Welcome
“Pinandita Sanggraha Nusantara”
sebagai wadah pemersatu
Para Pinandita/Pemangku/Wasi/Dukun
di seluruh Nusantara.
Kalender Bali
Profile
Basic Info
Religion & SpiritualtyContact Info
email:sanggrahanusantara@gmail.com office:Pinandita Sanggraha Nusantara "Pura ADITYA JAYA" Jl. Daksinapati No. 10 Rawamangun Jakarta Timur Telp:(+6221) 7098-3858, 770-3574, 546-3858 Fax:(+6221) 546-3811 Bank BRI Cab. Pancoran Jakarta Rekening Britama Nomer : 0390-01-001235-50-8 Bank Mandiri Cab. Jakarta KP Pertamina Rekening Giro Nomer : 119-0004754048 DONASI/PUNIA ANDA SANGAT BERARTI dan BERMANFAAT BAGI PENGEMBANGAN PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA |
Bagaimana blog PSN sekarang?
Sunday, March 15, 2009
Agama Pada Masa Majapahit
Ditulis oleh Hariani Santiko
Majapahit banyak meninggalkan tempat-tempat suci, sisa-sisa sarana ritual
keagamaan masa itu. Bangunan-bangunan suci ini dikenal dengan nama candi,
pemandian suci (*pertirthan*) dan gua-gua pertapaan. Bangunan-bangunan
survei ini kebanyakan bersifat agama siwa, dan sedikit yang bersifat agama
Buddha, antara lain Candi Jago, Bhayalangu, Sanggrahan dan Jabung yang dapat
diketahui dari ciri-ciri arsitektural, arca-arca yang ditinggalkan, relief
candi, dan data tekstual, misalnya Kakawin Nagarakrtaama, Arjunawijaya,
Sutasoma dan sedikit berita prasasti.
Disamping perbedaan latar belakang keagamaan, terdapat pula perbedaan status
dan fungsi bangunan suci. Berdasarkan status bangunan-bangunan suci, kita
dapat kelompokkan menjadi dua, yaitu bangunan yang dikelola oleh pemerintah
pusat dan yang berada di luar kekuasaan pemerintah pusat.
Bangunan suci yang dikelola pemerintah pusat ada 2 macam, yaitu:
1. *Dharma-Dalm* disebut pula *Dharma-Haji* yaitu bangunan suci yang
diperuntukkan bagi raja beserta keluarganya. Jumlah *Dharma-Haji* ada 27
buah, diantaranya Kegenengan, Kidal, Jajaghu, Pikatan, Waleri, Sukalila, dan
Kumitir.
2. *Dharma-Lpas* adalah bangunan suci yang dibangun di atas tanah wakaf (
*bhudana*) pemberian raja untuk para *rsi-saiwa-sogata*, untuk memuja
dewa-dewa dan untuk mata pencaharian mereka.
Sedangkan bangunan suci yang berada di luar pengelolaan pemerintah pusat
kebanyakan adalah milik prasasti *rsi*, antara lain *mandala, katyagan,
janggan*. Secara umum disebut *patapan* atau *wanasrama* karena letaknya
terpencil. Mandala yang dikenal sebagai *kadewaguruan* adalah tempat
pendidikan agama yang dipimpin oleh seorang *siddharsi* yang disebut pula *
dewaguru*.
Berdasarkan fungsinya, candi-candi masa Majapahit dapat dikelompokkan
menjadi 2 (*dua*), yaitu:
1. Candi-candi yang mempunyai 2 fungsi, yaitu sebagai pendharmaan raja
dan keluarganya, juga sebagai kuil pemujaan dewa dengan ciri adanya tubuh
candi dan ruang utama (*garbhagrha*) untuk menempatkan sebuah arca
pendharmaan (*dewawimbha*), misalnya candi Jago, Pari, Rimbi, Simping (*
sumberjati*).
2. Candi-candi yang hanya berfungsi sebagai kuil pemujaan, dengan ciri
tidak mempunyai *garbhagrha* dan arca pendharmaan/perwujudan, tubuh candi
diganti dengan altar atau miniatur candi. Candi-candi kuil ini kebanyakan
dipakai oleh para* rsi* dan terletak dilereng-lereng gunung, misalnya di
lereng gunung Penanggungan, Lawu, Wilis, dsb.
Berdasarkan sumber tertulis, raja-raja Majapahit pada umumnya beragama Siwa
dari aliran Siwasiddhanta kecuali Tribuwanattungadewi (*ibunda Hayam Wuruk*)
yang beragama Buddha Mahayana. Walaupun begitu agama Siwa dan agama Buddha
tetap menjadi agama resmi kerajaan hingga akhir tahun 1447. Pejabat resmi
keagamaan pada masa pemerintahan Raden Wijaya (*Krtarajasa*) ada 2 pejabat
tinggi Siwa dan Buddha, yaitu *Dharmadyaksa ring Kasaiwan* dan *Dharmadyaksa
ring Kasogatan*, kemudian 5 pejabat Siwa dibawahnya yang disebut *Dharmapapati
*atau *Dharmadihikarana*.
Selain itu terdapat pula para agamawan yang mempunyai peranan penting
dilingkungan istana yang disebut *tripaksa* yaitu *rsi-saiwa-sagata*
(*berkelompok 3*); dan berkelompok 4 disebut *catur dwija* yaitu *mahabrahmana* (*wipra*)- *saiwa-sogata-rsi*.
Pembaharuan/pertemuan agama Siwa dan agama Buddha pertama kali terjadi pada
masa pemerintahan raja Krtanagara, raja Singasari terakhir. Apa maksudnya
belum jelas, mungkin disamping sifat toleransinya yang sangat besar, juga
terdapat alasan lain yang lebih bersifat politik, yaitu untuk memperkuat
diri dalam menghadapi musuh dari Cina, Kubilai Khan. Untuk mempertemukan
kedua agama itu, Krtanagara membuat candi Siwa-Buddha yaitu Candi Jawi di
Prigen dan Candi Singasari di dekat kota Malang.
Pembaruan agama Siwa-Buddha pada jaman Majapahit antara lain terlihat pada
cara mendharmakan raja dan keluarganya yang wafat pada 2 candi yang berbeda
sifat keagamaannya. Hal ini dapat dilihat pada raja pertama Majapahit, yaitu
Kertarajasa yang didharmakan di Candi Sumberjati (*Simping*) sebagai wujud
siwa (*Siwawimbha*) dan di Antahpura sebagai Buddha; atau raja kedua
Majapahit, yaitu Raja Jayabaya yang didharmakan di Shila Ptak sebagai Wisnu
dan di Sukhalila sebagai Buddha. Hal ini memperlihatkan bahwa kepercayaan
dimana Kenyataan Tertinggi dalam agama Siwa maupun Buddha tidak berbeda.
Agama Siwa yang berkembang dan dipeluk oleh raja-raja Majapahit adalah *
Siwasiddhanta* (*Siddantatapaksa*) yang mulai berkembang di Jawa Timur pada
masa Raja Sindok (*abad X*). Sumber ajarannya adalah Kitab Tutur (*Smrti*),
dan yang tertua adalah Tutur Bhwanakosa yang disusun pada jaman Mpu Sindok,
sedang yang termuda dan terpanjang adalah Tutur Jnanasiddhanta yang disusun
pada jaman Majapahit. Ajaran agama ini sangat dipegaruhi oleh Saiwa
Upanisad, Vedanta dan Samkhya. Kenyataan Tertinggi agama ini disebut *
Paramasiwa* yang disamakan dengan suku Kata suci OM. Sebagai dewa tertinggi
Siwa mempunyai 3 hakekat (*tattwa*) yaitu:
- Paramasiwa-tattwa yang bersifat tak terwujud (*niskala*)
- Sadasiwa-taattwa yang bersifat berwujud-tak berwujud (*sanakala-niskala *)
- Siwa-tattwa bersifat berwujud (*sakala*)
Selain agama *Siwasiddhanta* dikenal pula aliran Siwa *Bhairawa* yang muncul
sejak pemerintahan Raja Jayabhaya dari Kediri. Beberapa pejabat pemerintahan
Majapahit memeluk agama ini. Agama ini adalah aliran yang memuja Siwa
sebagai Bhairawa. Di India Selatan mungkin dikenal sebagai aliran *Kapalika*.
Pemujanya melakukan tapa yang sangat keras, seperti tinggal di kuburan dan
memakan daging dan darah manusia (*mahavrata*). Disamping agama Siwa,
terdapat pula agama Waisnawa yang memuja dewa Wisnu, yang dalam agama Siwa,
Wisnu hanya dipuja sebagai dewa pelindung (*istadewata*).
--
Rahayou
Katagori
Umum
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Katagori
- Article (79)
- Asuransi PSN (2)
- Events (4)
- Pengumuman (17)
- Profile (10)
- Program (2)
- Pustaka-Pustaka (23)
- Religion (11)
- Sarati Banten (1)
- Tirtha Yatra (2)
- Umum (7)
Blog Archive
-
▼
2009
(115)
-
▼
March
(59)
- Lontar YADNYA PRAKERTI
- KUTIPAN LONTAR BHAMA KRETIH Tentang KANISTA, MA...
- Petikan Lontar : TINGKAHING KARYA PANCA WALI KR...
- MAKNA HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN.
- Akreditasi STAH Dharma Nusantara-Jakarta
- BERBISNIS MENURUT AJARAN HINDU
- KORDINATOR PROVINSI DKI JAKARTA ( Lanang - Istri )
- Lintas Agama dan Kepercayaan di Melbourne
- Agama Pada Masa Majapahit
- Ramalan SABDO PALON (Jawa)
- Darmagandhul (Jawa)
- 7 Satrio Piningit menurut Ronggo Warsito
- Uga Wangsit SILIWANGI (Sunda)
- TIRTHAYATRA LAPORAN PERJALANAN SUCI NAPAK TILAS J...
- SEJARAH TERBENTUKNYA “SARATI BANTEN” Se – Jabodetabek
- Pengertian dan Mitologi Wewaran
- MITOLOGI PENYU DALAM AGAMA HINDU DAN KAITAN FILOSO...
- Susunan Tata Surya Menjadi Nama-nama Hari
- Me-DIKSA (Upacara Seda-Raga)
- Serat Darmagandhul
- MAKNA UPACĀRA MAMUKUR & MAPANDES
- TATAKRAMANING SANGGING*
- KRAMANYA SANG KUNINGKIN KARYA SANISTA, MADYA, UTTA...
- CANANG SARI (CARA MEMBUAT DAN KAJIAN FILOSOFIS)
- Upakāra Yang Dipakai Secara Rutin, Manut Kecap Lo...
- WEJANGAN DEWA RUCI
- “MERENUNG”
- MENCARI TUHAN YANG MAHA ESA
- SAMKHYA, NONTEISTIS DUALISME
- Pujawali Pura Agung Wira satya Bhuwana
- Hari Raya Nyepi, Galungan dan Kuningan
- Kiprah Para Pandita di Bali
- NYEPI MENUJU SUNYA
- SANTHI PUDJA (DOA PERDAMAIAN) NUSANTARA
- Trend “GAUL (PACARAN)” Generasi Muda Hindu
- AGAMA, RADIKALISME, DAN TERORISME
- DHARMA DAN SVADHARMA SEBAGAI LANDASAN BUDAYA TERTIB
- PEMAHAMAN UMAT TERHADAP AGAMA HINDU
- PENGARAHAN KETUA UMUM PSN
- TUMPEK LANDEP DAN PENGERTIANNYA
- LEAK BALI
- HARI RAYA GALUNGAN, KUNINGAN DAN NYEPI
- WIWAHA SAMSKARA
- PERNYATAAN SIKAP
- Struktur Organisasi Pusat dan Wilayah
- URAIAN TUGAS DAN PROSEDUR KERJA
- Kawitan Wargasari
- The Gayatri Mantra
- One Minute Meditation
- Ketik reg sirohin
- Dewa Yadnya
- Doa Khusus
- Doa Umum
- Program kerja
- VISI DAN MISI
- Susunan Kepengurusan PSN Periode 2008 – 2013
- Sejarah
- Arti dan Lambang PSN
- Sarasehan Pinandita Sejabotabek
-
▼
March
(59)
No comments:
Post a Comment