tradisi-tradisi yang sudah sejak lahir diwarisi dari keluarganya. Kalau ditanya tentang arti suatu ritual yang dilakoni kebanyakan mengaku pusing dan tidak tahu karena ritual tersebut sudah biasa dilakoni oleh keluarganya. JEG BES WAYAH PETAKONE I CENING NE ANE TIDONG-TIDONG TAKONANGE! Begitulah jawaban yang beberapa kali bisa kita dapatkan bila kita mau nanya tentang makna filosofis dibalik sebuah ritual keagamaan yang dijalankan.

Sungguh ironis bila pemahaman seperti itu tetap terpatri dimasyarakat golongan strata kelas bawah diera globalisasi dan informasi seperti ini. Masyarakat seperti inilah yang sering menjadi target dan sasaran para pendakwah dan misionaris agama tetangga yang siap melancarkan jurus-jurus mautnya untuk melakukan konversi agar mengikuti keyakinannya mereka. Ketidak mampuan ekonomi, keterbatasan informasi dan pendidikan serta kurangnya mendapat sentuhan perhatian dari instansi/badan yang berwenang, menjadikan kelompok / golongan strata ini sangat rentan untuk menjadi target operasi mereka.

Satu contoh yang nyata terjadi didaerah lereng gunung Lawu Karang Anyar, kita ketahui kondisi ekonomi masyarakat disekitar sana yang nota bena masih menjalankan tradisi ke Hinduannya, pada suatu waktu datanglah rombongan sebuah yayasan menyalurkan bantuan sembako sekali, duakali, tigakali masyarakat dengan sangat antusias menerima bingkisan-bingkisan itu. Kemudian yayasan itu membuka sebuah koperasi dan sebuah tempat pendidikan taman bermain. Masyarakat sangat senang mendapatkan bantuan-bantuan seperti itu dimana anak-anak merekapun bisa mendapatkan pendidikan gratis yang setiap belajar kesana mendapatkan makanan ringan dan susu gratis. Setelah Masyarakat semakin intens dengan kegiatan-kegiatan yayasan tersebut maka suatu saat yayasan itu mengajak anak-anak yang belajar disana plus orang tuanya untuk melaksanakan city tour kekota Solo. Mereka semua dengan gembira turut serta dalam rombongan tersebut. NAMUN APA YANG TERJADI???? Ternyata dikota Solo mereka diajak kesebuah Gereja dan mereka semua langsung di Baptis disana.
Terakhir kami kesana ternyata sebagian dari mereka sudah kembali lagi menjalankan keyakinan leluhurnya.

Jadi itulah sekelumit contoh yang menggambarkan betapa rawan dan rentannya kondisi masyarakat Hindu strata Bawah, terhadap misionaris-misionaris dan pendakwah-pendakwah yang dengan berbagai cara mencoba menyusupkan dogma-dogma agamanya. Kalau PHDI tidak tanggap ataupun Duta-duta Dharma kita tidak segera terjun kepelosok-pelosok wilayah yang berbasis keyakinan Kejawen (Hindu) maka kemungkinan besar mereka-mereka tersebut akan menjadi korban-korban konversi agama tetangga.

Untuk mereka-mereka yang berada dilevel/strata Menengah dan Atas tingkat pemahaman mereka tentang Hindu jauh lebih baik, karena mereka bisa akses ke media-media informasi seperti televisi, buku-buku Hindu, Majalah-majalah dan tabloid-tabloid Hindu, Darma Wacana dan Darma Tula yng sering diadakan diinstansi-instansi tempat mereka bekerja, dipura dll.
Dalam hal media televisi, seperti halnya BaliTV dan stasiun-stasiun TV lainnya, sudah sering mengudarakan siar-siar tentang agama Hindu, bahkan kalau kita nonton BaliTV acara Darma Wacana dilakukan 3 kali dalam sehari yakni Pagi, Siang dan Sore hari mengikuti penayangan Puja Mantram Tri Sandya. Demikian pula acara pesantiannya hampir setiap hari bisa kita saksikan.

Mudah-mudahan kedepannya lebih banyak-lagi Warga Masyarakat atau BaliTV-BaliTV yang lain, yang punya kepedulian untuk memelihara dan melestariikan apa yang diistilahkan dengan AJEG HINDU, sehingga Hindu bisa lestari dan dibangkitkan dari tidur panjangnya selama ini dibumi Nusantara yang sama-sama kita cintai ini.

Mari kawan, Sudah saatnya bangun terjaga, sudah saatnya mengepakkan sayap-sayap kokoh GARUDA HINDU NUSANTARA yang akan menjelajah setiap ruang, yang akan mengayomi setiap individu dibumi Nusantara ini.
SATYAM EVA JAYATE, BERJUANGLAH TERUS SAHABAT-SAHABATKU, TEGAKKAN DHARMA, AJEGKAN HINDU DIBUMI NUSANTARA INI.

OM Ano Badrah Kartavo Yantu Visvatah, Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

No comments:

Post a Comment