Friday, June 26, 2009

HUBUNGAN HINDU DAN BUDDHA

Oleh : Made Mariana (http://www.singaraja.wordpress.com)


Om Swastyastu,

Dalam Hindu, Buddha dipandang sebagai avatara ke-9. Setelah masa Krisna. Ia adalah perwujudan dari Visnu untuk menegakkan kembali kebenaran yang telah banyak dinodai oleh kebatilan. Beliau lahir dari seorang ayah yang beragama Hindu (Sanathana Dharma) dan meninggalpun sebagai seorang penganut Sanathana Dharma.

Beliau adalah seorang pangeran dan pertapa Hindu yang berhasil mencapai pencerahan (Buddha). Beliau mengejawantahkan inti sari pati Veda. Beliau sangat dekat dengan rakyat dan kaum miskin. Bahasa yang digunakan dalam penyebaran ajaran-ajaran Beliau, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh kaum fakir miskin. Beliau menolak ketika murid-murinya yang dari kaum Brahmana memohon ujin untuk menterjemahkan dalam bahasa Sanskertha.

Bahkan suatu ketika Beliau rela menukar nyawanya dengan seekor domba saat ada orang yang ingin mengorbankan domba untuk persembahan, Beliau mengatakan: “Bila dengan membunuh domba engkau bisa mencapai realisasi, maka bunuhlah aku dengan mengorbankan manusia tentu engkau akan mendapatkan tempat yang lebih mulia”..

The Buddha’s teaching formed an integral part of Hinduism, which “owes on eternal debt of gratitude to that great teacher,” who was “one of the greatest Hindu reformers,” a “Hindu of Hindus.” He never rejected Hinduism but broadened its base. He made some of the words of the Vedas yield meanings more relevant to the age. (Mahatma Ghandi)

Ghandi memandang Buddha adalah Hindu of Hindus, Beliau tidak pernah menolak Hindu, tetapi Beliau menafsirkan Hindu dengan sudut pandang yang berbeda yang lebih luas. Beliau menjelaskan Veda dengan kata-kata yang sesuai dengan Jamannya.

Beliau memiliki cinta kasih yang luar biasa, tak terbatas oleh ruang dan waktu. Senantiasa memberikan contoh nyata dalam kehidupan, Beliau mengajrkan pada kita bagaimana menjadi seorang Karma Yogi sejati. “Do Good Be Good” Lakukan yang baik dan jadilah orang baik, salah satu nasehat Beliau pada umat manusia untuk melepaskan diri dari keterikatan.

Buddha mengajak kita jangan terlalu mudah percaya pada segala sesuatu, tetapi selalu melakukan penyelidikan untuk mengetahui kebenarannya. Bila sesuatu itu bermanfaat bagi dirimu dan orang lain serta dunia, nah itulah yang kamu terima dan jalani. Tapi kalo hal itu menyebabkan penderitaan bagi dirimu dan orang lain, hindarilah hal itu.

Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546–324 SM), di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya").

Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.

Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata Sansekerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta).

Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.

…Shaakya Muni himself was a monk, and it was his glory that he had the large heartedness to bring out the truths from the hidden Vedas and throw them broadcast all over the world. He was the first being in the world that brought missionarising into practice- nay; he was the first to conceive the idea of proselytising.

The great glory of the Master lay in his wonderful sympathy for everybody, especially for the ignorant and the poor. Some of his disciples were Brahmins. When Buddha was teaching, Sanskrit was no more the spoken language in India. It was then only in the books of the learned. Some of Buddha’s Brahmin disciples wanted to translate his teachings into Sanskrit, but he distinctly told them, "I am for the poor, for the people; let me speak in the tongue of the people." And so to this day the great bulk of his teachings are in the vernacular of that day in India.

Whatever may be the position of philosophy, whatever may the position of metaphysics, so long as there is such a thing as death in the world, so long as there is such a thing as weakness in the human heart, so long there is a cry going out of the heart of man in his very weakness, there shall be a faith in God…. (Buddhism, The fulfillment of Hinduism, By Swami Vivekananda, The first disciple of Sri Ramakrishna Paramhansa

Talk delivered at the Parliament of Religions, Chicago, 26-09-1893)

Dr. Radhakrishnan. Dalam bukunya ''Indian Religious'', ia menulis: 'Agama Buddha tidak mulai sebagai agama yang baru dan berdiri sendiri. Agama Buddha adalah bagian kepercayaan kuno agama Hindu...''(hal.104).

Selanjutnya Beliau menulis: Buddha meninggalkan jejak kakinya di atas tanah India dan capnya pada jiwa negara tersebut dengan berbagai kebiasaan dan keyakinannya. Pada saat ajaran Buddha mengambil bentuk-bentuk khusus di berbagai negara lain di dunia dalam penegasan tradisi-tradisi mereka di sini, di rumah Buddha, ajaran tersebut telah meresap dan menjadi bagian utuh budaya kita. Para Brahmana dan Sramana diperlakukan sama oleh Buddha dan kedua tradisi tersebut berangsur-angsur bercampur. Dalam artian Buddha adalah pencipta agama Hindu modern.

Dalam kata pengantarnya, Bhupendra Kumar Modi menulis, ''Perlu ditekankan bahwa Bhagavan Buddha adalah bagian tradisi keagamaan Hindu dan tidak terlepas dari agama Hindu. Bhagavan Buddha lahir sebagai orang Hindu dan sampai meninggal beliau tetap seorang Hindu yang menafsirkan agama Hindu dari sebuah sudut pandang yang baru.''
(Resensi Buku dengan judul: Agama Hindu Kebenaran Universal, Penyusun : Dr.Bhupendra Kumar Modi, Alih Bahasa: Dr. Somvir & Eka Savitri)

…Hinduism cannot live without Buddhism, nor Buddhism without Hinduism. Then realise what the separation has shown to us, that the Buddhists cannot stand without the brain and philosophy of the Brahmins, nor the Brahmin without the heart of the Buddhist. This separation between the Buddhists and the Brahmins is the cause of the downfall of India.. (Buddhism, The fulfillment of Hinduism, By Swami Vivekananda, The first disciple of Sri Ramakrishna Paramhansa, Talk delivered at the Parliament of Religions, Chicago, 26-09-1893)

Hinduisme tidak bisa hidup tanpa Buddhisme, demikian pula sebaliknya Buddhisme tidak bisa hidup tanpa Hinduisme. Kemudian menyadari apa yang memisahkan yang terlihat oleh kita, bahwa Budhisme tidak dapat berdiri tanpa otak dan filsafat dari para Brahmin, demikian pula para Brahmin tidak dapat berdiri tanpa hati Buddhisme. Pemisahan antara Buddhisme dan Brahmin inilah penyebab kemerosotan India.

Di Indonesia, Hindu dan Buddha telah melebur menjadi satu melahirkan sebuah Negara yang kuat dimasa keemasan Prabu Hayam Wuruk (Hindu) dengan patihnya Gajah Mada (Buddha). Mpu Tantular dalam karyanya Sutasoma menuliskan: “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” lebih lengkapnya:


Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:

Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.

Terjemahan:

Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu.
Tidak ada kerancuan dalam kebenaran

Om Santi Santi Santi Om


Sumber:
1. http://www.hinduism.co.za/buddhism.htm#Buddhism,%20The%20fulfillment%20of%20Hinduism
2. http://wirajhana-eka.blogspot.com/2008/02/sidhartha-gautama-buddha-hindu-hindu.html
3. http://www.iop.or.jp/0414/anand.pdf
4. www.wikipedia.com





Om Santi Santi Santi Om

No comments:

Post a Comment