Saturday, November 7, 2009

Jnana Punya 6

Irihati … Tembok Penghalang Kesuksesan


Hari itu adalah bulan purnama, langit sangat cerah, cahaya bulan menyapu sang rau menerangi alam samesta. Cahayanya yang lembut menyapa siapa saja yang menatap kepadanya. Binatang malampun ikut bersuka ria, kunang-kunang beterbangan saling berkejaran, menari membentuk lingkaran-lingkaran yang sedap di pandang mata. Jengkrikpun tidak mau ketinggalan berlomba melantungkan tembang-tembang yang membuat suasana malam itu begitu semarak.

Di dalam bale agung, Guru Jati sedang asyik berdiskusi dengan para muridnya. Mereka melanjutkan pembahasan enam tembok penghalang kesuksesan. Yang terdiri dari: Keinginan, Kemarahan, Loba, Bingung, Mabuk dan Iri Hati. Kelima dari enam tembok tersebut telah mereka diskusikan. Malam itu mereka mendiskusikan tembok yang ke-enam yaitu Irihati.

Seorang murid mengacungkan tangannya, “Salam sejahtera Guru (Om Swastyastu), pertama-tama perkenankanlah hamba mengungkapkan kegembiraan hamba telah berada di sini selama beberapa hari, mendengarkan wejangan-wejangan Guru, mengikuti disiplin/latihan pengendalian diri dan konsentrasi. Sungguh hamba sangat beruntung.

Hamba sangat tertarik dengan ungkapan guru bahwa, musuh yang paling hebat bukan di di luar diri, sesungguhnya mereka di dalam diri, untuk mengenalinya sangatlah sulit. Berarti hamba harus bisa mengenali diri hamba sendiri terlebih dahulu. Guru telah mengajari kami cara untuk mengenali diri sendiri dengan rajin melakukan komtemplasi, melakukan perenungan, instropeksi diri, mencintai diri sendiri, memperhatikan dengan seksama setiap proses dalam diri, datang dan perginya segala rasa seperti, takut, sedih, senang, marah, kesel, gembira, dll. Guru mengajari kami tentang enam tembok penghalang kesuksesan, secara detail telah guru jabarkan lima dari enam tembok tersebut, untuk melengkapi pengetahuan kami, mohon sudi kiranya Guru menjelaskan kepada kami tembok yang ke-6?

“Baiklah anakku.. tembok yang ke-6 adalah Irihati (Matsarya), Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang melihat kelebihan/rejeki yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Sifat ini ada pada diri manusia. Kalo tidak dikendalikan akan merusak kehidupan sosial dan menjadi racun dalam diri. Orang yang dikuasai oleh sifat Iri hati tidak akan tenang melihat kesuksesan orang lain.

Kita harus menyadari bahwa sebagai manusia pasti ada kelebihan dan ada kekurangan, setiap orang tidak lepas dari suka dan duka, rejeki dan penyakit. Tidak setiap orang mendapatkan rejeki pada waktu dan jumlah yang sama.

Sesuai dengan hukum karma, Apapun yang dilakukan akan mendatangkan hasil. Bila Ananda rajin melakukan hal-hal yang baik (berfikir, berkata dan bertindak) maka hanya kebaikan yang akan ananda peroleh baik berupa rejeki, pekerjaan, harta, teman, kemasyuran/nama baik, martabat, dll. Sebaliknya bila ananda rajin menuai hal-hal yang buruk, jangan pernah heran dengan keburukan yang menghampiri, musibah, petaka, penyakit, penghinaan, kehilangan teman/saudara, kehilangan martabat/kedudukan.

Menyadari bahwa setiap orang memetik karmanya sendiri artinya dia mendapat rejeki lebih baik dari kita karena usaha yang dilakukannya, entah yang kita saksikan atau yang kita tidak saksikan. Demikian pula kadang kita mendapatkan rejeki lebih karena usaha kita, janganlah sombong.

“Guru yang kami muliakan, dalam kehidupan ini seringkali dia datang tiba-tiba tanpa bisa kita control, bila mana Irihati itu datang muncul pada diri kami, apa yang harus kami lakukan, seperti yang kita ketahui bersama kekuatan energi yang dilahirkan oleh iri hati ini cukup besar…?”

“Ananda benar sekali, kekuatan yang lahir dari sifat iri hati ini besar, kekuatan ini bisa kita manfaatkan untuk kemajuan kita. Rubah energi negative produk irihati menjadi energi perubah menuju kemajuan. Dengan menggali potensi diri, kenali diri dengan baik, apa kelebihan dan kekuranganmu. Management modern memperkenalkan SWOT Analysis. SWOT = Strength (kekuatan/kelebihan), Weakness (Kelemahan/kekurangan), Opportunity (kesempatan) dan Threats (Tantangan/Rintangan).

Mengasah kelebihan, memanfaatkannya untuk meningkatkan produktifitas, mengurangi atau menghilangkan kelemahan dengan belajar, pelatihan, diskusi, dll. Memanfaatkan setiap kesempatan yang datang. Menciptakan kesempatan-kesempatan dengan memperbanyak usaha misalnya; melalui media masa, media elektronik, kampus, teman, datang langsung ke tempat-tempat yang memungkinkan untuk memberikan kesempatan. Sehingga rejeki, nama baik/kedudukan, teman akan menjadi teman setia, seperti kodok, burung, capung, yang mendatangkan dirinya ke telaga yang jernih…”

Ananda sekalian, bila hati kita riang, canda, tawa, nyanyian akan muncul dengan sendirinya. Apakah ananda sedang senang hari ini…?

“Tentu saja guru…” Jawab para murid serempak seperti ada yang memberikan komando.

“Bagaimana kalo kita bernyanyi…?
“Setuju…….”

“Ananda sejak jaman dahulu pabila orang itu senang dia akan bernyanyi, baik dalam hati ataupun bernyanyi keras-keras. Nyanyian juga kadang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, jangan heran ananda akan temukan hampir diseluruh bumi persada ini,
para tetua kitapun dahulu kala mengingatkan kita melalui lagu/tembang macapat, marilah kita lantunkan kembali tembang sinom dalam bahasa Bali:

Dabdabang dewa dabdabang
Mungpung dewa kari alit
Melajah ningkahang awak
Dharma Patute Gugonin
Eda pati iri hati
Duleg teken anak lacur
Eda bonggan teken awak
Lagute kaucap ririh
Eda sumbung
Manyumbungang awak bisa

Artinya:

Anakku persiapkanlah dirimu
Selagi usiamu masih muda
Belajarlah membawa diri
Ajaran Kebenaran/Kesucian/Agama itu yang patut dipercaya
Jangan sekali-sekali Ananda Irihati
Kurangajar pada fakir miskin
Jangan terlalu bangga pada diri sendiri
Oleh karena Ananda telah dikatakan pandai/cerdas
Jangan sombong
Menyombongkan diri telah mampu.

Dengan berakhirnya tembang macapat (sekar alit) pupuh sinom ini, berakhirlah uraian tentang enam tembok penghalang kesuksesan, semoga karya kecil ini memberikan maanfaat bagi mereka yang menyempatkan diri untuk membaca. Apabila ada kata yang tidak berkenan itu murni karena kelemahan penulis, pabila ada kata yang bermanfaat itu adalah anugrah Hyang Maha Agung Tuhan Yang Maha Esa.

Ruwais – Abu Dhabi, 07 November 2009

Made Mariana

No comments:

Post a Comment