Monday, October 19, 2009

Jnana Punia 2

Enam Tembok Penghalang Kesuksesan Bag 2
(Terinspirasi dari Ajaran Sad Ripu)

Tembok 2: Marah yang tak terkendali

Anakku sekalian, keinginan yang tak terkendali akan mengarah pada pemborosan sumber daya, artinya sumber daya terbatas yang dimiliki tidak diaplikasikan tepat guna. Pada akhirnya hajatan utama untuk meraih cita-cita terbentur karena kurangnya sumber daya, ibarat sebuah tembok yang sangat tebal terbuat dari besi baja, membendung laju kehidupan kita.

“Nafsu keinginan tak pernah terpuaskan dengan menikmati objek keinginan itu, karena ia akan tumbuh semakin besar, seperti api yang dituangi bahan bakar’ demikian dinyatakan dalam Manu II.94
“Na jaatu kaamah kaamaanaam upabhogena saamyati
Hawisaa krsnawartmewa bhuya ewabhiwardhate”

“Guru, terimakasih banyak dengan penjelasan guru yang sangat gamblang, kini kami mengerti kenapa keinginan yang tak terkendali itu bisa menjadi sebuah penghalang yang hebat, bagaimana dengan tembok penghalang berikutnya…?

“Ananda.. tembok berikutnya adalah marah/krodha yang tidak terkendali, kemarahan adalah nafsu yang terbentuk dari guna rajas yang sangat merusak dan berdosa, oleh karenanya mereka sering disetarakan dengan musuh dalam diri manusia”

“Guru bagaimanakah proses terbentuknya kemarahan itu…? Apakah akibat atau dampak kemarahan yang tak terkendali itu..?

Sambil mengelus janggutnya yang panjang, Sang Wiku diam sejenak Beliau memandang ke seluruh bagian dari Bale Gede tempat mereka berkumpul. Beliau melangkah pelah menuju ke tengah-tengah para muridnya. Sambil tersenyum sejuk, Sang Wiku kemudian melanjutkan penjelasannya:

“Pada umumnya pria cenderung lebih cepat marah dan agresif dibandingkan wanita. Sifat ini disebabkan oleh pengaruh hormon testoteron terhadap proses perkembangan otak bayi lelaki sejak masih dalam kandungan.

Keinginan/Kama/Nafsu yang tidak terkendali akan menimbulkan kemarahan, yang kadang-kadang lepas kendali. Marah yang tidak terkendali ini sangat berbahaya bagi kita, Indra-indra, pikiran dan kecerdasan dikatakan sebagai tempat kedudukannya, Dari kemarahan timbullah kebingungan, dari kebingungan hilangnya ingatan, sehingga mereka yang dikuasai oleh marah tidak menyadari keberadaannya sendiri. Kenapa dia lahir, apa tujuan dia lahir dan hidup di dunia.Dari hilangnya ingatan kecerdasan terhancurkan dari hancurnya kecerdasan menuju pada kemunduran.

Orang yang dikuasai kemarahan sudah tidak bisa membedakan mana yang baik, mana yang tidak baik, mana yang patut dan mana yang tidak patut, sehingga tidak mampu mengontrol tingkah lakunya, tidak mampu mengontrol ucapannya, juga tidak mampu mengontrol pikirannya. Bila perbuatan, ucapan dan pikiran sudah tidak mampu terkendalikan maka pintu kejahatan telah terbuka.

Kalo pikiran sudah tidak terkontrol, pikiran tidak tenang… maka kedamaian sudah lenyap apalagi yang namanya kebahagiaan akan sangat sulit dicapai.

Dalam kehidupan ini, tidak ada orang yang suka dimarahi walaupun mereka tahu bahwa dirinya bersalah. Karena tindakan dan ucapan orang yang dikuasai oleh marah tidak mengenakkan di hati. Padahal kita semua tahu, dalam dunia kirja; atasan kita, bawahan kita, pemilik dari perusahaan, pelanggan kita, rekan kerja kita, supplier kita, pemerintah/legalitas istilah kerennya stake holders mereka semua adalah manusia yang tidak suka mendengarkan kata-kata orang yang dikuasai kemarahan.

Demikian pula dalam keluarga dan masyarakat; orang tua kita, anak kita, pasangan kita, saudara-saudara, sahabat mereka adalah manusia juga yang tidak suka dimarahi dan mendengarkan kata-kata orang yang dikuasai oleh rasa marah.

Kinipun tahu bahwa yang merekruit kita menjadi tenaga professional, yang mempromosikan kita naik menduduki jabatan yang lebih tinggi, yang memberikan kita penghargaan/apreasiasi dari hasil kerja kita, yang memecat kita, yang menghukum kita bila ada kesalahan adalah juga adalah manusia yang tidak suka dan tidak mau dimarahi dan mendengarkan kata-kata orang yang dikuasai oleh rasa marah.

Oleh karena itu bila Ananda ingin sukses baik di dunia kerja, di masyarakat maupun dalam keluarga, kendalikanlah marah itu”.

“Guru yang kami muliakan, tadi telah dijelaskan tentang proses terbentuknya marah dan dampak dari kemarahan yang terkendali, lantas bagaimanakah cara mengendalikan kemarahan itu…?”

“Anakku lebih jauh tentang kemarahan itu Maharisi Vaisampayana/Vararuci mengatakan:

“Jika ada orang yang dapat (berhasil) meninggalkan kemarahan hatinya berdasarkan kesabaran hati sebagai keadaan ular yang meninggalkan kulesnya (kulitnya yang terlepas), karena kesemuanya itu tidak akan kembali lagi; orang yang demikian keadaannya itu adalah ia disebut berbudi luhur dan patut disebut manusia sejati”

“Sebenarnya, meskipun orang itu selalu jaya terhadap seterunya, seta tak terbilang jumlah musuh yang dibunuhnya, asal yang dibencinya musnah, maka selama hidupnyapun, jika ia hanya akan menuruti kemarahan hatinya belaka, tentu saja tidak akan habis-habisnya musuhnya itu. Akan tetapi yang benar-benar tidak mempunyai musuh, adalah orang yang berhasil mengekang kemarahan hatinya.

“Orang yang selalu marah, bertengkar, senantiasa ia resah, rusuh hati kemanapun ia pergi. Dan dalam semua perbuatannya, meski ditempat tidur sekalipun, tidak tentram hatinya, sebagai keadaan orang yang tidur dalam rumah yang berisi ular.

Ada banyak cara untuk mengendalikan marah

1. Membaca doa/mengulang nama-nama suci Tuhan (Namasmaranam)
2. Tenangkan diri/relaksasi dengan mengatur nafas (Pranayama); menarik nafas pelan (puraka), menahan nafas (kumbaka), menghembuskan nafas pelan (recaka).
3. Mengendalikan panca indra
4. Mengendalikan pikiran/merubah pola pikir (Cognitive Restructuring)
5. Dengan memohon pembersihan dari Hyang Wisnu denga cara cuci muka/leher, tangan dan kaki
6. Berkomunikasi dan bergurau yang lucu-lucu/ humor
7. Merubah lingkungan (Changing environment)

(Bersambung .......)

Ruwais-Abu Dhabi, 16 Oktober 2009
Made Mariana
Http://singaraja.wordpress.com

No comments:

Post a Comment