Thursday, March 18, 2010

RENUNGAN HARI RAYA NYEPI 1932 SAKA TENTANG FALSAFAH KERUKUNAN PERSPEKTIF HINDU

Agama baru sampai ke tataran verbal, belum direalisasikan dalam keseharian, demikian pula karena kedangkalan pemahaman terhadap ajaran agama, seseorang mudah saja diprovokasi dengan meng-atasnamakan agama untuk menyulut berbagai kerusuhan di tanah air.

Telah banyak korban di daerah konflik seperti: Aceh, Kalimantan Barat, Ambon, Maluku Utara dan hingga beberapa pekan terakhir ini yang tak henti-hentinya mulai konflik Doloduo dengan Mopugad, Tataaran dengan Ibolian, Tambun dengan Kembang Mertha, hingga beberapa pekan terakhir antara Toruakat dengan Pusian yang mengorbankan rumah dibakar sampai 27 rumah. Apakah benar Bapak Presiden yang salah ?

Dasar-dasar teologi kerukunan dalam persepktif Hindu kita jumpai pada kitab suci Veda yang merupakan himpunan sabda suci (wahyu) Tuhan Yang Maha Esa. Beberapa mantram Veda yang menyatakan tentang kerukunan antar umat beragama kami kutipkan sebagai berikut.

"Janaý bibhrati bahudhà vivàcasaý; nànàdharmanaý påthivì yathaikasam; sahasraý dhàrà dravióasya me duhàý; dhraveva dhenuranapasphuranti". Atharvaveda XII.1.45.
(Berikanlah penghargaan kepada bangsamu yang menggunakan berbagai bahasa daerah, yang menganut kepercayaan (agama) yang berbeda. Hargailah mereka yang tinggal bersama di bumi pertiwi ini. Bumi yang memberi keseimbangan bagaikan sapi yang memberi susunya kepada umat manusia. Demikian ibu pertiwi memberikan kebahagiaan yang melimpah kepada umat-Nya).

"Saý vo manàýsi saý vratà sam àkùtìr namàýsi, amì ye vivratà sthana tàn vaá saý namayàmasi". Atharvaveda III. 8.5.
(Aku satukan pikiran, dan langkahmu untuk mewujudkan kerukunan di antara kamu. Aku bimbing mereka yang berbuat jahat menuju jalan yang benar)

"Yena devà na viyanti no ca vidviûate mithaá; tat kåómo Brahmà vo gåhe saýjñàna puruòebhyaá". Atharvaveda III.30.4
(Wahai umat manusia! Bersatulah, dan rukunlah kamu seperti menyatunya para dewata. Aku telah anugrahkan hal yang sama kepadamu, oleh karena itu ciptakanlah persatuan di antara kamu)

"Saý gacchadhvaý saý vadadhvaý saý vo manaýsi jànatàm, devà bhàgam yathà pùrve saýjànànà upàsate". Ågveda X.191.2.
(Wahai umat manusia! Hiduplah dalam harmoni dan kerukunan. Hendaklah bersatu dan bekerja sama. Berbicaralah dengan satu bahasa dan ambilah keputusan dengan satu pikiran. Seperti orang-orang suci di masa lalu yang telah melaksanakan kewajibannya, hendaklah kamu tidak goyah dalam melaksanakan kewajibanmu)

"Samàno mantraá samitiá samàni; samànam manaá saha cittam eûàm; samanam mantram abhi mantarey vah; samanena vo havisa juhomi". Ågveda X.191.3.
(Wahai umat manusia! Pikirkanlah bersama. Ber-musyawarahlah bersama. Satukanlah hati dan pikiranmu dengan yang lain. Aku anugrahkan pikiran yang sama dan fasilitas yang sama pula untuk kerukunan hidupmu)

"Samànì va àkutiá samànà hådayàni vaá; samànam astu vo mano yathà vaá susahàsati". Ågveda X.191.4.
(Wahai umat manusia! Milikilah perhatian yang sama. Tumbuhkan saling pengertian di antara kamu. Dengan demikian engkau dapat mewujudkan kerukunan dan kesatuan)

"Sahådayaý saý manasyam avidveûaý kåóomi vaá; anyo anyam abhi haryata vatsaý jàtam ivagh-nyà". Atharvaveda III.30.1.
(Wahai umat manusia, Aku memberimu sifat ketulus ikhlasan, mentalitas yang sama, persahabatan tanpa kebencian, seperti halnya induk sapi mencintai anaknya yang baru lahir, begitu seharusnya kamu mencintai sesamamu).

"Saýjñànaý naá svebhiá saýjñànaý araóebhiá; Saýjñànaý aúvinà yuvam ihàsmàsu ni yacchatam". Atharvaveda VII.52.1. (Hendaknya harmonis dengan penuh keintiman di antara kamu, demikian pula dengan orang yang dikenal maupun asing. Semogalah dewa menganugrahkan rahmat-Nya untuk keharmonisan antar sesama).

Di samping mantra tersebut di atas, dalam rangka mewujudkan kerukunan hidup beragama dalam rangka integrasi nasional, kiranya perlu dipahami dasar-dasar teologis kehidupan berbangsa dan bernegara seperti di amanatkan dalam kitab suci Veda berikut.

a) Meningkatkan cinta tanah air, bangsa, dan bersedia berkorban untuk kejayaan bangsa.
Màtà bhùmiá putro ahaý påthivyàá. Atharvaveda XII.1.12. (Bumi Pertiwi adalah ibu kami, dan kami adalah putra-putranya)
Bandhur no màtà påthivì mahì iyam. Atharvaveda IX.10.12. (Bumi yang luas ini adalah ibu/kerabat kami)
Tan màtà påthivì tat pità dyauá. Yajuveda XXV.17. (Bumi adalah ibu, dan langit adalah ayah kami)
Namo màtre påthivya. Yajuveda IX.22. (Kami menghormati ibu Pertiwi (tanah air)
Vayaý ràûþre jàgåyàma purohitàá. Yajurveda IX.23. (Semoga kami selamanya tetap waspada melindungi bangsa kami yang terus maju)

b) Melindungi, dan menjujung kemerdekaan bangsa dan negara
Arcan anu svaràjyam. Ågveda I.80.1. (Selalu memberi penghormatan kepada kemerdekaan bangsa)
Vyaciûþhe bahupàye, yatemahi svaràjye. Ågveda V.66.6. (Hendaknyalah kami bekerja keras untuk mencapai kemerdekaan. Ia seharusnya dikawal oleh seluruh rakyat)
Viúi ràûþre jàgåhi rohitasya. Atharvaveda XIII.1.9. (Wahai pemimpin, semoga engkau tetap siaga untuk melindungi warga negara, dan bangsa)

c) Berperanan, dan berperan serta dalam memajukan kesejahtraan bangsa
Idaý ràûþraý pipåhi saubhagàya. Atharvaveda VII.35.1. (Bimbinglah bangsa ini menuju kesejahtraan)
Idaý ràûþram akaraá sùnåtàvat. Atharvaveda XIII.1.20. (Buatlah bangsa ini jujur, dan bermurah hati)
Bhadram icchanta åûayastapo dìkûàm upani-ûedur agre; tato ràstraý balam ojaúca jàtam tadasmai devà upasaý namantu. Atharvaveda XIX.41.1. (Mereka yang bijak memikirkan tentang kemakmuran bangsa mendapatkan dua faktor, yakni kesetiaan (ketaatan), dan pengabdian (dedikasi). Dengan menjalankan faktor-faktor ini, bangsa itu menjadi kuat, dan mulia, oleh karena itu faktor ini seharusnya dijalankan).
Ràûþraý ca roha, dravióaý ca roha. Atharvaveda XIII.1.34. (Buatlah bangsa menjadi kuat dan makmur)

d) Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat
Pumàn pumàýsaý pàripàtu viúvataá. Ågveda VI.75.14. (Hendaknyalah masing-masing orang membantu (menolong), dan menjaga yang lainnya).
Lokakåtaá pathikåto yajàmahe. Atharvaveda XVIII.3.25. (Hendaknya memberi penghormatan kepada para pembangun jalan, orang-orang yang menaikan drajat rakyat).
Yaá påóati sa ha deveûu gacchati. Ågveda I.125. 5. (yang melayani orang lain dihormati bagaikan dewa)
Svasti màtra uta pitre no astu; svastigobhyo jagate purusebhyaá. Atharvaveda I.31.4. (Semoga terwujud kesejahtraan untuk orang tua ka-mi, sapi-sapi betina itu, umat manusia, dan seluruh dunia)
Janabhåtastha ràûþradà ràûþraý me datta; svaràjastha ràûþradà ràûþram amuûmai datta. Yajurveda X.4.
(Engkau merdeka, dan jadi pelindung umat manusia. Berkahilah kami bangsa yang merdeka)
Lokaý påûóa, chidraý påóa. Yajurveda XV.59. (Buatlah umat berbahagia & singkirkan kesukaran mereka)
Yasmin sarvàói bhùtàni àtmaivà bhùd vi-jànataá; tatra ko mohaá kaá úoka ekatvam anupaûyataá. Yajurveda XL.7. (Bilamana orang yang cerdas menjalankan persatuan dengan seluruh yang hidup, dan merasakan kesatuan denganya, maka semua keterikatan akan lenyap).

Demikian antara lain beberapa butir mantram Veda sebagai dasar teologis yang dapat mendorong kita untuk mengamalkan ajaran Dharma Negara dalam rangka menumbuhkan kerukunan, cinta tanah air dan bangsa yang pluralistik.

Untuk dapat meningkatkan kerukunan hidup beragama, hal yang sangat penting adalah menumbuhkan penghargaan, saling pengertian dan bahkan memahami ajaran agama lain dengan baik, seperti kami kutipkan pada manggala tulisan ini, seorang pandita Siva akan kurang kualitas beragamanya bila tidak memahami hakikat dari ajaran Buddha, demikian pula sebaliknya usaha untuk menumbuhkan saling pengertian dan penghargaan itu, hendaknya setiap umat beragama di samping memahami agamanya sendiri dengan baik, juga memahami agama orang lain secara benar.

Di samping itu, kerukunan umat beragama dapat ditumbuhkan pula melalui kerja sama untuk mengatasi masalah-masalah sosial (penyakit sosial) dan kemiskinan, juga melalui dialog-dialog yang intensif dan konstruktif seperti usulan tentang macam-macam dialog yang jitu:

1) Dialog kehidupan, rakyat dari pelbagai macam agama hidup rukun dalam satu negara, satu sama lain saling memperkaya keyakinan agamanya dengan perantaraan melakukan ajaran, dan keyakinan masing-masing. Hal ini dapat dilihat seperti kehidupan kita di Indonesia. Kehidupan antar agama kita di Indonesia ini adalah sangat baik. Selanjutnya dialog kehidupan ini harus kita tingkatkan, supaya dengan itu lebih positif, maka niscaya akan lebih berhasil pada beberapa bidang.

2) Dialog kerjasama dan kegiatan-kegiatan sosial yang memperoleh inspirasi agama. Hal ini seperti rakyat Indonesia dengan pelbagai macam keyakinan dan agamanya bekerja sama untuk melaksanakan pembangunan. Andaikata umat ini dengan dorongan agama melaksanakan sesuatu proyek, umpamanya membrantas kemiskinan, maka hal itu akan merupakan kekuatan yang dahsyat.

3) Dialog Intermonastik. Umpamanya pemimpin Agama Hindu untuk satu minggu lamanya hidup di biara Buddhis-me; pemimpin Kristen untuk satu minggu hidup di pondok pesantren. Jelasnya pemimpin sesuatu agama hidup dalam waktu tertentu di pusat agama orang lain. Dengan demikian akan timbul saling pengertian yang mendalam, saling penghargaan, dan kerjasa dalam pelbagai bidang dapat diadakan.

Langkah dan kebijakan yang dapat ditempuh sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas amal, dialog, dan kerukunan hidup antar, dan interen umat beragama sebagai perwujudan teologi kerukunan berupa bingkai sosiologis kultural, antara lain: Pemimpin atau pemuka agama baik institusional, dan maupun secara perorangan berusaha semaksimal mungkin menanamkan kesadaran untuk mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Dengan pengamalan agama yang mantap akan meningkatkan kualitas iman (Sraddha), dan amal (Bhakti) serta Wawasan Kebangsaan, sebab kami yakin semua ajaran agama yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan umatnya untuk menghargai orang lain (semua mahluk) termasuk pula menghargai agama atau kepercayaan orang lain serta agama juga mengajarkan kepada umat untuk menjadi warga negara yang baik, taat kepada hukum yang digariskan oleh pemerintah.

Tondano, 15 Maret 2010
Pengurus Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) SULUT,

Jro Mangku Drs. I Wayan Damai, MPd, MSc, MSi
K e t u a

No comments:

Post a Comment