Wednesday, January 6, 2010

SIFAT-SIFAT TUHAN

Oleh : Jro Mangku Shri Dhanu

Tuhan Maha Esa, ribuan nama-Nya

Adalah menarik pada awal tulisan kami ketengahkan pendapat Svami Śivānanda dalam bukunya All About Hinduisme sebagai pula dikutip oleh I Made Titib dalam bukunya Ketuhanan Dalam Veda (1995: 62) yang menyatakan: Hinduisme sangatlah universal, bebas, toleran, dan luwes.

Inilah gambaran indah tentang Hinduisme. Seorang asing merasa terpesona keheranan apabila ia mendengar tentang sekta-sekta dan keyakinan yang berbeda-beda dalam Hinduisme; tetapi perbedaan-perbedaan itu sesungguhnya merupakan berbagai tipe pemikiran dan temperamen, sehingga menjadi bermacam-macam keyakinan pula. Hal ini adalah wajar. Hal ini merupakan ajaran yang utama dari Hinduisme; karena dalam Hinduisme tersedia tempat bagi semua tipe roh dari yang tertinggi sampai yang terendah, demi untuk pertumbuhan mereka.

Pernyataan ini jelas merangkum semua kemampuan umat-Nya untuk membayangkan Tuhan Yang Maha Esa. Bagi mereka yang tinggi pengetahuan rohaninya, Tuhan Yang Maha Esa digambarkan dalam pikirannya sebagai Impersonal God (tanpa wujud baik dalam pikiran maupun dalam kata-kata) sedang bagi yang pemahamannya sederhana, Tuhan Yang Maha Esa digambarkan sebagai Personal God, berperibadi dan dibayangkan sebagai wujud-wujud yang agung, maha kasih, maha besar dan sebagainya. Pada umumnya umat beragama menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang personal ini. Penggambaran dalam alam pikiran manusia umumnya sebagai yang serba mulia, suci, luhur agung dan tinggi, jauh di alam sana.

Demikian pula bila kita meneliti kitab suci Veda, maka Tuhan Yang Maha Esa umumnya digambarkan sebagai Tuhan Yang Berperibadi itu, walaupun penggambarannya itu tidak sejelas penggambaran kitab-kitab Itihāsa dan Purāṇa. Di dalam kitab suci Veda dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan berbagai nama oleh para maharesi Vipra) sebagai dinyatakan dalam mantram berikut:

"Indraṁ mitraṁ varunam agniṁ ahur atho divyaḥ sa suparṇo garutmān,
ekaṁ sadviprā bahudhā vadanti agniṁ yamaṁ matarisvānam ahuḥ".

Mereka menyebutnya dengan Indra, Mitra, Varuna dan Agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah Esa, Para maharesi (Vipra/orang bijaksana) memberi banyak nama, mereka menyebutnya Indra Yama, Matarisvān. (Ṛgveda I.64.46)

Di sini Tuhan Yang Maha Agung digambarkan sebagai kebenaran yang Maha Esa (ekaṁsad), Satu Kebenaran. Suparṇa artinya yang bersayap indah, simbol mistik dalam Veda untuk Tuhan Yang Maka Kuasa (A.C.Bose:1988:130).

Keesaan Tuhan Yang Maha Tunggal dijelaskan secara gamblang dalam mantram berikut:

"Tad eva agnis tad ādityas tad vāyus tad u candramāḥ, tad eva Śukraṁ tad
brahma ta' āpaḥ sa prajāpatiḥ"

Sesungguhnya Ia adalah Agni, Ia adalah Āditya, Ia adalah Vāyu, Ia adalah Candramā, Ia adalah Śukra, ia adalah Brahma, Ia adalah Āpaḥ, Ia yang Esa itu adalah Prajāpati. (Yajurveda XXXII.1)

"Agne bhūrīni tava jātavede deva svadhavo'mṛtasya nāma, yāśca māyā māyinaṁviśvaminva tve pūrviḥ sanndhuḥ pṛṣthabandho"

Banyak nama yang ditujukan kepada-Mu, Oh Agni! Tuhan Yang Maha Kekal Abadi, Tuhan Yang Maha suci, Jātaveda dan banyak keindahan dari yang indah, yang memberikan inspirasi kepada segalanya, Yang terbentang di dalam-Nya,Tuhan Yang Maha Esa dari pengiring yang sejati. (Ṛgveda III.20.3)

Di dalam kitab suci Bhagavadgītā juga dinyatakan tentang keagungan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai berikut:

"Vāyur yamo'gnir varuṇaḥ Śaśaṅkaḥ Prajāpati tvaṁ pra pītamahāś ca"-

Engkau adalah Vāyu dan Yama, Agni, Varuṇa dan dewi Śaśaṅka (rembulan),
Engkau adalah Prajāpati, pencipta alam semesta dan leluhur umat manusia. (Bhagavadgītā XI.39)

Tuhan Yang Maha Esa adalah kebenaran yang maha luhur, berikut dinyatakan keluhuran Yang Maha Esa (dalam wujud-Nya yang neutrum), menunjukkan bahwa sebelum ada sesuatu ciptaan, tidak ada nilai-nilai material :

"Nāsadāsīnn sadasīttadānīṁ nāsīd rājo no vyomā paro yat, kim avarīvaḥ kuha kasya sarma nnaṁbhaḥ kimasīd gahanaṁ gabhīram" (1).

"Na mṛtyurāsīd amṛtaṁ na tarhi na rātrya ahna āsīt praketaḥ, anīd avātaṁ svadhayā tadekam tasmāddhānyanna paraḥ kiṁca" (2).

Pada saat itu tidak ada kenyataan, ketidak nyataan, tidak ada udara, tidak ada langit. Apakah yang menutupi dan di manakah itu? Dan adakah perlindungan di sana, adalah di sana air yang sangat dalam dan tidak terbatas ?

Kematian belum muncul di sana,demikian pula keabadian, tidak ada tanda-tanda siang atau malam, Yang Maha Esa hidup tanpa nafas, yang menjadikan dirinya sendiri, seba- gian dari pada-Nya tidaklah diketahui apa sebenarnya. (Ṛgveda X.129.1-2)

Mantram Veda ini mengandung ajaran filsafat ketuhanan yang sangat tinggi. Hal ini pula menunjukkan bahwa alam pikiran umat manusia sangat terbatas, tidak dapat menjangkau yang maha besar dan maha tinggi itu.

Berikut dinyatakan bahwa semua dewa-dewa itu sesungguhnya adalah satu, Satu Dewata. Pada mantram-mantram kita jumpai pernyataan yang non simbolis tentang satunya dewa-dewa dalam Dewa yang satu, Aspek Tuhan Yang Maha Esa, yang sama:

"Tvamagna indro vṛsabhaḥ satāmasi tvaṁ viṣṇur urugāyo namsyaḥ, tvaṁ brahmā rayivid brāhmāṇaspate tvaṁ vidhartaḥ sacase purandhyā" (3).

"Tvam agne rājā varuṇo dhṛtavratas tvaṁ mitro bhavasi dasma idyaḥ, tvamaryamā satpatiryasya saṁbhjaṁ tvamaṁśo vidhate deva bhājayuḥ" (4).

"Tvam agne aditir deva dāsuṣe tvaṁ hotra bhāratī vardhase girā,
tvamilā Śatahimāsi dakṣase tvaṁ vṛtrā vasupate sarasvatī" (11).

Engkau adalah Agni, Indra, pahlawan dari semua pahlawan. Engkau adalah Viṣṇu, yang langkahnya agung yang hamba hamba puja. Engkau adalah Brāhmāṇaspati, Brahmā yang yang memiliki seluruh kekayaan, Engkau menyangga segala- yang hamba cintai dan memohon kebijaksanaan(3).

Engkau adalah Agni, Engkau adalah maharaja Varuṇa,pengu asa hukum yang sangat adil. Engkau adalah Mitra, Pekerja yang mengagumkan yang hamba puja. Engkau adalah Aryama Dewata para pahlawan yang menambahkan kekayaan kepada semua orang. Engkau Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud-Mu sebagai Aṁsa yang bebas dalam persidangan agung(4)

Ya Tuhan Yang Maha Esa,Engkau adalah Agni,Aditi,dewata yang menerima persembahan kami. Engkau adalah Hotra- Bhāratī,Paṇḍita Agung dan dewi Kebudayaan,Engklau adalah yang diagungkan oleh ribuan umat manusia di musim salju. Engkau adalah penganugrah kekayaan, pembunuh raksasa Vṛtra,dan Sarasvatī,dewi ilmu pengetahuan dan kebijakan(11). Ṛgveda II.1.3, 4,11

Dalam mantra-mantra di atas, dewa Agni diidentikkan dengan semua dewata yang lain, baik dewa maupun dewi. Ini menunjukkan bahwa semua dewa-dewa (devatā) adalah nama yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Suci, Yang Maha Tunggal.

Selanjutnya dapat kita jumpai mantra yang menjelaskan semua dewata itu adalah satu dan penjelasan ini tidak kontradiksi karena satu adalah segala-Nya dan segala-Nya adalah Yang Maha Esa. Berikut dipetikkan mantram yang menjelaskan hal itu:

"Ya eko asti daṁsanā mahān ugro abhi vrataiḥ"

Ia Yang Maha Esa, yang mengagumkan, agung dan kuat serta
mengendalikan hukum suci-Nya. (Ṛgveda VIII.1.27)

"Indra it somapā eka indrah sutapā viśvāyuḥ antar devān martyaṁśca"

Indra yang menikmati minuman persembahan, yang menikmati minuman Soma, yang menghidupkan segalanya baik yang di sorga maupun di maya
pada ini. ( Ṛgveda VIII.2.4)

"Ayam eka ityā caṣthevi viśpatiḥ tasyan ratāy anuyaś carāmasi"

Di sini Tuhan Yang Maha Esa, Rajanya umat manusia, yang terlihat membentang terus, jauh dan luas, untuk kesejahtraan hidupmu, ikutilah hukum-hukum-Nya. (Ṛgveda VIII.24.6)

Berikut semua dewata ada dan identik dengan Indra:

"Mahāttadevaḥ kavayaś cārunāma yaddhadevabhavātha viśve indre,
sakharbhubhiḥ puruhūta priyebhir imāṁ dhiyaṁ sātaye takṣtā naḥ"

Itulah Dia, Oh Para Mahaṛṣi! Engkau maha agung,semua dewata menyatu di dalam Indra. Oh Sahabat, kerap kali pujalah Dia. Engkau maha suci bersama dengan ṛbhu yang mengaransemennya, lagu pujian ini adalah untuk kesejahtraan kami. (Ṛgveda III.54.17)

Disebutkan pula dalam mantram yang hampir sama bahwa Yang Esa adalah segala-Nya, meresapi segalanya:

"Ejad druvapatyate viśvam ekaṁ caratpatatrivisunaṁ vijatam"

Esa dalam segalanya adalah māhāraja dari yang bergerak dan yang tidak bergerak, yang berjalan atau yang terbang dalam multi wujud ciptaan-Nya. (Ṛgveda III.54.8)

Esa dalam segala-Nya, Viśvam Ekam, menunjukkan tanpa jenis kelamin,netral, Maha suci yang meliputi segala esensi. Dengan demikian semua dewa ada dalam Yang Maha Esa, Yang Maha Esa dalam berbagai aspek atau penampakkan-Nya yang suci. Viśvadevaḥ (dewa-dewa yang beraneka) adalah Ekodevaḥ (Tuhan Yang Maha Esa) yang makna sama, Esa. Sesungguhnya Ia Yang Maha Esa adalah esensi segalanya (ekam).

Pernyataan yang sama juga dijelaskan dalam petikan mantram berikut:

"Mahād devānām asuratvam ekam"

Maha Esa dan Maha Agung adalah yang tunggal gemerlapan. (Ṛgveda III.55.1)

Berdasarkan kutipan mantram-mantram Veda di atas, jelaslah bagi kita bahwa Ketuhanan dalam Veda adalah Maha Esa. Kini timbul pertanyaan, mengapa dewa-dewa dalam Veda tidak begitu nampak perannnya baik dalam upācara pemujaan di India maupun di Bali.

Menurut informasi Dr. I Made Titib, hanya Sampradaya (perguruan agama) Arya Samaj saja yang memuja dewa-dewa dalam Veda melalui upācara Veda yang penting yakni Agni Hotra. Dewa-dewa Veda menurut pandangan Arya Samaj berdasarkan kutipan mantram-mantram Veda di atas, tidak lain adalah nama-nama atau aspek-aspek Tuhan Yang Maha Esa, pada intinya Ketuhanan dalam Veda adalah Monotheism.

Dewa-dewa yang sangat dominan dipuja dalam Veda adalah Agni, Indra, Vāyu dan Sūrya kemudian dalam perkembangannya, seperti dapat kita jumpai dalam kitab-kitab Purāṇa, dewa-dewa tersebut digantikan, diambil alih kedudukannya atau diidentikkan dengan dewa-dewa Tri Mūrti, yakni Agni diidentikkan dengan Brahma, Indra dan Vāyu diidentikkan dengan Viṣṇu dan Sūrya.

Ketiga dewa-dewa Tri Mūrti ini merupakan Udbhava-Nya atau manifestasi utama-Nya. Dewa-dewa Tri Mūrti ini yang menggantikan peranan dewa-dewa dalam Veda, sehingga dewa-dewa Veda itu tidak banyak lagi dipuja dalam perkembangan berikutnya. Dewa-dewa Tri Murti digambarkan sebagai Personal God (Tuhan Yang Berperibadi).

Brahma, sakti-Nya Saravatī, Viṣṇu, sakti-Nya Śrī dan Lakṣmī dan Śiva dengan Uma dan Parvatī. Masing-masing dewa-dewa Tri Mūrti ini turun untuk menyelamatkan umat manusia sebagai Awatara, di antaranya Brahma sebagai Baladeva, Viṣṇu sebagai Śrī Kṛṣṇa (dan Avatara-avatara lainnya), Siva sebagai Agastya dan lain-lain. Śiva dipuja dengan putra-putra-Nya seperti Gaṇeśa, Kala, Kumara, Skanda atau Subramaṇyam dan lain-lain.

Di dalam kitab-kitab Purāṇa dalam rangka memantapkan bhakti umat manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, Manifestasi Utama-Nya, masing-masing Brahma disebut dengan ribuan nama-Nya (Brahma Sahasranāma), Viṣṇu dengan ribuan nama-Nya (Viṣṇu Sahasranāma), Śiva dengan ribuan nama-Nya (Śiva Sahasranāma). Durgā atau Lalitā dengan ribuan nama-Nya (Lalitā Sahasranāma) dan lain-lain. Nama-nama atau abhiseka-Nya, sesungguh merupakan sifat, sikap, karunia atau kasih-Nya yang diharapkan dan didambakan oleh setiap umat manusia.

Pemberian atau persembahan nama sesuai dengan sifat-sifat-Nya yang maha luhur, memantapkan keimanan (Śraddhā) umat kepada-Nya.

No comments:

Post a Comment