Oleh : Damar Shashangka
--------------------Catatan yang berisi dialog sederhana agar mudah dipahami oleh siapa saja ini sengaja saya posting ulang sebagai bahan perenungan bagi kita semua dalam menyikapi makna takdir dan tujuan hakiki manusia hidup didunia.-----------------------
Maya : Lebih spesifik lagi, mas. Tentang PURUSHA. Jelaskan…..
Damar : Banyak yang akan tidak setuju dengan apa yang mas uraikan nanti. Tapi biarlah, toh ini juga hasil ‘peningkatan kesadaran’ mas, pengalaman mas…
Kalau ada yang tidak setuju, ya kita diam saja. Biarkanlah. Yang penting kita punya pedoman. Tidak bingung. Terlalu muluk teori, tapi membingungkan dan tidak bisa di-implementasi-kan, buat apa? Jangan membingungkan orang lain. Itu saja intinya. Dan ‘KEBENARAN SEJATI’ tidak bisa dibahas, tidak bisa diwacanakan. Bisanya ‘DIALAMI’, Bisanya ‘DILAKONI’. Dan apa yang mas uraikan ini, hanyalah ‘SERPIHAN-SERPIHAN KECIL SEKALIGUS KASAR’ dari ‘KEBENARAN SEJATI’ itu. Yang mudah dipahami dan mudah dilakoni. Selebihnya biar ‘BERKEMBANG DENGAN SENDIRINYA’….
Maya : Seperti rasa gula ya, mas. Bisanya dirasakan sendiri. Ga bisa diungkapkan dengan kata-kata dan uraian…
Damar : Yup. Kita bahas saja yang bisa kita bahas. Tujuannya adalah ‘PONDASI UNTUK PENINGKATAN KESADARAN’. Tanpa ‘PONDASI’, akan limbung, tak akan terbentuk, roboh ditengah jalan…
Maya : Ok, mas…
Damar : Mungkin dengan sebuah cerita, aku bisa sedikit menjelaskannya kepadamu dan kepadaku sendiri, dengarkan… Setelah dunia ini PRALAYA (Kiamat), entah PRALAYA yang keberapa kali, dunia dipenuhi unsur Air. Samudera luas. Seluruh unsur materi, terserap kedalam PRAKRTI, sedangkan seluruh ATMA yang belum ‘MENGGAPAI KESADARAN SEJATI-NYA’ belum ‘MENYATU DENGAN -ITU- LAGI’, sementara ‘beristirahat’ panjang dalam proses evolusinya. Vacum total.
Siklus semesta tercipta (PRABHAVA) sampai kehancurannya (PRALAYA), dinamakan KALPA. Dan semesta yang sudah PRALAYA sebelumnynya, dinamakan PADMA KALPA. Semesta kita sekarang, semesta yang dalam cerita ini hendak diciptakan lagi, disebut VARAHA KALPA ( Ada kisah tersendiri mengapa dinamakan VARAHA yang artinya BABI HUTAN).
Ada satu ATMA yang hampir mencapai ‘PUNCAK KESADARANNYA’. Hampir sempurna evolusi-nya. Seorang ATMA pilihan. Walau belum menggapai ‘KESADARAN PURNA’, ATMA ini sudah sedemikian luar biasanya.
ATMA inilah yang mula pertama bangun dari istirahat panjangnya. Begitu terjaga, dia tertegun didapatinya seluruh penjuru digenangi oleh Air. ATMA ini sadar, dia menyadari, hanya ada dia satu-satunya yang terjaga. Dia sadar, dia punya kuasa, kekuatan, power yang hebat. Dalam ketercenungannya, dia menyimpulkan bahwa dirinyalah BRAHMAN, TUHAN YANG SESUNGGUHNYA.
Ditengah perasaan meluap-luap itu, tak disangka, dia melihat ‘sesuatu’. Sosok makhluk lain selain dirinya. Yang tengah tidur dengan kepala tertopang oleh tangan kanan-Nya. Dengan damainya, Dia tertidur diatas samudera luas tanpa batas itu.
ATMA ini beringsut mendekat. Dengan serta merta, ATMA ini bertanya :
“Siapakah Engkau ?”.
Yang tengah tertidur, terjaga. Dia tersenyum, penuh kedamaian, dan menjawab, “Aku adalah NARAYANA (NARA = Air, AYANA= Tempat tidur. DIA YANG TIDUR, YANG BERTAHTA, DIATAS AIR. Bandingkan dengan ayat-ayat Bible tentang Roh Allah yang melayang-layang diatas air, juga ayat Al-Qur’an yang menyebutkan Dia sebelumnya bertahta diatas air, kemudian Dia menuju keatas Arsy). Aku adalah VISHNU (YANG ADA DIMANA-MANA). Aku adalah AVATARA BRAHMAN. PERWUJUDAN TUHAN YANG SESUNGGUHNYA. Aku adalah Pencipta, Pemelihara dan Pelebur semesta. Lantas, siapakah kamu ?”.
ATMA ini bingung, namun menjawab juga,”Aku adalah BRAHMAA ( SANG PENCIPTA. Mohon dibedakan dengan BRAHMA. Tanpa vocal ‘a’ double. BRAHMA adalah BRAHMAN. Sedangkan BRAHMAA hanyalah Deva Utama). Akulah BRAHMAN itu, Akukah TUHAN itu. Akulah Pencipta, Pemelihara dan Pelebur itu.”
“Benarkah?”, kata VISHNU.
“Kalau tidak percaya, masuklah kedalam tubuhku. Engkau akan melihat seluruh semesta ini ada didalam tubuhku dan siap terciptakan.”
VISHNU tersenyum, lantas Dia masuk kedalam tubuh BRAHMAA. Didapati-Nya berbagai semesta yang hendak ter-manifestasi-kan, ada disana. Dan, VISHNU-pun keluar.
“Bagaimana?”, tanya BRAHMAA.
“Benar,” VISHNU menjawab,”Tapi, maukah giliranmu sekarang memasuki tubuh-Ku?”
BRAHMAA penasaran, cepat ia memasuki tubuh VISHNU. Disana, BRAHMAA tercengang, karena banyak semesta yang lebih sempurna ada disana. Bahkan banyak pula bentuk-bentuk yang tidak ia ketahui, apa itu. Karena sangat tak terbatas, BRAHMAA kesulitan mencari jalan keluar. Dia tersesat. Dia berteriak,” Aku tidak menemukan jalan keluar. Tolong aku..”
VISHNU tersenyum, Dia berkata,”Sekarang keluarlah! Lewatlah pusar-Ku.”
BRAHMAA akhirnya bisa keluar melalui pusar VISHNU. Begitu keluar, sujudlah dia.
“Engkau benar-benar AVATARA BRAHMAN. Aku percaya sekarang. Dan aku mohon anugerah-Mu. Karena aku keluar lewat pusar-Mu, berilah aku anugerah disebut sebagai putra-Mu.”
“Thathastu (Terjadilah).” Ucap VISHNU.
Karena ‘lahir’ lewat pusar VISHNU, BRAHMAA dikenal juga dengan nama PADMAYONI ( Dia yang lahir dari rahim bunga teratai ).
“Oh, VISHNU. Tiada lagi entitas lain yang berkuasa disemesta ini sekarang selain Engkau dan aku. Apa yang harus aku lakukan?”.
VISHNU berkata,”Jangan salah. Aku mewujud juga dalam perwujudan lain. Dalam AVATARA lain.”
BRAHMAA tercengang. Belum selesai ketercengangan dia, muncullah sosok makhluk yang penuh perbawa. Dahsyat dan menggentarkan. Semburat kesucian merebak. BRAHMAA takjub.
“Siapakah Dia?”.
“Dia-lah perwujudan-Ku yang lain. Dia-lah SHIVA,” jawab VISHNU.
BRAHMAA benar-benar takjub akan permainan Illahi ini. Serta merta ia bersujud kepada SHIVA dan memohon.”Wahai SHIVA, anugerahilah aku, bahwasanya kelak, Engkau akan dikenal sebagai puteraku.”
SHIVA tersenyum dan berkata,”Thathastu (Terjadilah).”
BRAHMAA lantas diangkat sederajat dengan VISHNU dan SHIVA. Ketiganya dikenal sebagai TRIMURTI. BRAHMAA, Sang Pencipta. VISHNU, Sang Pemelihara dan SHIVA, Sang Pelebur. Inilah permainan illahi. BRAHMAN, TUHAN YANG SESUNGGUHNYA ikut bermain dalam sandiwara kehidupan. Mengecoh mereka-mereka yang tidak teliti. Bahkan tidak cukup hanya itu, POWER BRAHMAN, SHAKTI BRAHMAN, ikut Mewujud dalam bentuk fisik. Mewujud dalam bentuk Ibu, dalam bentuk Wanita yang sangat cantik. Dia mewujud sebagai SARASVATI, LAKSMI dan DURGHA.
SARASVATI, adalah Shakti segala Ilmu Pengetahuan. LAKSMI adalah Shakti segala kemakmuran dan kesejahteraan sedangkan DURGHA adalah Shakti segala penghancur, keadilan dan hukum.
SARASVATI mendampingi BRAHMAA. Membimbing BRAHMAA. LAKSMI menyatu dengan VISHNU. Sedangkan DURGHA menyatu dengan SHIVA.
Lengkap sudah permainan indah ini.
Maya : Wah, betapa beruntungnya Brahmaa. Karma baik apa hingga dia bisa mencapai kedudukan sedemikian ‘dekat’ dengan AVATARA BRAHMAN seperti itu? Hebat.
Damar : Dengarkan selanjutnya. DEVA BRAHMAA, dititahkan untuk menciptakan benda-benda fisik, jasad-jasad fisik dan semesta sebagai tempat para ATMA yang tengah ‘beristirahat’ untuk melanjutkan evolusi-Nya. Semua atas petunjuk SARASVATI. AVATARA BRAHMAN sendiri.
Namun suatu ketika, dia menemui kesulitan. Dia benar-benar kesulitan. Ditengah kebingungannya, tiba-tiba dipangkuannya muncul seorang putra, penuh cahaya. BRAHMAA terkejut. Anak ini meraung, menangis. Tangisannya menggetarkan segenap penjuru. Tangisannya terdengar menggemuruh, terdengar dengan suara AUM.
Dia meraung terus. BRAHMAA memberikan-Nya Nama RUDRAA (YANG MERAUNG). Anak ini masih tetap menangis, maka BRAHMAA memberikan-Nya Nama lain, yaitu SARVA, BHAVA, UGRA, BHIMA, PASUPATI, MAHADEVA dan ISHA. Setelah mendapatkan delapan Nama, anak ini berhenti menangis dan menghilang. BRAHMAA sadar, anak tadi adalah SHIVA. SHIVA telah menepati janji-Nya akan lahir sebagai putranya. Dan SHIVA ingin mengajar BRAHMAA, bahwa untuk mencipta semesta, sebuah ‘getaran’, sebuah ‘gelombang’ juga diperlukan. Dan SHIVA mengajarkan satu suku kata yang menggetarkan ‘AUM’.
Maka dari itu, SHIVA juga dikenal dengan Nama AUMKARANATA (PENGUASA KALIMAT AUMKARA).
Dengan getaran inilah BRAHMAA mencipta semesta. Dia membuat seluruh materi fisik PRAKRTI terkumpul dalam satu bulatan oval, bulatan telur. Karena bentuknya bulat telur, mirip telur, cikal bakal semesta ini disebut BRAHMAANDA (TELUR BRAHMAA). Setelah itu, BRAHMAA memasuki telur tersebut. Telur yang bersinar keemasan, rahim alam semesta ini dikenal juga dengan nama HIRANYAGARBHA (RAHIM KEEMASAN SEMESTA).
Disanalah BRAHMAA memutar telur dari dalam, bermilyard-milyard tahun. Ketika sudah siap, maka BRAHMAA menyentak Telur Semesta ini dengan getaran AUM. Meledaklah telur ini. Suaranya membahana. Pecah menyemburan kesegala penjuru. Maka terciptalah semesta raya ini dengan diiringi suara suci…. AUMMMMMMMMMMMMMMMMMM!.
Maya : Wah, mirip teori sains modern tentang Penciptaan Semesta yang dinamakan TEORI BIG BANG (Teori Ledakan Besar). Ya Tuhan…..
Damar : Veda telah menceritakannya jauh-jauh hari…Lantas setelah semesta tercipta. BRAHMAA pertama-tama menciptakan lima orang putra. Yaitu SANATANA, SANANDA, SANAKA, SANATKUMARA dan SANGKALPA. Namun kelima ATMA ini kurang ‘tenggelam kesadaran-Nya’. Sehingga menolak menjadi Leluhur seluruh makhluk penghuni semesta.
Oleh karena itulah, BRAHMAA menciptakan lagi putra-putra yang lain, yaitu MARICI, ATRI, ANGGIRA, PULASTYA, PULAHA, KRATU, BRGU, VASISTHA, NARADDHA dan DAKSHA.
Kesepuluh makhluk suci inilah yang melahirkan jasad-jasad fisik beribu-ribu spesies yang lahir dari sel atau SVEDAJA, beribu-ribu jasad fisik spesies yang lahir dari biji atau UDBHIJJA, beribu-ribu jasad fisik spesies yang lahir dari telur atau ANDAJA serta beribu-ribu jasad fisik spesies yang lahir dari kandungan (mamalia) atau JARAAYUJA. Termasuk wujud fisik spesies Deva dan Asura.
Dan putra yang kesebelas dan kedua belas, yaitu SVAYAMBHUVA MANU dan SATARUPA akan melahirkan wujud fisik spesies yang disebut Manushya. Inilah ADAM dan HAWA….
Maya : Ya Tuhan…
Damar : Sudah jelas, kan? PURUSHA bagi mas adalah VISHNU dan SHIVA. AVATARA DARI DIA YANG TAK TERBAYANGKAN.
Maya : Jarang yang menguraikan hal ini, mas. Kebanyakan membingungkan dan tidak sistematis. Rancau. Dari mas, saya baru paham. Terima kasih. Dan lagi, saya jadi tertawa bila menyadari, ajaran Gnostik dari Yunani yang terkenal itu ternyata mengambil oper ajaran Veda, hahahahaaaaa….
Oh, ya mas. Ada satu lagi. Mengapa Asura punya kelebihan bisa menginjakkan kaki di Surga? Dan mengapa Raja Para Deva, Indra, sering diceritakan suka melakukan perbuatan yang tak sepantasnya?
Damar : Aku akan menjelaskannya setelah selesai pembahasan Karmaphala dan Punarbhava ini, sabar, ya?
Nah, tanpa mengerti perihal diatas, konsep Karmaphala dan Punarbhava jadi kabur, ngambang dan rancau. Kini kita kembali ke pokok bahasan kita.
Maya : Yup..
Damar : Apapun yang kita PIKIRKAN, UCAPKAN dan LAKUKAN DENGAN BADAN INI, semuanya akan direkam oleh PRAKRTI.
PIKIRAN, PERKATAAN dan PERBUATAN atau MANASIKA, VACIKA dan KAYIKA. Baik itu yang Positif maupun Negatif. Semua akan menjadi ‘benih’ bagi TAKDIR KITA. Yang Positif akan berbuah Positif dan Yang Negatif akan berbuah Negatif pula..
Maya : Jelaskan lagi, mas. Aku sudah paham kalau itu..
Damar : Coba lihat sekelilingmu. Ambil satu contoh seorang anak manusia. Dia lahir dari keluarga kaya, berarti ada buah karma positif-nya yang tumbuh sehingga dia patut lahir dalam keluarga kaya. Dia punya fisik sehat, berarti ada buah karma positif-nya yang tumbuh sehingga dia memiliki fisik prima. Dia tampan, berarti ada buah karma positif-nya yang tumbuh sehingga dia terlahir tampan, tapi dia bodoh, berarti ada karma negatif-nya yang tumbuh sehingga menghalangi kecerdasannya. Dia tidak disukai wanita sehingga sulit jodoh, berarti ada karma negatif-nya sehingga dia sangkal jodoh. Nah, lahir dari keluarga kaya, sehat, tampan, tapi bodoh dan sangkal jodoh adalah buah karma positif dan negative yang tumbuh bersamaan. Ini membentuk NASIB DIA.
Maya : TAKDIR, kita sendiri yang membuat. Intinya itu ya, mas.
Damar : TAKDIR adalah akumulasi dari karma-karma positif maupun karma-karma negatif kita masa lalu. Takdir mengkondisikan kita. Mendorong kita kearah tertentu. Kearah yang menyenangkan atau yang tidak. Tapi buah karma positif yang sangat-sangat utama adalah berbuah ‘KESADARAN’. Dengan bertemunya kita dengan seorang guru spiritual, teman yang membimbing atau menyertai kita dalam ‘peningkatan kesadaran’. Kekayaan, ketampanan, tidaklah bisa mengalahkan keutamaan hal ini.
Maya : Wow..
Damar : Ibarat seorang anak mendapat warisan sebidang sawah dari orang tuanya. Luas dan kondisi kesuburan sawah sudah ditentukan. Ada yang mendapat sawah luas, sedang dan sempit. Ada yang kondisi tanahnya subur, cukupan dan gersang. Semua sudah kita warisi. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, itulah warisan kita. Takdir kita. Selanjutnya, kita sendiri yang menentukan sawah itu, mau diapakan. Jangan mencari kambing hitam. Sebab warisan itu juga adalah hasil perbuatan kita dimasa lalu. Yang berbuat harus berani bertanggung jawab.
Maya : Lantas bisakah kita mengubahnya ?
Damar : Nanti saja aku jawab tentang hal itu..
Maya : Dan Pikiran, Perkataan serta Perbuatan kita sekarang adalah benih-benih takdir kita dimasa mendatang, masa kelahiran selanjutnya. Nah, apakah bisa kita mengubahnya sebelum tumbuh?
Damar : Aku menjawabnya nanti…
Maya : Dan apabila kita berbuat sesuatu, positif maupun negatif pada masa kehidupan kita yang lalu, lantas pada kehidupan sekarang ini berbalas, semisal kita pada masa kehidupan lampau telah berbuat jahat pada orang lain, dan pada kehidupan sekarang ini, apakah buah perbuatan jahat kita bisa berupa dijahatin orang lain juga?
Damar : Yup. Dan biasanya, orang yang kamu jahati pada masa lalu itu jugalah, pada kelahiran sekarang, didorong oleh PRAKRTI, oleh Alam, akan berbuat jahat padamu. Banyak toh tiba-tiba kamu dijahati orang tanpa sebab yang jelas? Itu berarti, kamu punya ‘hutang’ karma negatif padanya, dan harus dibalaskan.
Maya : Wah, balas dendam nih namanya. Lantas, kalau kita balas jahati dia, kan impas?
Damar : Tidak! Kamu akan menanam karma negatif lagi pada dia. Kalau pada kesempatan dalam kehidupan ini, dia tidak punya kesempatan membalas, maka pada kehidupan selanjutnya, pasti, dibimbing oleh PRAKRTI, dia akan bertemu kamu lagi, untuk membalasnya.
Maya : Waduh, terus gimana dong?
Damar : Bila kamu dijahati, sadarkan dia, tegur dia, nasehati dia. Bila teguran kita tak digubris, ya biarkan saja. JANGAN MEMBALAS. Sebab jika kamu membalas, kamu sekarang malah yang punya hutang karma. JANGAN MEMBALAS DAN MAAFKAN! Bila kamu bisa memaafkan dan tak membalas, maka PRAKRTI sendiri yang akan membalasnya. Bisa berupa penyakit, musibah, sial dll. So, jangan membalas dan maafkan. Begitu kamu tidak membalas, kamu tidak punya hutang karma, dan ALAM YANG AKAN MENGAMBIL ALIH PROSES PEMBALASAN ITU!
Maya : Gitu ya, mas. Dan bila sebaliknya, tiba-tiba kita mendapat bantuan dari orang lain yang tidak kita kenal, berarti buah karma positif kita tumbuh, berarti orang lain ini, dulu, pada kehidupan yang lampau, punya hutang budi sama kita. Begitu kan?
Sekarang yang jadi masalah, kadang kita melakukan suatu kejahatan yang tidak kita sengaja. Misal, kita nabrak orang tanpa sengaja dan berakibat kematiannya. Nah, kita punya hutang tidak?
Damar : Tidak! Itu adalah proses pembalasan Alam kepada orang tersebut, mungkin karma negatif-nya pada masa lalu tak jauh-jauh juga dari urusan nyawa. Kita hanya sebagai perantara saja. Kita melakukannya tanpa didasari kepentingan pribadi. Tanpa didasari dendam dan keuntungan tertentu. Dan benar-benar tak disengaja. Jika ini terjadi, kita tidak punya hutang karma negatif apapun.
Maya : Berarti, keluarga korban yang tidak terima dan berusaha menjahati saya, telah menanam karma buruk ‘baru’ . Saya harus mengingatkan dan memaafkannya, begitu?
Damar : Yup. Sebab apabila kita melakukan ‘kekerasan’, bukan demi ‘keuntungan ego kita’, kita tidak punya hutang karma apapun.
Maya : Termasuk aparat penegak hukum. Mereka yang sekedar menjalankan tugas menegakkan kebenaran. Menyakiti bukan demi keuntungan pribadi, tapi demi keselamatan masyarakat banyak, maka akan lepas dari hutang karma, begitu?
Damar : Yup. Bisa iya bisa tidak.
Maya : Lho, kok?
Damar :Tergantung individunya. Sebab banyak juga yang dengan alasan melakukan kekerasan demi menegakkan hukum, tapi tidak murni. Mereka berharap dan punya maksud lain demi keuntungan dirinya sendiri. Nah, kamu pikir sendiri.
Maya : Iya, ya mas. Lantas bagaimana, dong ?
Damar : Demi menegakkan kebenaran, bukan demi kepentingan pribadinya sendiri, bukan demi dendam pribadinya sendiri, tapi demi keselamatan masyarakat, seorang KSATRIA tidak berdosa melakukan kekerasan. Itu adalah DHARMA-nya. DHARMA KSATRIA. Malahan dia menanam karma baik. Disebutkan dalam Kitab Manavadharmasastra, seorang ksatria yang telah mendapat upah dari masyarakat untuk keberlangsungan hidup rumah tangganya, tapi tidak mau melindungi keselamatan masyarakat yang mengupahnya, ini dinamakan dosha besar! Seorang Ksatria, yang gugur saat menunaikan Dharma-nya, pintu svarga terbuka lebar baginya. Darahnya yang menetes dibumi, akan menyuburkan tanah itu sendiri.
Maya : Wah! Hebat! Heroik…Dan apabila pada kehidupan sekarang, kita, aku dan mas bertemu, bahkan jadi sedemikian dekatnya, apakah berarti pada masa lalu, kita punya hutang karma?
Damar : Yup, kita pernah bertemu pada masa lalu. Kita punya hutang budi satu sama lain, kita punya hutang emosi, satu sama lain. Dan hutang itu, harus terbalaskan dalam kehidupan sekarang.
Maya : Dan apabila saat ini kita berinteraksi dan terjalin hutang-hutang karma baru, berarti pada kehidupan mendatang, bisa dipastikan kita bakalan ketemu lagi. Berjodoh lagi, dong? Hehehehe…
Damar : Yap, begitulah. Renungkan, berapa banyak manusia di bumi ini, mengapa aku dan kamu tidak berjodoh untuk bertemu dan mengenal seluruhnya? Karena kita tidak punya hutang karma, baik karma positif maupun negatif dengan mereka. Siapapun, yang dekat dengan kita, ayah, ibu, paman, bibi, adik, istri, suami, keponakan, semuanya ini pasti pada kehidupan lalu telah terjalin hutang berhutang karma, sehingga harus berjodoh untuk dipertemukan dalam satu tempat.
Bila punya hutang karma, walaupun kita masing-masing lahir diujung dunia yang berbeda, Alam akan mempertemukan kita, dalam suatu ‘kebetulan’ yang tak terduga. Semuanya adalah hasil dari karma kita sendiri juga…
Maya : Indah banget..
Damar : Makanya, jangan kaget kalau ada satu saudara kandung yang hobinya bertengkar melulu. Itu bisa disimpulkan, bahwa pada masa kelahiran yang lalu, mereka memang sudah saling kenal dan punya dendam yang belum tuntas…
Dan pada kelahiran sekarang, karena terlalu melekatnya dendam itu, dendam diantara keduanya, maka mereka terlahir sebagai saudara kandung.
Alhasil, selama mereka tidak disadarkan, tidak mengerti hukum Karmaphala dan Punarbhava ini, mereka akan terus terhayut dalam dendam masa silam. Hal-hal yang seharusnya tidak patut menjadi bahan pertengkaran, hal sepele, akan meledak jadi pertengkaran hebat bagi mereka. Nah, hanya dengan ‘kesadaran’ mereka berdua. Saling menyudahi, saling memaafkan, maka hutang karma mereka lunas.
Maya : Hehehehehehe…
Damar : Cukup itu aja, deh. Selanjutnya kamu bisa menganalisa sendiri. Lihat sekeliling kamu, lihat, amati, renungkan. Dan kamu akan semakin melihat kebenaran adanya hukum sebab akibat serta kelahiran kembali ini.
Maya : Iya, deh. Sebenarnya masih banyak, malah semakin banyak yang ingin ku ketahui. Tapi lanjut entar aja, deh. Makasih, mas…
Damar : Makasih juga telah rela menyingkapkan ego-mu untuk mendengar celotehanku…
Maya : Hehehehe…,namaste..
Damar : Namaste.
Welcome
“Pinandita Sanggraha Nusantara”
sebagai wadah pemersatu
Para Pinandita/Pemangku/Wasi/Dukun
di seluruh Nusantara.
Kalender Bali
Profile
Basic Info
Religion & SpiritualtyContact Info
email:sanggrahanusantara@gmail.com office:Pinandita Sanggraha Nusantara "Pura ADITYA JAYA" Jl. Daksinapati No. 10 Rawamangun Jakarta Timur Telp:(+6221) 7098-3858, 770-3574, 546-3858 Fax:(+6221) 546-3811 Bank BRI Cab. Pancoran Jakarta Rekening Britama Nomer : 0390-01-001235-50-8 Bank Mandiri Cab. Jakarta KP Pertamina Rekening Giro Nomer : 119-0004754048 DONASI/PUNIA ANDA SANGAT BERARTI dan BERMANFAAT BAGI PENGEMBANGAN PINANDITA SANGGRAHA NUSANTARA |
Bagaimana blog PSN sekarang?
Thursday, January 6, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Katagori
- Article (79)
- Asuransi PSN (2)
- Events (4)
- Pengumuman (17)
- Profile (10)
- Program (2)
- Pustaka-Pustaka (23)
- Religion (11)
- Sarati Banten (1)
- Tirtha Yatra (2)
- Umum (7)
No comments:
Post a Comment