Tuesday, May 26, 2009

Mencari Damai

by: Shri Danu. D.P

Sahabat yang terkasih, kita hidup sebagai manusia tentu menginginkan suatu kehidupan yang harmonis, tentram, sejahtera atau dengan kata lain yaitu damai. Dan kami yakin tidak ada seorang manusiapun yang tidak menginginkan kedamaian. Bagaimana mewujudkan kedamaian itu?

Atas dasar suatu kedamaian pula, lahir sebuah organisasi perserikatan bangsa-bangsa yang juga membawa misi kedamaian untuk dunia. Mungkinkah itu akan tercapai? Tidak!……apabila masing-masing negara di dunia ini belum bisa mewujudkan kedamaian di negaranya sendiri-sendiri. Bisakah suatu negara bisa mewujudkan kedamaian? Tidak pula!……apabila dalam tiap-tiap satuan masyarakat atau golongan atau suku bangsa tidak terwujud suatu kedamaian. Bisakah suatu masyarakat itu mewujudkan kedamaian? Tidak!……apabila dalam satuan masyarakat kecil yaitu keluarga belum juga bisa mewujudkan kedamaian. Mampukah suatu keluarga meraih kedamaian? Tidak juga!……apabila masing-masing anggota keluarga belum bisa mewujudkan kedamaian dalam diri sendiri.

Jadi kedamaian itu bisa diwujudkan di mana-mana apabila tiap-tiap individu mampu mewujudkan kedamaian dalam diri sendiri. Kami yakin para bhakta sedharma pernah berkata pada diri sendiri ‘ Saya Ingin Damai‘. Bagaimana caranya? Dari ketiga kata ini sebenarnya kita telah diberi suatu rumus bagaimana mewujudkan kedamaian dalam diri sendiri. Ada kata ‘Saya’, ada kata ‘Ingin’, dan ada kata ‘Damai’. Pertama pangkaslah kata ‘Saya’ yaitu keakuan atau ego. Adakah di antara bhakta sedharma yang merasa paling cantik atau paling ganteng? Adakah yang merasa paling kaya? Adakah yang merasa paling pandai? Adakah yang merasa paling berjasa dalam sesuatu, meskipun memang benar anda itu berjasa? Dan anda selalu beranggapan bahwa ini karena saya, itu karena saya? Perasaan-perasaan seperti itulah yang disebut dengan keakuan, dan itu harus seluruhnya dibuang jauh-jauh. Yang kedua yaitu kendalikan keinginanmu, manusia tentu punya keinginan dan keinginan timbul karena pikiran. Kami juga yakin bahwa para bhakta sedharma sering berpikir yang buruk meskipun juga pernah berpikir yang benar. Dengan mengendalikan pikiran terlebih dahulu maka keinginan pun dapat dikendalikan. Bagaimana mengendalikan pikiran?

Saya akan mencoba mendiskripsikan dengan suatu cerita dan cerita ini saya yakin sahabat mengenalnya karena cerita ini sangat populer apalagi dikalangan anak-anak. Dahulu kala hiduplah seorang yang bernama Aladin, ketika dia menggali tanah dia menemukan sebuah guci tua, dibersihkannya guci dan alangkah senangnya Aladin karena guci terbuat dari emas. Saat dia mengamati guci itu terkejutlah dia karena muncul asap tebal dari dalam guci. Asap itu membentuk sesosok mahluk yang besar, dan berkatalah mahluk itu kepada Aladin. “ Terima kasih Tuan telah membebaskan hamba dari dalam guci ini yang telah memenjarakan hamba selama ratusan tahun, sebagai imbalannya hamba akan memenuhi segala keinginan Tuan tetapi dengan persyaratan apabila sekali saja Tuan tidak memanfaatkan hamba maka Tuan sendiri yang akan saya makan”. Aladin sangat senang tetapi juga takut karena raksasa itu bisa saja memakan dirinya sendiri apabila ia tidak memanfaatkannya sekali saja. “Saya ingin rumah yang indah dan besar” begitulah pinta Aladin. Lalu raksasa itu menjentikan jari tangan dan terciptalah rumah yang besar dan indah. “ Saya minta agar rumah itu dikelilingi oleh kolam yang indah dan mengagumkan”. Dalam sekejab mata pun terwujudlah itu oleh raksasa itu. Aladin sangat heran, dia pikir raksasa itu akan menghabiskan waktu berbulan – bulan untuk membuat itu semua. Ia sempat berhenti meminta kepada raksasa itu dan berkatalah raksasa itu, ‘Tuan minta apalagi karena kalau tidak ada Tuan akan saya makan”. Aladin sangat takut kemudian ia berpikir sejenak dan ia berhasil mendapatkan suatu ide yang cemerlang untuk membuat raksasa itu tetap sibuk agar dirinya tidak dimakan. ‘Hai raksasa, aku ingin kau membuat tiang yang tinggi dan besar’, begitu kata Aladin. Raksasa itupun kemudian beraksi dan terwujudlah tiang itu. ‘Sekarang panjatlah tiang itu sampai ke ujung atas dan apabila sudah sampai di atas turunlah, ketika sampai di bawah naik kembali dan begitu seterusnya jangan berhenti sebelum aku perintahkan untuk berhenti’, begitulah Aladin meminta. Raksasa itu pun menuruti Aladin dan bebaslah Aladin dari rasa takut akan dimakan raksasa itu dan dia pun bisa hidup dengan damai.

Sahabat, dari cerita tadi raksasa itu identik dengan pikiran dan tiang itu identik dengan napas. Kita punya gambaran apa dari cerita ini? Itulah meditasi yaitu selalu mengikatkan pikiran kita pada napas. Dan inilah salah satu cara mengendalikan keinginan.

Apabila ego sudah dibuang jauh-jauh dan keinginan sudah bisa dikendalikan maka kedamaian dalam diri sendiri pun bisa diwujudkan, begitu juga dalam keluarga, masyarakat, negara dan dunia. Maka itulah umat manusia selalu berdoa semoga damai, damai, damai selalu.

Sahabat yang terkasih, kiranya cukup sekian wacana singkat ini dan semoga bisa menjadi bahan renungan bagi pribadi masing-masing.

Disarikan dari: Buku Pengantar Agama Hindu (Catur Asrama-Cudamani)
=======
"Your Hand On Works But Your Heart On God "
=======

No comments:

Post a Comment